Politik seperti tidak ada habisnya bila dibahas dan menjadi bahan perbincangan hampir di mana pun, khususnya menjelang pemilihan umum. Partai pun akan gencar berkampanye, termasuk lewat iklan. Di zaman digital seperti sekarang pun iklan bisa digunakan untuk mempromosikan apapun, termasuk langkah politik, di berbagai media sosial.
Mengingat semakin maraknya iklan di media sosial untuk berbagai tujuan termasuk kepentingan politik, Facebook dan Twitter menerbitkan peraturan baru. Kedua media sosial tersebut menerapkan transparansi untuk pemasangan iklan. Sebab, Facebook dan Twitter rawan disalahgunakan untuk menyebarkan berita palsu atau hoax. Untuk penerapannya, Facebook dan Twitter nantinya akan menambahkan informasi dan verifikasi kepada semua iklan yang ada dalam media mereka. Simak ulasan berikut ini untuk Anda.
Label "promoted" dan "learn more" di Twitter
Twitter akan menambahkan label pesan bertuliskan "Promoted (political)" di bagian bawah pada setiap iklan kampanye partai politik yang diunggah oleh kandidat resmi yang terlibat. Tujuannya, untuk menghindari kesalahpahaman akibat propaganda palsu yang disebarkan pihak lawan dan menimbulkan kekacauan. Dengan demikian, iklan berisi hoax tidak akan memiliki label tersebut dan netizen pun bisa mengidentifikasinya langsung.
Supaya pemasangan iklan politik juga lebih transparan Twitter juga akan menyediakan tombol "learn more" yang akan membuat. Jadi, Anda dapat mengetahui dan menghubungi pemasang iklan.
Label "paid for by" dan tautan tambahan Facebook
Sementara itu, Facebook pun akan dilengkapi label “paid for by”. Jika mengklik label itu, Anda diarahkan pada situs dengan informasi mengenai banyaknya yang yang dihabiskan untuk memasang iklan tertentu. Selain itu, Anda pun bisa mengetahui informasi mengenai pengunjung iklan, termasuk jenis kelamin, usia, dan lokasi mereka. Tak berhenti sampai di situ, Facebook akan menyertakan tautan facebook.com/politicalcontentads. Tautan ini akan terus ada selama tujuh tahun terhitung hari pertama pemasangan iklan.
Facebook berencana memanfaatkan sistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk mengawasi iklan di jejaring sosial tersebut. Tujuannya, agar iklan sesuai aturan yang berlaku. Sebab, ada 3.000 iklan propaganda Rusia yang telah diakses 10 juta pengguna Facebook. Mark Zuckerberg tentu tak menginginkan hal serupa terjadi, karna pasti mencoreng nama perusahaan.
Semoga saja label dan fitur baru Facebook serta Twitter juga bisa berdampak baik bagi masyarakat Indonesia ya! Terlebih, 2018 menjadi tahun politik menjelang pemilu tahun depan.