Beberapa tahun terakhir ini, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah mengalami perkembangan pesat dan menjadi perbincangan hangat. Kolaborasi big data, ubiquitous dan komputasi awan yang kuat, seiring dengan berbagai terobosan dalam algoritme perangkat lunak dan pembelajaran mesin telah menciptakan skenario baru yang menarik dalam kemungkinan pemanfaatan AI di masa depan. Menariknya, meskipun berbagai penjuru negara turut mengembangkan teknologi ini, ternyata kawasan Asia lah yang diprediksi akan memimpin teknologi kecerdasan buatan ini.
Kekuatan Asia
Bagaimana bisa Asia menjadi pemimpin AI? Apakah alasannya? Wilayah asia secara unik akan memainkan peran penting dalam pengembangan AI dalam skala besar, berikut ini kekuatan Asia yang memungkinkannya menjadi pemimpin dalam teknologi kecerdasan buatan.
Sediakan banyak data
Semakin banyak data yang dimasukkan ke dalam sistem AI, semakin baik pula kinerjanya. Asia merupakan wilayah yang lebih terkoneksi secara digital dan dapat menyediakan data dengan jumlah sangat besar – yang dibutuhkan sistem AI untuk berkembang. Namun tentu saja, ada beberapa pertimbangan etis dalam pemanfaatan kecerdasan buatan di masa mendatang.
Tawarkan talenta terbaik
Untuk mencapai pengembangan AI yang lebih kuat dan canggih, dibutuhkan bakat-bakat terbaik pada bidang sains, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) dalam jumlah yang besar. Semua talenta tadi akan diberdayakan oleh perusahaan-perusahaan teknologi dan lembaga penelitian, untuk meningkatkan kapabilitas kecerdasan buatan. Di Indonesia, Microsoft bekerjasama dengan YCAB Foundation meluncurkan Microsoft Digital Skills di Kupang, Jambi, Jakarta, dan Yogyakarta. Selain itu, ada Generasi Bisa! sebagai platform ketenagakerjaan yang menghubungkan para lulusan SMA/SMK dengan perusahaan pencari tenaga kerja. Para peserta Microsoft Digital Skills pun akan mempelajari konsep cara berpikir struktural dan ilmu komputer dasar selama sesi Hour of Code (HoC).
Populasi besar generasi muda
Salah satu aspek unik Asia adalah populasi generasi muda yang besar, yang terlahir dalam dunia digital. PBB memperkirakan sebanyak 60 persen populasi generasi muda dunia berada di Asia Pasifik. “Generasi digital” ini lebih mudah menerima tekonologi digital dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, banyak negara Asia yang secara historis merupakan pengguna baru teknologi peninggalan. Kondisi ini memungkinkan kelompok negara tersebut melampaui negara-negara lain yang bergantung pada infrastruktur tua dan menggunakan cara-cara baru untuk hidup dan bekerja.
Bagaimana pendapat Anda? Jika Asia menjadi pemimpin dalam teknologi kecerdasan buatan, apakah akan ada kemajuan signifikan secara merata di semua negara?
Sumber:
techinasia.com
microsoft.com
dailysocial.id
msn.com