Seiring dengan berkembangnya dunia digital, profesi baru pun kian bermunculan. Salah satu profesi baru di dunia Software Engineering yaitu, DevOps. Merupakan penggabungan dari dua profesi, apakah peran dan tanggung jawabnya?
Profesi ini terbilang baru di dunia Software Engineering dengan tujuan untuk membangun, atau mengembangkan aplikasi secara lebih cepat. DevOps berperan dalam mengembangkan perangkat lunak, serta metode pengiriman aplikasi.
Dalam melakukan tugasnya, profesi ini menggunakan pendekatan kolaboratif pengembangan aplikasi (Dev), dan bagian operasi aplikasi (Ops). Lebih lengkap, berikut ini adalah informasi lengkap yang perlu kamu ketahui.
Baca juga: 3 tantangan terbesar Software Engineer & cara mengatasinya
Apa itu DevOps?
DevOps merupakan manajemen organisasi antara pengembang dan operasional dalam pengembangan perangkat lunak (Sumber: Pexels)
Menurut Tom Hall, seorang DevOps Advocate and Practitioner dari Atlassian, DevOps didefinisikan sebagai pendekatan Agile untuk perubahan organisasi yang berupaya menjembatani perbedaan tradisional dan tertutup antar tim dalam pengembangan perangkat lunak atau program. DevOps juga memfasilitasi kolaborasi yang lebih besar dengan adanya alat baru dan praktik rekayasa secara membudaya dalam suatu tim pengembang.
Di sisi lain, DevOps diartikan pula menjadi kombinasi dari filosofi budaya, praktik, dan alat yang meningkatkan kemampuan organisasi untuk menciptakan aplikasi dan layanan dengan kecepatan tinggi. Pengembangan dan peningkatan produk dengan organisasi yang didukung DevOps diyakini lebih cepat daripada pengembangan dalam organisasi secara tradisional lewat manajemen infrastruktur.
Adanya pengorganisasian secara DevOps ini membuka potensi organisasi untuk melayani pelanggan dengan lebih baik dan lebih efektif di pasar. Secara umum, DevOps dapat didefinisikan sebagai gabungan dari pengembangan/development (Dev) dan operations (Ops) yang menyatukan orang, proses, dan teknologi untuk terus-menerus memberikan nilai kepada pelanggan.
Baca juga: Metode agile development: Pengertian, tujuan, dan keunggulan
Peran dan tanggung jawab DevOps
DevOps bertanggung jawab meemcahkan masalah pada software dan website secepat mungkin - EKRUT
DevOps bertanggung jawab dalam merancang, mengembangkan, memecahkan masalah dan memastikan semua program berjalan dengan baik. Berikut ini peran serta tanggung jawab yang diemban dalam tim.
- Memonitor software atau website serta peralatan dan prosedur yang dipakai agar sesuai dengan standar yang ada
- Memastikan seluruh sistem berjalan lancar, selalu terpantau, dan menanggapi isu yang muncul
- Melakukan otomatisasi terhadap proses yang ada untuk mempercepat pekerjaan
- Memecahkan masalah yang ada pada software atau website secepat dan seefektif mungkin
- Merancang dan mengembangkan automated scripts, serta mengujinya untuk mempercepat proses
- Berkolaborasi dengan beberapa divisi teknologi lainnya untuk berdiskusi dan menciptakan solusi mengenai software, aplikasi, atau pun website yang ada
Tools yang digunakan untuk membantu profesi ini juga beragam mulai dari Git, Jenkins, Ansible, Puppet, Kubernetes, Docker, AWS, dan lainnya.
Baca juga: 10 kursus Docker gratis buat kamu
Manfaat DevOps di perusahaan
Memiliki DevOps dapat membantu perusahaan mengembangkan aplikasi lebih cepat - EKRUT
Berikut adalah beberapa manfaat jika sebuah perusahaan besar, maupun startup memiliki posisi ini di perusahaan.
1. Mempercepat proses develop aplikasi serta mengurangi risiko kegagalan
Ketika tim Developer sudah diberikan keleluasaan dalam melakukan deploy kode, dan rollback kodenya sendiri, developer mampu menulis kode secara lokal di laptop serta mengunggah kode ke server test. Setelah itu, QA/Tester melakukan pengecekan selanjutnya developer mengunggah kode ke Server Production. Langkah ini lebih cepat, efisien, serta mengurangi risiko kegagalan dibandingan jika tim Developer dan tim Operation dipisah.
2. Tim yang lebih produktif
Dengan digabungkannya tim Developer dengan tim Operation, tentunya membuat mereka akan jauh lebih memungkinkan untuk berkolaborasi dan berkomunikasi secara lebih efektif. Hal ini membuat kedua tim akan memiliki satu tujuan bersama, yaitu mampu meluncurkan fitur atau bug secepat mungkin ke pengguna. Tujuannya adalah untuk memunculkan rasa saling memiliki dan meningkatkan produktivitas tim.
3. Angka human error yang lebih rendah
Dengan bantuan beberapa tools yang digunakan seperti server yang berada di Cloud (AWS, GCP, Azure, dll), Jenkins, Ansible, hingga Python, profesi ini dapat membuat sebuah sistem di mana Developer bisa tinggal mengetikkan 1 perintah untuk secara otomatis mengunggah kode mereka ke server, dan begitu pula dengan rollback. Semua dapat dilakukan tanpa mengganggu Developer lain, server lain, maupun tanpa campur tangan manual tim Operation. Dengan begini semua sudah serba otomatis sehingga risiko terjadi Human Error menjadi lebih sedikit.
Baca juga: 6 tips meeting untuk Website Developer
Skillset menjadi DevOps Engineer
Seorang insinyur DevOps diharapkan memiliki kemampuan baik softskill maupun technical skill (Sumber:Pexels.com)
Dilansir dari Applause.com, seorang insinyur DevOps memiliki prioritas utama untuk menghadirkan fitur bernilai tinggi dalam waktu singkat melalui kolaborasi lintas tim. Hal ini membuat insinyur DevOps membutuhkan keterampilan yang lengkap di bidang teknis, peralatan, dan juga interpersonal. Hal ini membuat seorang insinyur DevOps membutuhkan campuran keterampilan di bidang softskill dan hardskill atau technical skill.
Adapun beberapa kemampuan yang umum dimiliki oleh seorang insinyur DevOps adalah sebagai berikut,
- Kolaborasi dan komunikasi, seperti pada penjelasan definisinya, DevOps menghadirkan pendekatan kolaboratif untuk proses pengembangan, pengujian, dan produksi perangkat lunak. Hal ini berarti adanya tujuan bersama dalam sebuah tim dilakukan secara efisien dan komunikatif. Kolaborasi dan komunikasi antar persona dalam urusan teknis hingga manajemen internal amat diperlukan dalam DevOps karena kepentingan efektivitas pengembangan.
- Pemahaman alat, seorang insinyur DevOps juga diwajibkan mengetahui dan memahami cara menggunakan beberapa alat dalam pengembangan hingga pengiriman perangkat lunak seperti version control, continuous integration servers, configuration management, deployment automation, containers, infrastructure orchestration, monitoring and analytics, Testing and Cloud Quality tools, dan Network protocols.
- Keterampilan pemrograman khusus dan coding, hampir semua pendekatan pengembangan memerlukan keterampilan pemrograman. Begitu pula bagi insinyur DevOps yang diwajibkan menguasai hal ini untuk mempertahankan serangkaian tanggung jawab pengodean unik pada tiap perangkat lunak atau aplikasi yang dikembangkan. Keterampilan ini meliputi Java, JavaScript, Ruby, Python, PHP, Bash, dan lain sebagainya.
- Sinkronisasi dengan tim Quality Assurance (QA), insinyur DevOps harus melakukan sinkronisasi dengan tim QA. Semau aktivitas pengujian, termasuk otomatis dan manual harus diketahui dan terlihat oleh teknisi DevOps untuk memastikan organisasi memenuhi tujuan dan tanggal rilis hingga hasil. Insinyur DevOps harus memahami kegiatan pengujian, mengetahui riwayat pengujian dalam siklus CI/CD (Continuous integration/Continuous delivery), dan memahami kerangka kerja yang dipimpin oleh Tim QA
Baca juga: Kenali 7 tahapan dalam software development life cycle
5 Tools yang digunakan DevOps
Beberapa contoh tools untuk DevOps (Sumber:Pexels.com)
Untuk menunjang kinerjanya, insinyur DevOps umumnya menggunakan beberapa alat atau tools yang antara lain adalah sebagai berikut,
1. Source code management
GitHub merupakan salah satu tools SCM dalam DevOps yang cukup populer (Sumber: liquidweb.com)
Source code management (SCM) merupakan alat yang digunakan untuk melacak modifikasi ke repositori sumber dalam DevOps. SCM bertugas melacak riwayat perubahan yang berjalan ke basis kode dan membantu penyelesaian konflik saat dilakukan penggabungan atau pembaruan dari beberapa kontributor terhadap suatu aplikasi yang terbangun. SCM juga biasa disebut dengan version control.
Ketika proyek pengembangan perangkat lunak dilakukan, akan timbul beberapa biaya overhead dan kompleksitas manajemen. SCM merupakan salah satu alat yang dipakai untuk mengurangi beban atau ketegangan organisasi dari biaya pengembangan yang meningkat tadi. Beberapa contoh tools SCM antara lain adalah Git, Cloudforce, Bitbucket, Subversion, TFS, dan lain sebagainya.
Baca juga: Begini cara menjadi Front End Developer handal
2. Build server
Jenkins merupakan tools CI/CD yang umum dipakai dalam build server DevOps (Sumber: liquidweb.com)
Build server juga dikenal sebagai Continuous Integration server (CI) dalam DevOps. Peran build server adalah secara otomatis mampu melakukan kompilasi, membangun, dan menguji setiap versi baru dari kode yang dimasukkan ke dalam repositori. Dalam sebuah operasi, build server dapat secara otomatis menyebarkan aplikasi yang sedang diuji ke Tim QA.
Build server dalam DevOps merupakan sebuah lingkungan terpusat yang stabil dan andal untuk membangun proyek pengembangan berbasis distribusi. Build server dilakukan dengan melakukan kompilasi terhadap kode-kode sumber (Source Code Repository) ke dalam kode basis untuk proses eksekusinya. Beberapa contoh alat untuk build server yang umum dipakai dalam DevOps antara lain adalah SonarQube, Artifactory, dan Jenkins.
3. Configuration management
JIRA merupakan salah satu tools untuk configuration management dalam DevOps (Sumber: liquidweb.com)
Dalam DevOps atau pengembangan perangkat lunak secara umum, configuration management mengacu pada proses di mana semua perangkat lunak dipelihara dan dikonfigurasi. Setiap jalur pengembangan memerlukan beberapa lingkungan untuk berbagai tujuan seperti pengujian unit, integrasi, penerimaan, beban, sistem, hingga pengguna akhir.
Manajemen konfigurasi amat penting dalam infrastruktur DevOps dikarenakan fungsinya dalam memfasilitasi kecepatan, akurasi, dan efisiensi kerja pengembangan. Secara umum, manajemen konfigurasi diperlukan untuk menyiapkan kerangka kerja yang nantinya dikerjakan atau digerakkan oleh DevOps. Beberapa tools untuk manajemen konfigurasi ini adalah Chef, Puppet, Jira, Ansible, Saltstack, dan CFEngine.
4. Virtual infrastructure
Microsoft Azure merupakan salah satu infrastruktur virtual yang dipakai dalam DevOps (Sumber: parkmycloud.com)
Infrastruktur virtual dalam DevOps merupakan kumpulan komponen yang ditentukan perangkat lunak untuk membentuk lingkungan IT perusahaan secara umum. Infrastruktur virtual ini menyediakan kemampuan IT yang sama dengan sumber daya fisik dan mendukung tim pengembangan dapat mengalokasikan sumber daya virtual ini dengan cepat ke berbagai sistem sesuai kebutuhan.
Infrastruktur virtual memainkan peran penting dalam DevOps karena tugasnya dalam melakukan otomatisasi berbagai proses pengembangan perangkat lunak, termasuk pengujian dan pengiriman. Dengan bantuan infrastruktur virtual ini tim pengembang dapat mengembangkan dan menguji dalam sebuah simulasi virtual ke pengguna akhir. Beberapa contoh alat infrastruktur virtual ini antara lain adalah Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, Vagrant dan lain sebagainya.
5. Test automation
IBM Rational Functional Test merupakan salah satu tools DevOps untuk test automation (Sumber: tutorialspoint.com)
Otomatisasi pengujian merupakan proses pengurangan jumlah intervensi manusia dalam proses pengujian perangkat lunak yang sedang dikembangkan dalam DevOps. Otomatisasi pengujian memerlukan kerangka kerja dan alat untuk menulis skrip pengujian yang memverifikasi fungsi aplikasi. Dalam hal ini, DevOps dapat melakukan beberapa hal yang meliputi:
- Menggunakan kasus uji untuk mendeteksi bug dan menghemat waktu
- Menggunakan program perangkat lunak untuk menguji aplikasi dan meminimalkan potensi kesalahan manusia
- Menyederhanakan proses dalam kasus uji berkala atau simultan (lebih dari satu kali)
- Melakukan otomatisasi pada proses apapun dan secara otomatis pula meningkatkan keandalan aplikasi
Dalam DevOps, otomatisasi pengujian ini juga identik dengan Continuous Delivery (CD). Adapun beberapa alat yang umum dipakai dalam CD antara lain adalah Selenium, Testsigma, IBM RTF, Tricentis Tosca, dan lain sebagainya.
Baca juga: 4 hal yang hambat perkembangan Website Developer
Selain manfaat dan perannya yang besar bagi perusahaan, profesi ini sendiri di Indonesia terbilang menjanjikan apalagi dengan rentang gaji Rp5.000.000 hingga Rp12.000.000 untuk mereka yang memiliki pengalaman kurang dari 2 tahun.
Kamu tertarik untuk menjadikannya bidang pekerjaanmu? Cobalah tingkatkan kemampuan dengan beberapa skill yang dibutuhkan oleh DevOps, dan bergabung dengan komunitas Software Engineer. Dengan begini, kamu dapat memiliki teman untuk berbagi informasi.
Nah, agar memudahkan kamu untuk mendapatkan pekerjaan sebagai DevOps, cobalah untuk mendaftarkan dirimu di situs talent marketplace. Dengan begini, kamu bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan tanpa perlu ke sana-kemari.
Sumber:
- mashable.com
- webopedia.com
- DevOps Culture
- What is DevOps? - Amazon Web Services (AWS)
- What Skills Does a DevOps Engineer Need?