Pada tahun 2013, Indonesia hanya mempunyai seorang pembuat konten di YouTube yang berhasil menembus angka satu juta pengikut dan mendapat Golden Play Button, penghargaan untuk channel dengan satu juta pelanggan, yaitu Raditya Dika. Namun pada tahun 2016 yang lalu, akhirnya muncul Edho Zell dan Reza Oktovian yang meraih penghargaan yang sama.
Dilansir techinasia.com, Google sendiri menyatakan kalau selama pertengahan kedua tahun 2016 yang lalu masyarakat di Indonesia memang lebih sering menonton YouTube di perangkat seluler dan mengunggah lebih banyak konten, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini seperti menunjukkan layanan video daring seperti YouTube makin diminati oleh para pembuat maupun penikmat konten di Tanah Air.
YouTube diminati di kota dan desa
Namun, selama ini, ada anggapan bahwa YouTube hanya digunakan oleh para pengguna di kota-kota besar yang mampu mengakses layanan internet dengan kecepatan tinggi. Namun, anggapan tersebut ditepis oleh pengelola layanan tersebut, Google Indonesia.
Dalam survei yang dilakukan oleh Google Indonesia dan lembaga riset Kantar pada Januari 2018, diketahui bahwa YouTube diakses tak hanya oleh para pengguna yang tinggal di kota-kota, tapi juga daerah terpencil. Hanya saja, jenis konten yang ditonton berbeda dengan konten yang ditonton pengguna di kota besar.
Pilihan masyarakat kota vs. desa
Menurut Kepala Pemasaran Google Indonesia, Veronica Utami, penonton YouTube di kawasan kota kecil cenderung lebih sering menikmati video-video hiburan dan sepak bola. “Dari sisi konten, pengguna di kota kota kecil lebih straightforward, mereka relaksasi dengan tayangan hiburan, gosip, apapun salurannya, yang ditonton gosip dan sepak bola,” kata Vero seperti dilansir dari Kompas.com.
Sementara itu, penonton YouTube di wilayah perkotaan, cenderung memilih video-video dengan jenis yang bervariasi, seperti musik, komedi, jalan-jalan, dan gaya hidup. Mereka juga sering menggunakan YouTube untuk mencari konten edukatif, seperti video-video tutorial.
Pengaruh infrastruktur telekomunikasi
Vero mengungkapkan, adanya perbedaan konten yang dikonsumsi antara pengguna YouTube di perkotaan dan di daerah tak lepas dari infrastruktur telekomunikasi. Di perkotaan, banyak terdapat jaringan WiFi publik di kafe, restoran, atau sekolah.
Sementara itu, pengguna YouTube di daerah masih mengandalkan koneksi seluler.” Jaringan WiFi tidak tersedia merata dan untuk menyaksikan video masih harus mengandalkan koneksi 3G dan 4G," imbuh Vero.
Sumber:
techinasia.com
kompas.com