Dalam proses pengembangan produk umum dikenal berbagai strategi yang dapat menentukan nasib perusahaan maupun rilisan produk nantinya. Beberapa perusahaan, khususnya startup, memiliki kehati-hatian, dan ketelitian yang cukup kuat agar produk rilisan mereka dapat diterima masyarakat dengan biaya produksi sepadan.
Salah satu strategi yang umum digunakan dalam proses pengembangan produk ini adalah MVP atau minimum viable product. Apa yang dimaksud dengan MVP ini? Mari kita simak ulasannya berikut ini.
Apa itu MVP?
MVP atau Minimum Viable Product merupakan serangkaian produk yang dikembangkan secara sederhana sebelum menjadi produk final (Sumber: Pexels)
Minimum Viable Product merupakan serangkaian produk yang dikembangkan dengan fitur yang cukup untuk memuaskan pengguna di awal dan menerima masukan atau umpan balik di awal. MVP dilakukan agar fitur terakhir dapat dirancang setelah proses pengembangan awal agar tidak membuang banyak biaya dan juga lebih mudah diterima konsumen.
Metode MVP ini diciptakan oleh Eric Ries, seorang konsultan perusahaan startup yang ingin meminimalisasi pengembangan produk dengan memaksimalkan masukan atau pembelajaran tervalidasi dari contoh produk sederhana.
Meski terdapat nama “minimal” di dalamnya, namun MVP bukan tentang menciptakan produk minimalis. Lain daripada itu, MVP dilakukan dengan membebankan overhead ekstra untuk produk awalan dan lantas menghabiskan banyak investasi energi untuk berbicara kepada calon pelanggan.
Dengan begitu, sebuah produk yang dikembangkan dapat dimaksimalkan lewat berbagai masukan dari calon pelanggan hingga menghasilkan produk akhir yang sempurna. Hal ini ditempuh untuk meraih pasar dengan lebih mudah dan efisien.
Menurut Forbes, konsep MVP memang tampak sederhana dan sering disalahpahami. Namun, untuk mengejar produk yang sempurna ini beberapa perusahaan kehilangan fokus pada nilai inti dan mencoba memasukkan berbagai fitur dalam suatu produk. Hal ini lantas membuat MVP menjadi gagal dan pengembang kehilangan uang dan waktu. Padahal, MVP adalah produk awalan sederhana yang menitikberatkan pada presentasi dan menerima umpan balik dari khalayak calon konsumen.
Baca Juga: 6 Tahap Scrum yang Perlu Dijalankan Product Developer
Tahap pembuatan MVP
MVP dapat dibangun dengan memperhatikan beberapa alasan terkait pemasaran dan nilai guna produk pada pelanggan (Sumber: Pexels)
Sebelum memasuki tahap pembuatan MVP, pengembang harus mengetahui alasan-alasan kenapa mereka perlu memulai pengembangan produk dengan MVP. Beberapa alasan pembuatan MVP adalah sebagai berikut.
- Meraih perhatian investor, dengan adanya MVP ini pengembang produk dapat menggaet investor sembari menjelaskan konsep produk secara lebih riil dan efektif.
- Membangun produk yang nantinya digunakan konsumen, beberapa produk umumnya dibangun tanpa memperhitungkan sisi nilai guna, untuk itu produk dengan MVP dapat dilakukan untuk menguji kegunaan produk kepada calon konsumen serta menerapkan fitur-fiturnya.
- Pemahaman yang lebih baik tentang Domain, ketika memutuskan untuk membangun MVP, pengembang akan lebih memiliki waktu untuk menggali masalah lebih dalam. Permasalahan ini bisa termasuk teknis, industri, hingga pasar. Hal ini membuat pengembang lebih waspada sebelum produk diproduksi secara lengkap.
- Validasi ide, pengembangan produk dengan MVP pun memerlukan pengujian ide dan menginvestasikan waktu serta sumber daya untuk membenahi bagian-bagian penting lewat reaksi pengguna.
- Berisiko rendah, alasan utama dari pembuatan MVP adalah karena pengembang memiliki ruang untuk berevolusi, yaitu terhadap adanya teknologi baru dan juga merevisi fitur yang tidak perlukan.
Untuk lebih memahami bagaimana cara kerja MVP, berikut ini adalah beberapa tahap pembuatan MVP yang umum dilakukan oleh para pengembang produk.
- Pertama, pengembang produk harus mengidentifikasi masalah dari produk yang akan dibangun. Dalam hal ini, pengembang melakukan identifikasi masalah dan memvalidasi ide serta memeriksa kelayakan produk secara analitis.
- Kedua, melakukan riset pasar dan menganalisisnya. Riset ini meliputi observasi pesaing, identifikasi target konsumen, dan menghitung ukuran pasar.
Baca Juga: Tugas Product Manager dan Kemampuan yang Harus Dimiliki
Setelah kedua tahap awal ini dilakukan, maka produk siap dibangun dengan beberapa tahap berikut ini.
1. Prototipe
Pembuatan prototipe merupakan tahap awal sebelum produk MVP dibuat (Sumber: Pexels)
Pembangunan produk secara umum pasti memerlukan prototipe sebagai tahap awalnya. Hal ini dilakukan pula pada pembangunan produk dengan metode MVP. Prototipe yang merupakan suatu proyeksi akhir dari citra suatu produk dapat menjadi acuan dari bentuk produk nantinya.
Pembuatan prototipe akan membantu pengembang untuk melihat kemungkinan koreksi atau revisi dalam rangka penyempurnaan produk. Umumnya, prototipe telah dilengkapi dengan berbagai fitur atau elemen yang nantinya akan diterapkan pada produk.
2. MVP (Minimum Viable Product)
Setelah memenuhi tahapan atau pembuatan prototipe, maka pengembang bisa mulai membangun MVP dengan mengacu pada prototipe yang telah dibuat sebelumnya. Produk MVP in memiliki bentuk dan fitur seperti produk yang tengah direncanakan, namun belum ditambahkan dengan berbagai fitur lainnya.
Dari pembuatan produk MVP ini nantinya pengembang mulai mempresentasikan produk sebagai contoh kepada pengguna. Pengguna pun dapat mencoba menggunakan produk MVP untuk kemudian memberi umpan balik yang nantinya menjadi bahan evaluasi pihak pengembang. Dengan adanya umpan balik calon konsumen ini nantinya sebuah produk MVP dibangun kembali hingga menjadi produk final.
3. Produk final
Sebuah produk final dapat dirilis atau diluncurkan setelah produk MVP dievaluasi (Sumber: Pexels)
Setelah melakukan evaluasi, produk MVP akan dibangun dan dilengkapi dengan fitur dan elemen sesuai hasil pengayaan produk. Dari sini kemudian tim pengembang dapat mulai membangun produk final di mana semua umpan balik dari calon konsumen telah disarikan dalam produk tersebut. Adanya produk MVP menjadi metode meminimalisasikan risiko oleh tim pengembang agar produk finalnya diminati dan tepat guna.
Baca Juga: 9 Skills yang Diperlukan oleh Product Manager
Tujuan dibuatnya MVP
Secara garis besar, produk MVP dibuat untuk meminimalisasi risiko dan mengurangi beban biaya akibat kegagalan produk (Sumber: Pexels)
Dilansir dari NetSolutions, pembuatan produk MVP memiliki beberapa tujuan utama yang antara lain adalah sebagai berikut.
- Membangun fokus pada inti produk, hal ini berarti tim pengembang dapat memaksimalkan satu ide utama untuk membangun produk dengan anggaran minimal dalam waktu tertentu untuk dapat menguji produk tersebut.
- Meminimalkan risiko, salah satu tujuan produk MVP dibuat adalah mengurangi risiko kegagalan produk atau produk akhir yang tidak tepat guna.
- Membuka peluang pengujian awal, pembuatan produk MVP dapat meningkatkan ketelitian dan evaluasi oleh tim pengembang terhadap pengujian awal produk.
- Memaksimalkan umpan balik pengguna, produk MVP dibuat dengan tujuan utama mengumpulkan umpan balik dari pengguna potensial untuk mencari tahu apa pendapat mereka tentang produk dan masukan apa yang sekiranya dapat digunakan untuk membangun produk final nantinya.
- Memungkinkan proses validasi pasar, dengan adanya proses pengujian oleh pengguna, tim pengembang juga dapat mulai memetakan validasi pasar bersama tim pemasaran produk nantinya. Target pasar terkait produk dapat ditentukan saat pengujian berlangsung.
- Membutuhkan lebih sedikit waktu untuk pengembangan produk, semakin cepat produk MVP diluncurkan, maka semakin cepat pula tim pengembang mendapatkan umpan balik dari pengguna untuk kemudian melakukan evaluasi terhadap produk.
- Ramah anggaran, salah satu hal utama dari pembuatan produk MVP adalah ramah anggaran. Sebabnya, dibanding menghasilkan produk final yang gagal, tim pengembang bisa mengirit waktu dan biaya serta emosi dengan merilis produk MVP.
Baca Juga: Apa Itu Prototype? Kenali Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan 3 Contohnya
Karakteristik MVP
Contoh MVP Twitter saat pertama dirilis ke publik pada tahun 2006 (Sumber: netsolutions.com)
Sebagai bagian dari pengembangan produk, MVP memiliki beberapa karakteristik utama yang membuatnya dapat menunjang kinerja sebuah tim pengembang. Adapun karakteristik itu antara lain meliputi.
- MVP memiliki nilai yang sudah terstandarisasi sehingga pengguna mau mengunduh atau menggunakan produk MVP saat masih berupa produk belum final
- MVP memberi manfaat masa depan menjanjikan untuk dipertahankan sebagai fitur atau elemen produk yang telah diadopsi sedari awal
- MVP memunculkan umpan balik untuk memandu pengembangan produk di masa depan
Tiga karakteristik utama produk MVP tadi membuat tim pengembang tidak membuang waktu terhadap hal-hal di luar batas standar produk dan juga mereka dapat membangun fitur lain dari waktu ke waktu sesuai preferensi pelanggan atau pengguna.
Baca Juga: Mengenal Design Thinking: 4 Elemen, Tahapan, dan Contohnya
Contoh MVP
Contoh MVP Facebook saat pertama kali dirilis sebagai milis antar mahasiswa di Harvard University (Sumber: netsolutions.com)
Dilansir dari ProductPlan, terdapat beberapa startup dunia yang menggunakan MVP secara sukses. Adapun beberapa contoh perusahaan yang menggunakan MVP dalam proses pengembangan produknya antara lain adalah sebagai berikut.
- AirBnB, para pendiri AirBnB menggunakan apartemen mereka sendiri untuk memvalidasi ide dalam penciptaan pasar dengan subjek sewa hunian peer-to-peer secara daring. Para inisiator AirBnB membuat situs jejaring minimalis dan mempublikasikan foto serta detail lain tentang properti mereka. Dari sana, mereka menjaring pelanggan atau tamu berbayar untuk kali pertama.
- FourSquare, jejaring sosial berbasis lokasi ini mulanya diawali sebagai MVP satu fitur yang hanya menawarkan check in lokasi dan hadiah dari fitur gamifikasi atau teknik dasar permainan mekanis. Setelah beberapa waktu, tim pengembang FourSquare pun mulai menambahkan fitur rekomendasi, panduan kota, dan berbagai fitur jejaring berbasis peta.
- Facebook, siapa yang tak kenal media sosial terpopuler ini. Facebook dulunya juga diluncurkan sebagai produk MVP yang hanya menghubungkan antar mahasiswa melalui pesan. Ide utamanya hanya menghubungkan teman melalui platform sosial. Namun kemudian dikembangkan setelah mendapatkan banyak umpan balik hingga kini memiliki lebih dari 1,3 miliar pengguna aktif di seluruh dunia.
- Twitter, mulanya media sosial populer ini muncul sebagai ide untuk membuat platform medsos berbasis SMS yang singkat. Dengan nama awalnya “twttr” produk ini dirilis untuk penggunaan internal dan mengujinya di antara pengguna. Meski dengan karakter terbatas, namun Twitter lantas berkembang menjadi salah satu platform yang populer.
Nah, itulah tadi sedikit penjelasan tentang MVP dan bagaimana perannya dalam proses pengembangan produk. Setelah ditambahkan beberapa contoh di atas, sekiranya kamu bisa membayangkan bagaimana peran MVP dalam proses pengembangan produk perangkat lunak maupun aplikasi.
Dengan adanya MVP ini sebuah tim pengembang tidak lagi khawatir dengan kegagalan produk final atau kekurangan daya saing pasar saat produk dirilis. Produk MVP dapat menjadi acuan perbaikan maupun evaluasi jika memang pengguna memberi umpan balik negatif, dan sebaliknya produk MVP bisa menjadi tanda keberhasilan suatu produk jika banyak umpan balik positif.
Baca Juga: 6 Langkah Validasi Ide Startup yang Penting Dilakukan
Bagi kamu yang tertarik untuk menggeluti bidang pengembangan atau developer di bidang perangkat lunak, tentu keberadaan metode MVP dapat meningkatkan kinerjamu. Dan bila kamu masih ingin mencari pekerjaan untuk memulai kariermu, maka EKRUT bisa menjadi jawabanmu.
Dengan mendaftar lewat EKRUT, kamu bisa ditemukan oleh berbagai perusahaan yang juga tengah mencari kandidat developer untuk mereka. Siapkan CV terbaikmu dan mendaftarlah lewat EKRUT dengan klik tautan di bawah ini.
Rekomendasi Bacaan:
- 5 Tips Manajerial Untuk Tim Engineer
- Jangan Bingung, Ini Contoh Press Release Yang Baik Dan Benar
- Kulik Juara Mobile Legends Indonesia Games Championship 2018
Sumber:
- techopedia.com
- leanstartup.co
- uptech.team