Layaknya quote terkenal dari film Dead Poets Society tentang sastra dan ilmu pengetahuan, karya sastra akan selalu ada dan penting untuk membentuk makna dalam hidup kita. Setiap karya sastra yang telah kita nikmati memiliki penciptanya yang dikenal sebagai sastrawan. Ayo, kenali lebih dalam tentang sastrawan dan peran mereka!
Baca juga: 3 Contoh Cerpen Singkat beserta Cara Menulisnya
Apa itu sastrawan?
Seseorang dengan latar belakang apapun dapat menjadi sastrawan. (Sumber: Pexels)
Definisi dari sastrawan sebenarnya tidak begitu membingungkan, sebutan sastrawan ditujukan kepada para ahli sastra. Figur-figur tersebut bisa berupa siapa saja, baik seorang intelektual, cendekiawan, penulis sastra, dan pujangga. Di masa ini, kamu dapat menemukan banyak sastrawan yang benar-benar menguasai kesusastraan sekaligus sebagai seorang penulis.
Zaman dahulu, sastrawan lebih akrab dipanggil seorang pujangga. Artinya, orang tersebut dapat memberikan nilai-nilai kebaikan dan pelajaran kepada para pembaca melalui karyanya. Lalu, muncullah istilah poedjangga baroe, di mana sastrawan dikenal sebagai penulis dan menempatkan dirinya setara pembaca.
“Kesetaraan” posisi penulis dan pembaca terus berlanjut hingga sekarang dan terbukti menjadi metode yang sukses untuk menyebarkan perspektif dan ide kepada khalayak. Hal ini dikarenakan pembaca menjadi lebih bisa terkoneksi atau relate dengan karya sastra tersebut.
Karya sastra yang mereka tulis dapat berbentuk prosa (cerpen dan novel), naskah drama, puisi, dan lainnya yang berasal dari ide, pengetahuan, pengalaman, dan perasaan individual mereka. Inilah sebabnya tidak sembarang pegiat ilmu sastra atau pun penulis dapat disebut sebagai sastrawan karena figur ini perlu memahami dan mempraktikkan sastra secara mendalam.
Sebagian besar sastrawan mengampu pendidikan sastra, bahasa, jurnalistik, dan sejenisnya. Namun, hal ini bukanlah syarat saklek. Selama kamu seseorang yang peka, menyeriusi dunia sastra, dan menuliskan karya, kamu juga bisa menjadi seorang sastrawan.
Baca juga: Mengenal Apa itu Sastra? Mulai dari Fungsi Hingga 8 Jenis Karya Sastra
Peran dan tanggung jawab sastrawan
Sastrawan berperan besar dalam memberikan wawasan terbaik bagi pembaca. (Sumber: Pexels)
Karier sebagai seorang sastrawan cukup unik dari pekerjaan pada umumnya karena melibatkan aspek teknis dan moral di dalamnya. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab seorang sastrawan meliputi kedua area tersebut. Simak pekerjaan dan kewajiban mereka di bawah ini.
1. Memahami dan memberi pemahaman yang berkualitas kepada pembaca
Ada banyak kasus di mana hal yang dialami secara masal lah yang lebih dapat menggerakkan hati pembaca. Hal tersebut tidak selalu merupakan pengalaman pribadi, bisa jadi sejarah lampau atau teori yang telah dikenal dan dianut banyak orang yang dikemas sesuai warna penulisnya.
Kejadian faktual atau ide yang unik mengharuskan sastrawan memahami dan menyampaikan informasi tersebut kembali dengan baik kepada khalayak. Karya sastra bukan sekadar hiburan melainkan juga alternatif sumber ilmu bagi pembaca. Maka dari itu, sastrawan perlu belajar dan riset lebih jauh terkait hal yang ingin disampaikan.
2. Menyampaikan nilai dan pesan moral melalui karya dan aktivitas menulis
Sastrawan merupakan seseorang yang memiliki kepiawaian khusus dalam merangkai kata-kata. Dalam karyanya, mereka perlu menyampaikan pesan moral yang berkualitas sehingga pembaca mendapatkan pembelajaran dan wawasan yang berguna. Tidak hanya karya sastra, tulisan berbentuk kritik dan opini serta juga perlu mengandung nilai yang patut disebarkan kepada pembaca. Selain itu, pesan dan nilai moral tersebut pun tentu akan tercermin dalam etika sastrawan saat menulis dan menyampaikan nilainya.
3. Memperkenalkan, memperluas wawasan, dan memotivasi generasi penerus untuk pelajari sastra
Sastrawan tidak hanya berkontribusi terhadap budaya, tetapi juga pendidikan. Riset oleh Nori Anggraini menyatakan bahwa sastrawan dapat mendukung keberhasilan pendidikan sastra dengan mensosialisasikan karya sastra dan memotivasi siswa untuk mengapresiasi kesusastraan dan makin mendalaminya. Selain kepada para siswa, hal ini juga dapat dilakukan kepada khalayak umum dan orang yang telah tertarik dengan sastra lebih dahulu melalui acara sejenis. Langkah ini tentunya dapat menumbuhkan generasi sastrawan yang baru dan makin baik.
4. Memberikan bimbingan dan berpartisipasi dalam penyusunan kurikulum bersama tenaga pendidik
Melanjutkan peran dan tanggung jawab di atas, kolaborasi sastrawan dengan pengajar dapat menciptakan kurikulum pembelajaran yang selaras dan aplikatif dengan karya sastra yang ada. Sastrawan juga dapat terjun langsung dalam memberikan bimbingan mengarang dan kesusastraan kepada siswa. Kegiatan belajar pun menjadi lebih terbarukan dan menyenangkan.
Baca juga: 10 Rekomendasi Aplikasi Membaca Novel Gratis [2022]
Skill yang harus dimiliki sastrawan
Penting bagi sastrawan untuk menjadi kritis dan kreatif. (Sumber: Pexels)
Siapa pun bisa menjadi sastrawan, tetapi bukan berarti hal tersebut mudah direalisasikan. Sastrawan yang telah mengarang karya-karya hebat memiliki skill di bawah ini.
1. Kritis dan kreatif
Untuk menjadi sosok yang kritis dan kreatif, kamu perlu peka terhadap lingkungan dan keadaan sekitar. Kemampuan ini akan memudahkanmu untuk mendapatkan ide cerita atau opini yang relevan dan kritis sesuai isunya. Hasil riset dan observasi yang dilakukan sebelum memulai menulis jadi lebih terjamin. Misalnya, kamu hendak menulis karya fiksi sejarah, tulisanmu jadi lebih berbobot dan valid dalam tolok ukur fiksi. Artinya, kamu tidak sembarangan menulis terkait hal yang terjadi dan dirasakan di sekitarmu.
2. Komunikatif
Baik verbal dan nonverbal, sastrawan perlu menguasai 2 jenis komunikasi ini. Tidak hanya untuk penyampaian kepada pembaca saat seminar buku misalnya, sastrawan juga harus berkomunikasi dengan editor, penerbit, narasumber, dan lainnya dengan baik. Tentunya, kamu ingin karyamu diterima baik dan memantik ide dan cerita cerdas lainnya.
3. Kemampuan teknis dalam menulis yang tepat
Karya sastra memang condong kepada keahlian artistik pengarangnya, tetapi bukan berarti kaidah kepenulisan dan sastra bisa diabaikan. Mengetahui target pembaca dan menguasai skill mengedit tentu dapat menunjang kualitas karyamu. Apabila sebuah maksud disampaikan dengan belibet, diksi yang tidak sesuai, dan tanpa titik koma yang jelas, tentu tulisanmu tidak akan mencapai dan menggugah pembaca.
4. Gaya menulis yang unik dan menarik
Setiap penikmat karya sastra memiliki preferensinya, begitu juga dengan karakter karya tersebut. Penting bagimu untuk tetap orisinal dan mempertahankan gaya kepenulisanmu sebagai pembeda dan nilai jual. Oleh karena itu, kamu perlu terus menulis dan bereksplorasi untuk menemukan warnamu sendiri. Karya sastra bisa mengangkat isu yang sama, tetapi yang membuatnya bermakna dan bernilai salah satunya adalah perspektif dan karakter pengarang tersebut.
5. Memahami bahasa dan sastra
Menjadi sastrawan berarti kamu juga menjadi penggiat budaya. Kamu akan menyadari bahwa dunia kesusastraan Indonesia telah melalui banyak era. Meskipun karakter zaman dulu, sekarang, dan masa depan akan sangat berbeda, kamu perlu memahami, mengikuti perkembangannya, dan mengapresiasinya. Pengetahuan tersebut tentu makin memperkaya keahlianmu.
6. Memahami etika dan batasan
Ide dan pengalaman yang diungkapkan dalam karya sastra tidak bisa sembarangan dimasukkan. Isu SARA, kejadian sensitif, serta etika-etika seperti penulisan karya yang terinspirasi dari karya sastra lain perlu kamu pelajari agar tidak menyebabkan masalah di kemudian hari, baik terkait penerbitan maupun resepsi dari pembaca dan khalayak umum.
Baca juga: Bagaimana Cara Membuat Cerita yang Menarik untuk Dinikmati? Begini 12 Tips Penulisannya!
10 Sastrawan Indonesia terkenal
Indonesia memiliki banyak sastrawan berprestasi dan legendaris. (Sumber: Pexels)
Sejarah dan kejadian di Indonesia telah melahirkan banyak sastrawan yang terkenal karena karya, penghargaan, dan aktivitasnya. Apakah kamu familier dengan nama-nama sastrawan Indonesia di bawah ini? Ikuti perjalanan dan karya sastra mereka.
1. Marah Rusli
“Siti Nurbaya” karya Marah Rusli telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. (Sumber: Ensiklopedia.kemdikbud.go.id)
Sering mendengar sosok bernama Siti Nurbaya? Sebutan tersebut sebenarnya adalah judul karya sastra bergenre roman terbitan 1922 oleh Marah Rusli. Pria kelahiran Padang pada 7 Agustus 1889 merupakan sastrawan era Balai Pustaka yang tulisannya masih relevan hingga saat ini. Selain judul tersebut, Marah Rusli telah menuliskan “Memang Jodoh”, “Anak Kemenakan”, dan lainnya.
2. Sutan Takdir Alisjahbana
Dunia sastra, bahasa, dan politik telah diselami oleh Sutan Takdir Alisjahbana. (Sumber: Tokoh.id)
Salah satu sastrawan era Pujangga Baru yang terkenal adalah Sutan Takdir Alisjahbana (STA). Figur satu inilah yang mengarang “Layar Terkembang” dan “Dian yang Tak Kunjung Padam”. Sebutan era Pujangga Baru sendiri diambil dari nama majalah budaya dan sastra “Poedjangga Baroe” yang didirikan olehnya.
Kontribusi STA tidak sampai situ saja. Sastrawan ini juga merupakan ahli tata bahasa yang pernah menjadi dosen sekaligus ketua Komisi Bahasa Indonesia. “Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia” adalah bentuk kontribusinya terhadap bahasa Indonesia hingga saat ini.
3. Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer dikenal dengan karyanya, Tetralogi Buru. (Sumber: Kompas.com)
Kalau kamu pernah membaca atau menonton “Bumi Manusia”, Pramoedya Ananta Toer lah otak di belakang karya terkenal tersebut. Selain Tetralogi Buru, sastrawan ini juga telah menelurkan “Perburuan”, “Gadis Pantai”, “Cerita dari Blora” dan masih banyak lagi yang membuatnya menerima sejumlah penghargaan dari Balai Pustaka, BMKN, hingga UNESCO. Pramoedya Ananta Toer dikenal juga dengan sejarah hidupnya yang sempat ditangkap marinir Belanda karena menyimpan dokumen terkait gerakan melawan penjajah. Sosok ini juga merupakan pendiri dari Literary and Features Agency Duta pada 1952.
4. Chairil Anwar
“Aku” karya Chairil Anwar masih sering direferensikan hingga sekarang. (Sumber: Sejarahjakarta.com)
Chairil Anwar merupakan sastrawan angkatan 45 yang dikenal dengan karya puisinya. Karena mayoritas karyanya bertema kematian, kiriman puisinya ke majalah Pandji Pustaka sering ditolak. Inilah yang membuat karakter sastrawan tersebut unik dan dikagumi. Salah satu puisinya yang masih dielu-elukan hingga saat ini adalah “Aku”.
5. Sapardi Djoko Damono
Karya Sapardi Djoko Damono “Hujan Bulan Juni” terkenal dan digemari oleh masyarakat umum. (Sumber: Kompas.com)
Di angkatan 50, kamu akan mengenali Sapardi Djoko Damono, sastrawan yang mengarang sejumlah novel, puisi, serta terjemahan literatur internasional. Karakter tulisannya lekat dengan kesederhanaan tetapi bermakna dalam. Para penikmat sastra di era modern ini tentunya familier dengan kumpulan puisinya yang berjudul “Hujan Bulan Juni” yang sudah diadaptasi menjadi novel, komik, dan film.
Baca juga: Mengenal Jurusan Sastra Inggris dan Prospek Kariernya di Tahun 2022
6. Nh. Dini
Nh. Dini telah menulis sejak usia belia. (Sumber: Gramedia.com)
Salah satu sastrawan Indonesia wanita senior adalah Nurhayati Sri Hardini atau Nh. Dini. Aktivitas kesusastraannya telah dimulai sejak umur sembilan tahun dengan karya “Merdeka dan Mera Putih” yang membuat ayahnya sempat berurusan dengan pihak Belanda. Figur satu ini telah menerima banyak penghargaan atas tulisan cerita pendeknya, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Prancis, lho!
7. Ayu Utami
Ayu Utami, seorang sastrawan sekaligus jurnalis Indonesia yang kritis. (Sumber: Yoursay.suara.com)
Berlatar belakang seorang jurnalis, Ayu Utami merupakan seorang sastrawan wanita angkatan 2000-an. Sosok ini mengambil perhatian publik dengan karya pertamanya berjudul “Saman”, di mana kritikus sastra menganggap karya dan penulis ini telah melakukan sebuah dobrakan. Mulai saat itu, Ayu Utami meraih berbagai penghargaan, utamanya atas karyanya “Bilangan Fu”. Kontribusinya terhadap jurnalisme Indonesia juga tidak kalah ramai dengan mendirikan Aliansi Jurnalisme Independen (AJI).
8. Dee Lestari
Karya Dee Lestari langganan diadaptasi menjadi film. (Sumber: Detik.com)
Percayakah kamu, kalau film Supernova, Filosofi Kopi, dan Perahu Kertas merupakan adaptasi novel? Otak cerdas dibalik karya tersebut ialah Dewi Lestari atau lebih dikenal sebagai Dee. Novel serial “Supernova”-nya bahkan telah terjual lebih dari 75.000 eksemplar, lho! Menariknya, sosok satu ini pertama dikenal sebagai vokalis. Hingga saat ini, Dee Lestari menulis novel juga lagu.
9. Leila S. Chudori
Leila S. Chudori adalah sastrawan yang mengarang “Laut Bercerita”. (Sumber: Tempo.co)
Sastra Indonesia di era modern ini makin marak dengan fiksi histori oleh Leila S. Chudori. Sejak SD, sastrawan sekaligus wartawan ini telah menuliskan sejumlah cerita pendek yang terbit di majalah Si Kuncung, Horison, Kompas Minggu, dan lainnya. Novelnya “Laut Bercerita” mengantarkannya pada penghargaan South East Asia Writers Award 2020. Novel tersebut kental membahas kejadian 1998 yang memantik diskusi seru di kalangan pembaca dan akademisi.
10. Djenar Maesa Ayu
Cerpen Nai “Menyusu Ayah” telah diterjemahkan dan masuk dalam Jurnal Perempuan. (Sumber: Grid.id)
Terlahir di keluarga seniman menumbuhkan sisi artistik Djenar Maesa Ayu atau Nai yang akhirnya dilimpahkan dalam bentuk tulisan. Kamu dapat mengenali karakter karyanya yang kental akan feminitas dan seksualitas. Sejumlah karyanya seperti “Mereka Bilang, Saya Monyet!”, “Jangan Main-main (Dengan Kelaminmu)”, dan lainnya telah menjuarai ajang bergengsi, Khatulistiwa Literary Award.
Baca juga: Mau jadi penulis yang kreatif? Simak 10 tipsnya berikut Ini, dijamin ampuh!
Menjadi sastrawan bukan hanya karier, tetapi juga upaya nyata untuk memperkaya budaya Indonesia. Masih ada banyak lagi sastrawan Indonesia hebat yang menginspirasi perjalanan menulismu. Namun, apabila kamu ingin menseriusi kemampuan menulismu di bidang karier lainnya, kamu selalu bisa mendapatkannya dengan mendaftarkan dirimu di EKRUT!
Sumber:
- blackgarlic.id
- idntimes.com
- gramedia.com
- jurnal.umt.ac.id
- campus.quipper.com
- kemenparekraf.go.id
- ditsmp.kemdikbud.go.id