Setiap manusia, pasti mempunyai masalahnya masing-masing, termasuk saat di tempat kerja. Namun, ada hal yang menjadi pembeda pada orang-orang kebanyakan dengan orang yang menerapkan stoicism. Secara umum, seseorang yang menerapkan stoicism lebih tenang dalam merespons dan menjalani pressure yang cukup tinggi. Oleh karena itu, mari simak artikel tentang filosofi stoicism, pola pikir yang menciptakan kebahagiaan dalam hidup berikut ini.
Baca juga: Manfaat dan pentingnya work life balance bagi karyawan, serta 5 tips mewujudkannya
Apa itu filosofi stoicism?
Seorang stoic perlu melatih dirinya untuk fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol. (Sumber: Shutterstock)
Secara definisi, stoicism adalah pandangan atau filosofi hidup yang ditopang oleh dua pilar utama, yaitu cardinal virtues atau dasar-dasar kebajikan dan dichotomy of control atau dualitas pengaturan hidup.
Pilar pertama bernama cardinal virtues, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai dasar-dasar kebajikan. Kebajikan tersebut adalah kebijaksanaan praktis, keberanian, keadilan, dan kesederhanaan.
Pemahaman dari kebijaksanaan praktis adalah mengetahui apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi diri sendiri. Sedangkan untuk keberanian, seorang stoic tidak hanya terpaku pada keberanian fisikal, namun juga keberanian dalam memperjuangkan moral. Kebajikan berikutnya adalah keadilan. Tak hanya terpaku pada keadilan individu, namun keadilan bagi orang lain. Kebajikan terakhir adalah kesederhanaan, yang berarti kita dapat mengukur level yang tepat saat menjalani hidup, tidak berlebihan maupun tidak kekurangan.
Baca juga: Contoh jawaban kelemahan dan kelebihan saat interview kerja
Pilar kedua merupakan dualitas kontrol kehidupan yang merupakan terjemahan dari dichotomy of control. Pilar ini merupakan implementasi stoicism yang menciptakan kebahagiaan dalam hidup. Disebut dualitas karena kita hanya dihadapkan dengan dua kemungkinan, yakni hal-hal yang bisa dikontrol dengan hal-hal yang diluar kontrol. Tentu untuk mendapatkan kebahagiaan, seorang stoic perlu melatih dirinya untuk fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol.
Sejarah singkat stoicism
Stoicism dicetuskan pertama kali di Athena, Yunani. (Sumber: Pexels)
Zeno merupakan seorang pebisnis menggunakan kapal laut untuk membawa barang-barang yang diperjualbelikan di Siprus dan Yunani. Perjalanan laut yang menempuh jarak 1.085 kilometer membawanya pada puncak kekayaan, sampai kapalnya karam ke dasar laut di daerah Yunani. Berjarak ribuan kilometer dari kampung halaman tanpa harta yang tersisa, Zeno justru tidak terpuruk, namun bangkit dan memperbaiki keadaan.
Pada saat itulah, beliau membawa dirinya ke perpustakaan dan membaca tulisan karya Socrates. Kemauannya untuk memperbaiki diri dan kemampuan untuk tetap tenang saat mendapat masalah dalam hidup telah membawanya pada perbaikan hidup. Bahkan, belajar bersama filsuf ternama di Yunani pada kala itu.
Baca juga: 9 Rekomendasi buku self improvement yang menarik
Semakin banyaknya pengalaman dan filosofi kehidupan yang dimiliki, Zeno mulai membagikan apa yang telah didapatkannya. Salah satu tempat yang biasa digunakan adalah Stoa Poikile, yang pada akhirnya digunakan sebagai Zeno untuk mengajar para muridnya dan menjadi cikal bakal nama stoicism.
Manfaat pola pikir stoicism
Stoicism memberikan ketenangan dalam hidup. (Sumber: Shutterstock)
Pola pikir stoicism sangat bermanfaat bagi yang ingin mendapatkan ketenangan dalam hidup karena seorang stoic hanya perlu memfokuskan diri pada hal-hal yang dapat dikontrol saja.
Hal pertama yang harus diketahui adalah dunia merupakan garis tarikan antara hukum sebab akibat. Tarikan garis tersebut membentuk suatu gumulan yang tidak dapat dijelaskan karena begitu banyaknya faktor yang terlibat. Mengetahui hal ini, akan membuatmu paham bahwa manusia tidak selalu punya kontrol atas apa yang terjadi, namun kamu selalu punya kontrol atas reaksimu.
Cara membentuk pola pikir stoicism
Ada tiga langkah yang bisa dilakukan untuk membentuk pola pikir stoicism yang kokoh. (Sumber: Shutterstock)
Menjadi seorang stoic dan mengaplikasikan pola pikir stoicism memang bukan hal yang mudah. Namun, itu semua dapat dilatih dan dipraktikkan terus menerus. Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk membentuk pola pikir stoicism.
1. Bedakan hal yang dapat dan tidak dapat dikontrol
Pembentukan pola pikir ini akan dimulai dari hal-hal kecil di sekitarmu. Contohnya, saat kamu bekerja di rumah dan internet WiFi di rumahmu tiba-tiba mengalami gangguan, lalu hilang sinyal.
Hal yang dapat kamu lakukan adalah dengan melakukan pengecekan pada device lalu bertanya pada customer service, berapa lama gangguan akan terjadi. Lalu, bagaimana dengan deadline pekerjaan yang hanya tersisa satu jam lagi? Tentu kamu bisa menggunakan sinyal dari ponsel yang tidak begitu stabil untuk melanjutkan bekerja sambil mengabari atasanmu tentang kemungkinan terlambat.
2. Praktik respons secara emosional akan apa yang terjadi
Secara emosional, kamu bisa mengumpat dan memarahi customer service dari provider internetmu. Apakah amarahmu dapat membuat internetmu segera kembali dengan kecepatan yang baik? Apakah pekerjaanmu dapat selesai dengan amarah? Tentu tidak. Pilih dan latih emosi yang tepat untuk merespons secara logis. Ingatlah bahwa, “practice makes perfect”.
3. Kontemplasi, journaling, atau meditasi secara berkala
Seperti halnya pelajaran di sekolah yang memiliki rangkuman, kamu bisa semakin ahli menjadi seorang stoic dengan melakukan kontemplasi, journalling, atau meditasi secara berkala. Kamu bisa memilih yang sesuai dengan kebiasaanmu. Hal ini penting untuk mengetahui sejauh mana kamu telah mempraktikkan stoicism. Kamu juga akan semakin sadar atas pencapaian yang telah kamu lakukan untuk terus bertransformasi menjadi lebih baik.
Baca juga: Cara meditasi sebelum tidur selama 10 menit dan manfaatnya untuk kesehatan
Contoh penerapan filosofi stoicism dalam kehidupan sehari-hari
Ilustrasi penerapan stoicism dalam pekerjaan. (Sumber: Shutterstock)
Sebagai seorang pekerja, siapa yang tidak mau mendapatkan promosi jabatan dan mendapatkan gaji yang lebih tinggi? Hal tersebut sangatlah manusiawi. Namun, apakah kamu punya kontrol akan hal itu? Tentu tidak. Lalu, apa yang dapat dikontrol?
Pertama, performance pekerjaanmu. Apa yang kamu lakukan setiap sedang bekerja? Bagaimana kamu berinteraksi dengan para kolega? Sudah melakukan hal yang terbaik, namun merasa tidak juga mendapatkan promosi?
Seorang stoic sadar bahwa promosi adalah hal di luar kendalinya. Maka dari itu, apabila kariernya terhenti di suatu perusahaan, seorang stoic hanya memiliki dualitas kontrol, yaitu tetap melakukan yang terbaik atau pindah mencari perusahaan baru yang dapat memberikan value lebih.
Baca juga: Kenali work life integration, cara baru capai kepuasaan kerja
Nah, sekarang sudah tahu kan penjelasan mengenai stoicism dan cara menerapkannya di hidupmu, terutama di bidang pekerjaan. Jika kamu sedang mencari pekerjaan, kamu bisa sign up di EKRUT sekarang juga. Hanya di EKRUT, kamu dapat memperoleh berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu.
Sources:
- Forbes
- TedXAthena
- TEDEd