Selama beberapa bulan terakhir, Facebook dihantam berbagai macam isu, termasuk kabar palsu atau hoax, teror, propaganda Rusia, hingga masalah regulasi. Lalu dalam dua kongres bulan lalu, CEO Facebook, Mark Zuckerberg, menyatakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah berperan menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Apa saja upaya yang dilakukan Facebook untuk memberantas konten-konten buruk itu?
AI bantu amankan Facebook
CTO Facebook, Mike Schroepfer dikutip wired.com menjelaskan, artificial intelligence menjadi cara terbaik untuk menjaga keamanan Facebook, yang memiliki lebih dari dua miliar pengguna setiap bulannya. Sebab, Facebook tidak bisa melakukan pemeriksaan setiap kiriman pengguna satu per satu.
Sebenarnya, Facebook sudah sukses menggunakan otomatisasi sebelumnya. Pada tahun 2011, raksasa teknologi ini menggunakan perangkat lunak bernama PhotoDNA yang dikembangkan Microsoft untuk mendeteksi konten pornografi yang melibatkan anak di bawah umur. Shcroepfer menuturkan, algoritme Facebook akan terus ditingkatkan untuk menandai gambar yang tak seharusnya berada di sana.
Namun pemilihan umum, propaganda, iklan yang buruk, hoax pun menjadi persoalan lain yang muncul selama berbulan-bulan. Bahkan, Zuckerberg menyebut telah menghabiskan tiga tahun untuk membangun suatu sistem untuk menjauhkan pengguna Facebook dari konten-konten semacam itu. Facebook pun memakai AI untuk melawan konten buruk. Meski demikian, Facebook masih perlu melakukan penyempurnaan. Sebab, teknologi kecerdasan buatan Facebook belum cukup pintar untuk memahami konteks suatu konten.
Facebook deteksi bullying
Direktur AI dan machine learning Facebook Srinivas Narayanan memberi sebuat contoh. Frasa, “Lihat babi itu!” bisa diartikan sebagai ekspresi seseorang ketika melihat hewan babi. Namun bukan tidak mungkin, kalimat tersebut dilontarkan untuk mengolok-olok pengantin dalam sebuah foto yang diunggah di Facebook.
Olah karena itu, Facebook pun telah memperbaiki sistem untuk mendeteksi bullying. Caranya, dengan melakukan percobaan menggunakan perangkat lunak yang diciptakan untuk menghasilkan konten penghinaan. Dalam prosesnya, konten berisi bullying bisa diatasi lebih efektif.
Persoalan belum selesai. Facebook masih memiliki tantangan besar, yaitu bahasa. Pasalnya, teknologi Facebook berfungsi secara baik dalam bahasa Inggris, karena teknologi Facebook sering diuji menggunakan teks yang diambil dari Internet. Tentu saja, teks tersebut didominasi bahasa Inggris. Sayangnya, data Facebook menunjukkan bahwa lebih dari separuh penggunanya tak berbicara bahasa Inggris.
MUSE untuk berantas hate speech
Salah satu peneliti dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memeriksa peristiwa genosida di Myanmar setelah kematian Muslim Rohingya mengatakan layanan Facebook berperan menyebarkan ujaran kebencian atau hate speech terhadap kelompok tersebut. Facebook pun mengakui masih kesulitan mengenali konten-konten berbahasa Burma.
Untuk itu, Facebook sedang mengerjakan suatu proyek bernama MUSE untuk mendeteksi bahasa-bahasa lain hanya melalui satu bahasa. Dengan kata lain, Facebook akan memperluas penggunaan teknologi AI untuk mendeteksi konten-konten dalam bahasa selain bahasa Inggris.
Bagaimana menurut Anda? Apakah semua upaya Facebook dapat efektif memberantas dan mencegah konten negatif?
Sumber:
wired.com