Technology

Perang Melawan Terorisme di Era Big Data

Published on
Min read
0 min read
time-icon
Widyanto Gunadi

Content palnner | Likes: Video games, music and drums, good reads, running, learning new things | Dislike: Overcomplicates simple things

terorisme_dan_big_data.jpg

Negara-negara termasuk Indonesia, kini sedang berperang melawan terorisme. Seiring dengan kemajuan teknologi, terorisme pun merambah ke dunia yang penuh data, dan membuatnya semakin kompleks untuk dihadapi. Beberapa waktu yang lalu, sejumlah perusahaan menghadiri pertemuan bertajuk Special Operations Forces Exposition yang untuk membahas penanganan tindak terorisme di zaman teknologi bebas ini. Kuncinya ada pada big data. Bagaimana big data bisa membantu memerangi terorisme di era digital? Berikut ulasannya untuk Anda!

Teknologi media sosial

Media sosial sudah menjadi bagian besar yang tak terpisahkan dari masyarakat. Selain menjadi alat pemasaran yang berdampak luas, banyak informasi tersebar di media sosial. Penyebaran informasi ini berpotensi memunculkan terorisme. Terlebih, materi-materi ujaran kebencian yang disalahgunakan untuk menggerakkan paham radikalisme. 

Oleh karena itu, maksimalkan pengetahuan dan kemampuan kita dalam mengeksplorasi media sosial. Hal ini bisa menjadi senjata yang ampuh untuk melawan terorisme. Qatar Computing Research Institute menganalisis lebih dari tiga juta postingan di Twitter dalam waktu tiga bulan. Hasilnya, ditemukan ada 90 ribu postingan setiap hari dari anggota ISIS di media sosial. Dengan data sebanyak itu, para ahli teknologi diharapkan bisa segera mengungkap cara untuk mengidentifikasi konten yang merujuk pada rencana aksi terorisme, sehingga bisa dicegah.

Teknologi pemindai lokasi

Teknologi pemindai lokasi atau semacam kamera pengawas termasuk CCTV bisa menjadi senjata lain yang berguna untuk memerangi terorisme. Selama ini, teknologi pemindai lokasi dijumpai di banyak tempat, yang dihuni penduduk dengan penyakit menular berbahaya. Data rekaman dari pemindai lokasi tersebut bisa dimanfaatkan untuk memantau persebaran penganut paham radikalisme.

Sebab, sebagian besar dari mereka biasanya anti terhadap program imunisasi pemerintah setempat. Dengan demikian, penyebaran virus bisa disebar, sekaligus menekan pergerakan radikalisme hingga ke asal muasalnya.

Sistem Dfuze

Kita tentunya masih ingat dengan serangan teroris pada tanggal 11 September 2001. Jika ditelaah kembali, salah penyebab serangan tersebut terjadi adalah keterbatasan komunikasi antara FBI dan CIA. Sebenarnya, FBI dan CIA, masing-masing memiliki informasi berharga.

Apabila informasi tersebut digabungkan, serangan itu bisa saja digagalkan. Namun sayangnya, saat itu teknologi belum secanggih sekarang. Saat ini, ada teknologi bernama Dfuze, yang dilengkapi sistem untuk berbagi informasi untuk melawan terorisme.

Sejumlah negara telah memanfaatkan teknologi ini. Yang terpenting, informasi rahasia di dalamnya tidak dapat diretas. Semoga semakin banyak negara yang mengadopsi teknologi ini ya, termasuk Indonesia!

Baca juga:  Pascaserangan bom di Surabaya, Kominfo temukan 1.000 akun radikal

Sumber:
c4isrnet.com
datafloq.com
eccellaconsulting.com
linkedin.com
 

0

Tags

Share

Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?

    Already have an account? Login

    Artikel Terkait

    cover_(2).jpg

    Technology

    30 Contoh Slogan Unik dan Menarik Serta Cara Membuatnya

    Detty Risetya

    13 February 2023
    4 min read
    H1_jadwal_fyp_tiktok.jpg

    Technology

    Jadwal FYP TikTok 2022: Jam Terbaik untuk Upload Video

    Nurina Ulfah

    16 January 2023
    5 min read
    Ssstiktok_Download_Video_TikTok_tanpa_Watermark_Secara_Online_2022.jpg

    Technology

    SSSTikTok

    Sylvia Rheny

    19 December 2022
    5 min read

    Video