Minat publik terhadap mata uang digital seperti cryptocurrency terus bertambah. Hal ini terlihat dari semakin membumbungnya investasi di sana. Alhasil, Bitcoin sebagai salah satu mata uang virtual semakin diburu. Kabar buruknya, selain investor, hacker atau peretas pun kemudian mengincar cryptocurrency. Nyatanya, cryptocurrency memang pernah diretas. Kok bisa ya?
Software bajakan
Para ahli dari Kaspersky Lab menemukan adanya modus penipuan lewat perangkat lunak (software) untuk melakukan penambangan mining mata uang kripto. Software ini diam-diam didistribusikan dan dipasang ke PC pengguna.
Hacker melakukan aksi ini dengan memanfaatkan software bajakan, termasuk software untuk mengedit foto dan teks.
Baca juga: Investor berangsur-angsur tinggalkan Bitcoin, kenapa?
Selanjutnya, para peretas mengeksploitasi PC pengguna, dengan melakukan mining dan tentunya mengeruk semua keuntungan ke kantong sendiri.
Apalagi, pengguna memang tidak sadar telah dimanfaatkan para peretas. Mereka pun dengan mudahnya melakukan kecurangan terhadap pengguna yang awam soal IT.
Cryptomining jadi tren 2017
Berdasarkan laporan tahunan Kaspersky Security Bulletin, penambangan mata uang kripto menjadi salah satu tren tahun 2017. Analis malware di Kasperskry Lab, Alexander Kolesnikov mengatakan, baru setehun kemudian, para penambang bermunculan di mana-mana.
Selanjutnya, peretas menggunakan alat dan teknik yang berbeda. Contohnya, rekayasa sosial dengan menggunakan cracked software. Tujuannya, untuk melakukan infiltrasi PC sebanyak mungkin.
Pencegahan peretasan
Bagaimana caranya agar PC pengguna tidak disusupi untuk kegiatan cryptomining? Kaspersky Lab menyarankan pengguna untuk mengunduh software origisal dan memasang solusi keamanan untuk melindungi komputer.
Meski demikian, pendiri sekaligus CEO BBXCoin, Ronald Kumalaputra menuturkan, mata uang virtual dan crypto exchange adalah dua hal berbeda. Sehingga, apabila cryptocurrency diretas, yang bertanggung jawab harusnya pihak exchanger. Ronald malah berani menjamin cryptocurrency sebagai satuan yang tak akan bisa diretas.
Baca juga: Trojan pencuri cryptocurrency ini sudah masuk ke Mac
Ronald pun mengibaratkannya seperti sebuah bank yang menyimpan uang kemudian terjadi peretasan sehingga uang nasabah hilang. Ia mengungkapkan, dalam kasus seperti bank ini, peretasan bisa saja dilakukan pihak internal, selain orang luar bank. Jadi, bukan hanya cryptocureency yang berisiko kena retas.
Blockchain jamin transaksi?
Ronald pun meyakini blockchain, teknologi di balik cryptocurrency, mampu menjamin keamanan dalam bertransaksi. Ia menyebut blockchain sebagai solusi keamanan dan privasi, terutama untuk keuangan yang berbasis Internet. Sebab, ia mengklaim, semua kecurangan bisa dicegah.
Bagaimana pendapatmu? Apakah kamu percaya dengan sistem keamanan yang ditawarkan blockchain?
Sumber:
- jawapos.com
- kompas.com
- viva.co.id