Pernahkah kamu membaca suatu cerita fiksi maupun non fiksi dan lantas terlarut di dalamnya? Atau kamu pernah mendengar seseorang bercerita dengan baik hingga pendengarnya seolah ikut dalam cerita tersebut? Nah, kejadian seperti tadi di atas ada karena salah satunya adalah faktor mumpuni dari storytelling.
Seseorang dengan kemampuan storytelling yang bagus berpotensi dapat menyebabkan orang-orang yang membaca atau mendengar pengisahan mereka untuk terlarut dalam cerita. lantas, apa yang sebenarnya dimaksud dengan storytelling tersebut?
Apa itu storytelling?
Storytelling merupakan cara pengisahan cerita yang terkonsep dan tersampaikan dengan baik kepada audiens (Sumber: Pexels)
Menurut artikel dalam situs New York University, disebutkan bahwa storytelling adalah bentuk seni manusia yang mengajarkan tentang pengalaman dan pengisahan dengan mengalir.
Pengisahan atau cerita tidak hanya berbentuk narasi sastra saja, tetapi dapat digunakan untuk menggambarkan konsep matematika, sains, dan lebih daripada itu. Storytelling berkaitan dengan niat dan tindakan manusia beserta perubahan serta konsekuensi dari pengisahan itu sendiri. Narasi dalam storytelling menempatkan imajinasi dan pengalaman untuk memengaruhi pikiran, emosi, dan imajinasi sekaligus.
Artikel dalam Asian Development Bank yang ditulis Olivier Serrat menyebut bahwa storytelling lebih daripada mendongeng. Storytelling merupakan pendeskripsian yang jelas tentang ide, kepercayaan, pengalaman pribadi, dan pelajaran hidup melalui narasi cerita. Storytelling mampu membangkitkan emosi dan wawasan yang kuat pada orang-orang yang mendengarkan atau membacanya.
Dalam dunia bisnis, storytelling dikorelasikan sebagai proses penggunaan fakta dan narasi untuk mengomunikasikan sesuatu kepada audiens. Beberapa bahan storytelling bersifat faktual, dan beberapa lainnya dibumbui dengan improvisasi untuk memudahkan penjelasan inti dari pesan yang hendak disampaikan.
Baca juga: Mau Jadi Penulis yang Kreatif? Simak 10 Tips Berikut Ini
Fungsi storytelling
Storytelling berfungsi untuk menggaet audiens dan mengenalkan nilai atau tujuan tertentu (Sumber: Pexels)
Secara tersirat, fungsi storytelling telah termaktub pada penjelasan sebelumnya. Storytelling memiliki fungsi utama untuk membangkitkan emosi dan wawasan pada orang lain melalui subjek cerita.
Oleh karena itu, storytelling umumnya lebih susah dilakukan jika pendengar atau pembaca merasa memiliki jarak dengan jalannya cerita. Storytelling yang baik memiliki tugas utama untuk meniadakan jarak dan mendekatkan subjek cerita dengan para pendengar atau pembaca.
Adapun beberapa fungsi storytelling secara umum adalah sebagai berikut.
- Menarik minat orang atau audiens untuk mencari tahu atau mendengar tentang konsep
- Cerita dapat memperkuat konsep abstrak dengan penjelasan sederhana
- Pengisahan cerita adalah teknik komunikasi yang dapat membawa orang-orang menemukan rasa kebersamaan (community) dan kenyamanan (commonality)
Baca juga: Content Writer, Ini 7 Aplikasi Menulis Terbaik di Tahun 2021
Proses storytelling
Media merupakan jembatan storytelling agar sampai kepada audiens (Sumber: Pexels)
Storytelling merupakan proses yang tidak hanya terpaku pada satu titik saja. Lebih daripada itu, storytelling membutuhkan sumber, teknik, dan juga pesan yang memperkuat pengisahan. Adapun proses storytelling yang umum diketahui adalah sebagai berikut.
1. Pahami audiens
Langkah pertama dari proses storytelling adalah memahami audiens. Baik dalam pengisahan fiksi maupun dalam proses pemasaran bisnis, audiens menjadi subjek utama dari storytelling.
Sebelum seseorang menulis kisah atau cerita, seseorang tersebut perlu melakukan riset tentang target pasarnya sendiri. Seseorang juga harus menentukan persona calon pembeli atau audiens agar cerita yang dibuat laku. Begitu halnya di dunia pemasaran, storytelling perlu dilakukan dengan mengenal siapa yang akan menjadi target pasar dari suatu produk barang dan/atau jasa.
Dengan mengetahui audiens ini, seseorang dapat melakukan storytelling dengan fondasi yang kuat.
2. Tentukan inti pesan dari cerita anda
Hal kedua yang harus dipahami dari proses storytelling adalah seseorang harus menentukan inti dari cerita dan pokok pesan yang hendak disampaikan. Setelah memahami audiens, seseorang dapat membangun fondasi storytelling yang kuat lewat inti pesan ini.
Inti pesan dalam sebuah storytelling bisa berupa ide utama dari keseluruhan kisah. Dalam pemasaran bisnis, inti pesan bisa jadi adalah berupa alasan pokok kenapa produk tertentu layak untuk dijual atau perlu dimiliki oleh konsumen. Sedangkan dalam ranah fiksi, inti pesan dapat berupa petuah hidup atau petuah bijak yang didapat dari keseluruhan cerita.
3. Tentukan jenis cerita
Setelah menentukan pesan yang ingin disampaikan dalam storytelling, kita juga perlu menentukan jenis cerita apa yang tepat bagi audiens. Tidak semua cerita diciptakan sama. Hal ini dilakukan agar audiens merasakan atau bereaksi saat mereka membaca sebuah storytelling yang bagus.
Jenis cerita dalam storytelling dapat berupa beberapa hal seperti kisah persuasif yang menjelaskan bagaimana sebuah tindakan berhasil dilakukan dan mendorong audiens melakukan hal serupa. Atau, jenis cerita yang bersifat autobiografi. Jenis cerita ini umum dilakukan oleh para motivator atau ahli pengembangan bakat untuk memacu audiens menemukan perjuangan, kegagalan, dan solusi dari kegagalan tersebut untuk meraih sukses.
Ada pula storytelling yang berfokus pada nilai-nilai atau kisah menyentuh emosi dengan memasukkan karakter dan situasi tertentu. Jenis storytelling yang satu ini umum dilakukan untuk membangkitkan sense of humanity atau membangkitkan kemauan audiens untuk melakukan beberapa hal terkait nilai sosial atau moral tertentu.
Baca juga: 11 Cara Menjadi Content Writer Andal di Perusahaan Startup
4. Masukkan ajakan bertindak
Proses storytelling kontemporer umumnya menyisipkan ajakan untuk bertindak kepada para audiensnya. Hal ini dilakukan secara persuasif sehingga pembaca atau audiens dapat mendukung kampanye tertentu dari seseorang yang melakukan storytelling.
Hal semacam ini juga digunakan dalam pemasaran lewat ajakan berlangganan, menyumbang uang, membeli produk, atau mengikuti kursus tertentu. Langkah storytelling jenis ini memasukkan unsur call to action (CTA) yang dapat mendorong kolaborasi antara audiens dan pelaku storytelling.
5. Pilih media storytelling
Sebelum mulai menulis sebuah cerita, storytelling harus ditempatkan pada medium yang tepat. Entah itu berupa tulisan, podcast, blog, maupun medium lain yang dapat menyasar audiens.
Penentuan media untuk storytelling juga menentukan cakupan audiens yang akan mendengar atau membaca cerita kita. Umumnya, seseorang lebih tertarik dengan storytelling lisan yang menghidupkan indera pendengaran dan imajinasi. Meski tak sedikit pula yang gemar membaca, namun storytelling lewat lisan umumnya lebih digemari karena ada interaksi langsung.
6. Mulai menulis
Setelah menentukan media storytelling, langkah selanjutnya adalah mulai menulis subjek kisah atau cerita yang hendak kita buat. Mulai menulis merupakan langkah praktis yang dapat menentukan bagaimana arah storytelling milik kita nantinya berkembang.
7. Bagikan cerita
Setelah selesai dengan menulis storytelling dengan baik, langkah selanjutnya adalah mencari umpan balik dari orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagi cerita storytelling yang sudah kita buat kepada orang-orang terdekat untuk dibaca atau didengarkan.
Langkah ini juga dapat dilakukan sebagai produksi pertama storytelling kepada audiens dan melihat bagaimana mereka menanggapi hal ini untuk kali pertama. Masukan dan kritik amat penting untuk perkembangan kemampuan storytelling kita.
Baca juga: 7 Cara Menulis Artikel SEO Friendly Dengan Tepat
Cara menjadi storyteller yang baik
Mengasah kemampuan storytelling dapat dilakukan dengan terus menulis dan mengembangkan pengisahan (Sumber Pexels)
Selain memiliki imajinasi dan keberanian dalam mengembangkan cerita, seorang yang ingin membuat storytelling mumpuni memerlukan beberapa hal lain seperti berikut.
1. Pahami cerita yang ingin disampaikan
Jika seseorang membuat cerita dengan storytelling secara bertahap sesuai proses yang baik, maka bisa dipastikan ia akan memahami cerita miliknya. Namun, jika seseorang melewatkan satu langkah seperti penentuan nilai atau pokok nilai yang akan disampaikan lewat suatu cerita, maka bisa dipastikan storytelling-nya masih rapuh.
Memahami cerita adalah cara utama dari seseorang untuk membangun storytelling yang baik. Dengan memahami cerita, seseorang dapat menentukan tujuan akhir dari suatu cerita dan implikasinya bagi audiens.
2. Menyerap kritik
Membuat storytelling yang mumpuni bukanlah hal yang mudah dan bisa dilakukan semua orang. Dan tentunya, tidak semua orang yang memberi kritik juga mampu membuat storytelling dengan kualitas baik. Meski demikian, kritik dari para audiens tetaplah hal yang penting sebagai penunjang perkembangan seseorang dalam menulis cerita.
Kritik acapkali membuat seseorang antipati dan merasa gagal. Namun sesungguhnya, kritik justru hal utama yang harus hadir dari audiens setelah membaca atau mendengar storytelling buatan kita.
3. Terus menulis dan mencoba pengembangan kisah baru
Langkah terakhir untuk dapat menciptakan storytelling yang baik adalah terus menulis dan mencoba pengembangan cerita baru.
Adanya kritik dan penolakan atas karya yang kita buat bukan berarti menghentikan langkah kita untuk membangun kemampuan storytelling kita. Sebaliknya, hal tersebut muncul justru karena kita telah mencoba untuk menampilkan kemampuan kita dalam storytelling.
Oleh karena itu, kita perlu terus menulis dan mencermati bagian-bagian kurang tepat dari proses storytelling yang pernah kita buat. Evaluasi merupakan proses utama dari pengembangan diri, jadi jangan pernah takut untuk mencoba, dan takutlah jika kamu justru berhenti mencoba.
Baca juga: 6 Cara Menjadi Seorang Content Editor yang Baik
Storytelling pada umumnya dapat menunjang berbagai hal di luar urusan fiksi dan sastra. Terlebih lagi, di era digital marketing seperti sekarang ini kemampuan storytelling amat dibutuhkan bagi pemilik bisnis untuk memperkenalkan produk mereka secara lebih kreatif.
Kita akan sering menonton iklan dengan kisah klise dan lucu yang menggugah emosi seseorang, Atau, membaca suatu kisah sederhana yang di dalamnya disisipkan iklan atau promosi produk tertentu. Hal-hal semacam ini membutuhkan kemampuan storytelling yang kuat dan sebisa mungkin tidak membuat audiens bosan.
Nah, bagi kamu yang memiliki kemampuan di bidang menulis cerita dan storytelling, mungkin kamu bisa meniti karier di bidang pemasaran semacam ini. Kamu bisa memulainya dari hal-hal kecil atau langsung mendaftarkan dirimu lewat EKRUT. Dengan mendaftar lewat EKRUT, kamu berpotensi direkrut berbagai perusahaan yang tengah mencari kandidat untuk bagian pemasaran mereka.
Kamu hanya perlu menyiapkan CV terbaikmu lalu klik tautan di bawah ini untuk mendaftarkan dirimu lewat EKRUT.
Rekomendasi Bacaan:
- Informasi Lengkap Rapid Application Development Dan Tahapannya
- 9 Strategi Belajar Investasi Saham Untuk Pemula Yang Efektif
- Cara Mudah Membuat Sitemap Di Wordpress Dan Blogger
- Mengenal Pengertian Google Snippet Dan Jenisnya
- MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN): Latar Belakang, Tujuan, Dan Blueprint
Sumber:
- nyu.edu
- adb.org
- blog.hubspot.com