Dalam bisnis, penting untuk mengetahui apa itu rasio profitabilitas dan bagaimana cara menghitungnya. Rasio profitabilitas ini digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja perusahaan dalam memperoleh laba. Yuk, simak penjelasan selengkapnya mengenai rasio profitabilitas mulai dari pengertian, fungsi, jenis, hingga contoh kasusnya di bawah ini!
Baca juga: Cara menghitung ROI beserta 4 langkah utama pengukurannya
Apa itu rasio profitabilitas?
Rasio profitabilitas adalah salah satu metrik untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan. (Sumber: iStock)
Rasio profitabilitas adalah metrik keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan bisnis atau perusahaan untuk memperoleh laba dari aktivitas penjualan dan operasionalnya dari waktu ke waktu. Rasio profitabilitas ini digunakan sebagai salah satu metrik untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan. Selain itu, rasio profitabilitas juga bermanfaat bagi investor untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja perusahaan dalam memperoleh laba relatif terhadap pendapatan, aset neraca, biaya operasi, dan ekuitas pemegang saham selama periode waktu tertentu.
Rasio profitabilitas menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan keuntungan dan nilai bagi pemegang saham. Rasio atau nilai yang lebih tinggi biasanya dicari oleh sebagian besar perusahaan, karena ini biasanya mengindikasikan bahwa bisnis berkinerja baik dengan menghasilkan pendapatan, laba, dan arus kas. Rasio paling berguna ketika dianalisis dibandingkan dengan perusahaan serupa atau dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca juga: 5 Cara membuat proposal untuk menggaet investor
Fungsi rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas berfungsi untuk menilai efektivitas penjualan perusahaan. (Sumber: iStock)
Rasio profitabilitas berfungsi agar investor dan kreditur (bank) bisa menilai keuntungan investasi yang akan diperoleh investor dan jumlah keuntungan perusahaan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar hutang kepada kreditur berdasarkan tingkat penggunaan aset dan sumber daya lainnya sehingga terlihat tingkat efisiensi perusahaan. Efektivitas dan efisiensi manajemen dapat dilihat dari keuntungan yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan yang dilihat dari unsur-unsur laporan keuangan.
Semakin tinggi nilai rasio, maka semakin baik kondisi perusahaan berdasarkan rasio profitabilitas. Nilai yang tinggi melambangkan tingkat keuntungan dan efisiensi perusahaan yang tinggi yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan dan arus kas. Rasio profitabilitas memberikan informasi penting untuk dibandingkan dengan rasio periode sebelumnya dan rasio kompetitor. Rasio profitabilitas juga berfungsi untuk melihat hasil akhir dari semua kebijakan keuangan dan keputusan operasional yang dibuat oleh manajemen perusahaan dimana sistem pencatatan kas kecil juga berpengaruh.
Baca juga: 8 Jenis pekerjaan yang banyak dicari di startup
8 Jenis rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas terbagi menjadi beberapa jenis. (Sumber: iStock)
Terdapat beberapa cara untuk menghitung rasio profitabilitas. Beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang digunakan dalam jenis akuntansi keuangan antara lain:
1. Gross profit margin
Gross profit margin atau margin laba kotor adalah rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Margin laba kotor dilakukan dengan cara membandingkan laba kotor dengan pendapatan penjualan.
Ini menunjukkan berapa banyak pendapatan bisnis, dengan mempertimbangkan biaya yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasanya. Rasio margin laba kotor yang tinggi mencerminkan efisiensi operasi inti yang lebih tinggi, yang berarti masih dapat menutupi biaya operasional, biaya tetap, dividen, dan depresiasi, sekaligus memberikan laba bersih kepada bisnis.
Di sisi lain, margin laba yang rendah menunjukkan harga pokok penjualan yang tinggi, yang dapat dikaitkan dengan kebijakan pembelian yang merugikan, harga jual yang rendah, penjualan yang rendah, persaingan pasar yang ketat, atau kebijakan promosi penjualan yang salah.
Rumus untuk menghitung margin laba kotor adalah:
Gross profit margin = (gross profit / total income) x 100%
2. Net profit margin
Margin laba bersih adalah rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang diperoleh setelah dikurangi pajak dari pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Margin laba bersih ini disebut juga rasio margin laba. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi margin laba bersih semakin baik operasi suatu perusahaan.
Margin laba bersih dihitung menggunakan rumus berikut:
Net profit margin = net profit after tax : sales
3. Return on assets ratio
Tingkat pengembalian aset adalah rasio profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan yang diperoleh perusahaan terkait dengan sumber daya atau total aset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya dapat dilihat dari rasio persentase ini.
Rumus rasio pengembalian aset adalah sebagai berikut:
ROA = net profit: total assets
4. Return on equity ratio
Return on equity ratio (ROE) adalah rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari investasi pemegang saham perusahaan yang dinyatakan dalam persentase. ROE dihitung dari pendapatan perusahaan terhadap modal yang ditanamkan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan pemegang saham preferen).
Return on equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (kekayaan bersih), sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. ROE adalah profitabilitas modal sendiri atau biasa disebut profitabilitas bisnis.
Rumus return on equity adalah sebagai berikut.
ROE = net income after tax : shareholders’ equity
Baca juga: Bedanya Gross, Nett, dan Gross Up yang Wajib Karyawan Ketahui
5. Return on sales ratio
Return on sales adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan tingkat keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya variabel produksi seperti biaya tenaga kerja, bahan baku, dll sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang disebut juga sebagai margin operasi atau margin pendapatan operasional.
Berikut adalah rumus untuk menghitung laba atas penjualan (ROS):
ROS = (profit before tax and interest / sales) x 100%
6. Return on capital employed
Return on capital employed (ROCE) adalah rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang digunakan sebagai persentase (%). Modal yang dimaksud adalah ekuitas perusahaan ditambah kewajiban tidak lancar atau total aset dikurangi kewajiban lancar. ROCE mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi perusahaan. Laba sebelum pajak dan pengurangan bunga dikenal dengan istilah “EBIT”, yaitu earning before interest dan tax.
Berikut 2 rumus ROCE yang sering digunakan:
ROCE = profit before tax and interest / working capital.
ROCE = profit before tax and interest / (total assets – liabilities)
7. Return on investment (ROI)
Return on investment atau ROI adalah rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi pajak dari total aset. Return on investment berguna untuk mengukur keseluruhan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap total aset yang tersedia di perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik kondisi suatu perusahaan.
Rumus return on investment adalah sebagai berikut:
ROI = ((return on investment – initial investment) / investment) x 100%
8. Earning per share (PES)
Earning per share adalah rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per share dalam menghasilkan keuntungan bagi sebuah perusahaan. Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat memperhatikan laba per saham karena merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan.
Rumus earning per share (PES) adalah sebagai berikut:
EPS = net income after tax – preferred stock dividend / number of outstanding common shares
Baca juga: 6 Cara menabung saham bagi pekerja kantoran
Contoh kasus rasio profitabilitas
Cara menghitung rasio profitabilitas (ROI) perusahaan. (Sumber: iStock)
Perusahaan XYZ menginvestasikan Rp1.000.000.000 dalam bisnis penjualan produk kendaraan. Perusahaan XYZ ternyata mendapatkan penjualan 2.000 unit kendaraan. Dan dari penjualan tersebut perusahaan memperoleh keuntungan sebesar Rp1.200.000.000.
Maka, diketahui bahwa hasil investasi (keuntungan) adalah sebesar Rp200.000.000 dan
an modal awal (investasi) sebesar Rp1.000.000.000.
Maka, cara menghitung ROI (Return on Investment) adalah sebagai berikut:
ROI = (Rp1.200.000.000 – Rp1.000.000.000): Rp1.000.000.000) x 100% = 20%
Jadi, ROI yang diperoleh adalah sebesar 20%.
Baca juga: 5 Venture capital ini ternyata berasal dari Indonesia
Dengan menggunakan rasio profitabilitas dari waktu ke waktu dan membandingkannya dengan periode sebelumnya atau dengan kompetitor berguna untuk mengevaluasi efektivitas bisnis yang dijalankan dalam memperoleh laba.
Nah, selain melalui artikel dari EKRUT Media ini, kamu masih bisa memperoleh informasi dan berbagai tips bermanfaat lainnya melalui YouTube EKRUT Official. Selain itu, jika kamu ingin mengembangkan karier dan mencari pekerjaan baru, yuk sign up di EKRUT. EKRUT menyediakan berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu!
Sumber:
- Investopedia
- Corporate Finance Institute
- Tally Solutions