Berdasarkan data World Economic Forum, sekitar 2,5 kuintriliun data baru muncul setiap harinya. Perusahaan-perusahaan seperti Spotify, Netflix, dan Amazon, juga menggunakan data sebagai aset mereka untuk membuat konten yang memiliki keterikatan personal dengan para pelanggan. Netflix, misalnya, merupakan perusahaan teknologi pertama yang memperkenalkan penggunaan fitur rekomendasi yang kita kenal saat ini.
Sementara itu, Amazon, menggunakan data yang mereka miliki untuk membuat pelanggan merasakan pengalaman membeli barang menjadi menyenangkan. Bahkan, Amazon pun berupaya meyakinkan pelanggan untuk mendaftar layanan Amazon Key, yang memungkinkan kurir membuka pintu depan rumah dan mengirimkan paket ke dalam rumah Anda. Perusahaan-perusahaan tersebut pasti sangat membutuhkan kepercayaan para pelanggan. Bagaimana ya, cara mereka mengambil hati pelanggan?
Penjualan e-commerce tembus US$ 2,3 triliun
Pada dasarnya, membangun relasi dengan pelanggan merupakan kunci sukses untuk membangun produk yang berkelanjutan. Setelah relasi terbangun, pelanggan pun akan menaruh kepercayaannya. Faktanya, pada 2017, nilai penjualan dari sektor perdagangan online atau e-commerce berjumlah US$ 2,3 triliun atau sekitar Rp 32,2 kuadriliun dan diprediksi akan berlipat ganda pada 2021.
Pada masa kini, konsep menjual barang untuk mendapat keuntungan merupakan konsep yang sudah lawas. Bahkan pada 2017, sekitar 6.700 toko bahan bangunan dan mortir di Amerika Serikat tutup.
Pelanggan cari layanan terpercaya
Saat ini, satu-satunya yang pelanggan butuhkan adalah kepercayaan terhadap layanan yang digunakan. Konsep ini mulai populer pada 2015, ketika sebagian besar masyarakat Amerika menghabiskan US$ 420 triliun atau setara dengan Rp 5.880 kuadriliun untuk mendaftar sebagai pelanggan.
Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, keinginan konsumen akan berubah. Di masa depan nanti, apa yang pelanggan cari adalah kecepatan dalam pengiriman barang, kemampuan chabot AI mengirim pesan selayaknya manusia, dan fitur belanja online yang semakin personal. Untuk mencapai hal tersebut, mantan konsultan Netflix, Robbie Kellman-Baxter, memprediksikan bahwa model bisnis berlangganan atau membership economy akan sangat menjamur.
Perusahaan-perusahaan teknologi akan berusaha memanjakan pengguna bila mereka berlangganan layanan tertentu. Strategi ini dilakukan Spotify, dengan mematikan iklan dan mengizinkan pelanggannya melewati lagu.
Perusahaan gunakan virtual reality dan AI
Dalam penerapan model bisnis ini dan meningkatkan personalisasi layanan terhadap pengguna, diprediksi bahwa perusaaan-perusahaan teknologi akan memanfaatkan akses realitas maya atau virtual reality yang akan meningkatkan kepercayaan pengguna.
Misalnya, IKEA sudah menggunakan teknologi realitas maya untuk menambah pengalaman berbelanja penggunanya. Berdasarkan studi yang dilakukan L.E.K Consulting, sekitar 70—80 persen konsumen lebih tertarik menggunakan bantuan realitas maya untuk membantu mereka mendesain ruangan dan melihat tampilan barang.
Sementara itu, teknologi AI diprediksi akan merajai layanan customer service. Karena fitur-fitur AI dapat merespons permintaan pengguna dan bertindak sebagai asisten pribadi bagi pengguna yang sedang berbelanja, layaknya kemampuan Alexa dan Siri.
Nah, Anda bisa banyak belajar dari perusahaan-perusahaan besar seperti IKEA ya, untuk membangun kepercayaan pelanggan. Bisa dengan menggunakan kecerdasan buatan, maupun virtual reality.
Sumber:
medium.com
ariasystem.com