Adanya berbagai kelompok radikal hingga kejahatan siber telah menimbulkan keresahan masyarakat. Mereka pun sudah merambah dunia media sosial dengan membuat berbagai akun palsu (fake account), termasuk di Facebook. Akun-akun palsu tersebut bukan hanya menyebarkan hoax, tapi juga menghasut dan mengancam ketenangan masyarakat.
Oleh sebab itu, para peneliti yang merupakan fisikawan dari George Washington University, yaitu Neil Johnson dan rekan-rekannya, mengembangkan penelitian untuk membantu praktik penegakan hukum. Mereka juga membantu badan-badan intelijen mengidentifikasi keberadaan kelompok ekstremis serta akun palsu yang diduga berbahaya. Seperti apa ya, peran ilmu Fisika untuk memberantas akun palsu?
Belajar dari susu fermentasi
Untuk membuat dan menguji model, Johnson dan rekan-rekannya menggunakan data dari VKontakte. Mereka mengumpulkannya pada tahun 2014-2015, sebelum jejaring sosial menutup akun kelompok-kelompok ekstremis. Selama beberapa tahun terakhir, tim peneliti ini telah menemukan model perilaku dan evolusi kelompok-kelompok tersebut. Sekarang, dalam studi baru ini, mereka mampu mengidentifikasi bibit-bibit kelompok ekstremis.
Johnson menyadari, kemunculan tiba-tiba dari kelompok-kelompok ini mirip dengan sesuatu yang dia pelajari di sekolah pascasarjana, yaitu Fisika gel yang dijumpai pada susu fermentasi. Susu ini merupakan jenis gel. Artinya, saat susu fermentasi terbentuk, partikel-partikel mikroskopiknya bergerak membentuk potongan makroskopik.
Para peneliti menemukan kesamannya dengan kemunculan kelompok ekstremis di media sosial. Jumlah kelompok ekstremis melonjak antara tahun 2014 dan 2015. Mereka mengumpulkan pengikut seperti halnya partikel susu fermentasi membentuk gel. Bahkan, para peneliti mampu memprediksi adanya kelompok baru di masa yang akan datang.
Memprediksi kelompok baru
Dengan menemukan kelompok ekstremis di dunia maya yang sifatnya seperti gel, para peneliti bisa menemukan kelompok lain yang bisa "membiakkan" aktivitas radikal. Dengan puluhan ribu grup online di VKontakte, para fisikawan menemukan ratusan ekstremis, yang berkomunikasi dengan kode tertentu, untuk menyamarkan aktivitas mereka.
Johson mengungkapkan, dengan menyaring satu persen dari keseluruhan anggota kelompok ekstremis itu, para peneliti bisa mencegah terjadinya tindak kejahatan. Kemudian, peneliti mempersempit cakupan kelompok yang harus diselidiki lebih lanjut.
Mengumpulkan data
Para peneliti juga mempelajari perubahan perilaku kelompok-kelompok yang diamati, mulai dari pandangan ekstrem yang mereka ungkapkan, hingga kekerasan yang ditampilkan. Yang menjadi tantangan berikutnya bagi para peneliti adalah mengumpulkan data para pendukung kelompok ekstremis, misalnya ISIS, di berbagai platform media sosial. Kemudian, para peneliti mencari suatu pola.
Model baru ini menggarisbawahi pentingnya melihat perilaku kolektif dibandingkan individu. Ternyata, ilmu Fisika bisa membantu mendeteksi keberadaan akun palsu di Facebook ya! Jika metode ini dikembangkan, bukan tak mungkin, seluruh akun palsu di medsos bisa diberantas.
Sumber:
insidescience.org
theguardian.com
liputan6.com
sputniknews.com