Prototipe atau prototype sering dikenal sebagai permodelan kerja yang paling dasar dari suatu pengembangan program. Dalam berbagai hal, prototype digunakan sebagai contoh mula-mula atau purwarupa dari suatu rancangan produk. Hal ini juga dikenal dalam dunia teknologi dan rekayasa perangkat lunak hingga industri manufaktur dan sebagainya.
Prototype adalah
Prototype adalah rancangan fisik dari produk yang akan diproduksi (Sumber: Pexels)
Secara etimologis dan historis, Merriam Webster Dictionary menyebut kata prototype pertama kali digunakan pada tahun 1552 di Prancis dan berasal dari bahasa Yunani prototypon. Kata ini dapat diartikan sebagai sebuah model orisinil dari sesuatu yang sedang dipolakan atau dikembangkan.
Di sisi lain, kata prototype adalah masa Medieval Latin dengan penggunaan prototypus sebagai bentuk orisinil atau primitif dari sesuatu. Kata ini berasal dari dua kata bahasa Yunani, protos dan typos. Protos sendiri berarti “yang pertama” sedangkan typos dapat diartikan sebagai pola atau impresi.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Software Animasi 3D Terbaik di Tahun 2020
Dalam dunia industri maupun teknologi informasi, prototype adalah purwarupa dari suatu pemodelan produk. Hal ini digunakan untuk beberapa kepentingan usaha, khususnya dalam urusan pengembangan produk atau pesanan klien tertentu, baik secara fisik maupun digital.
Menurut Techopedia, prototype dalam dunia teknologi didefinisikan sebagai model asli, bentuk atau contoh yang berfungsi sebagai dasar untuk proses selanjutnya. Dalam teknologi perangkat lunak, istilah prototype adalah contoh kerja di mana model baru atau versi baru dari produk dapat diturunkan atau dikembangkan.
Keuntungan dan kerugian prototype
Seperti halnya metode-metode pengembangan lain, prototype juga memiliki keuntungan dan kerugiannya sendiri (Sumber: Pexels)
Meski bersifat dasar sebagai contoh pemodelan produk, prototype memiliki keuntungan dan kerugiannya sendiri. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperti sumber daya manusia, waktu, dan tentu biaya yang digunakan dalam pembuatan prototype. Berikut ini adalah beberapa keuntungan dan kerugian dari pembuatan prototype dalam pengembangan suatu produk.
Keuntungan Prototype | Kerugian Prototype |
Adanya prototype memunculkan skema komunikasi antara klien dan produsen | Klien dapat serta-merta melakukan kritik maupun meminta pengembangan yang terlampau jauh dari acuan para pengembang terkait kualitas produk atau klien terlalu banyak ikut campur |
Pengembangan produk atau sistem yang akan lebih efisien dan hemat waktu | Memungkinkan adanya potensi konflik atau friksi antara kemauan klien terhadap pengembang dengan mengacu pada prototype yang sudah ada |
Klien dapat berkontribusi aktif dalam proses pengembangan produk melalui acuan prototype yang sudah dipresentasikan | Pengembang terlalu terpaku pada prototype sehingga memungkinkan adanya kondisi lalai terhadap proses pengembangan kualitas atau bisa menganggap prototype sebagai produk jadi |
Penerapan keinginan klien dan pengembang/produsen dapat lebih mudah diimplementasikan dalam capaian produk (demonstrasi prototype produk) | Cukup memakan banyak biaya karena diperlukan budget yang cukup besar untuk membuat prototype di awal proyek |
Tujuan Prototype
Pembuatan prototype bertujuan untuk memudahkan proses evaluasi produk (Sumber: Pexels)
Bagi pengembang atau developer, pembuatan prototype dapat bertujuan untuk memudahkan proses penjelasan rencana produk dengan cara demonstrasi fungsional. Tujuan utama ini dilakukan agar klien dan pengembang memiliki satu pandangan yang cukup atas rencana produksi.
Selain itu, prototype juga dapat bertujuan untuk mempermudah klien jika hendak melakukan modifikasi terhadap hasil akhir produk yang dipesan. Secara umum, prototype bertujuan untuk memberikan spesifikasi sistem kerja yang tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga praktik nyata. Proses pembuatan prototype menjadi suatu langkah formalisasi dan dapat berfungsi sebagai evaluasi ide.
Dilansir Uxpin, prototype atau prototyping bertujuan untuk menyelesaikan masalah terkait kegunaan atau fungsional sebelum suatu produk diluncurkan. Hal ini berarti pula mencakup proses pembenahan area yang perlu diperbaiki hingga kemudian dikembangkan sampai menjadi produk akhir.
5 Manfaat Prototype
Prototype bermanfaat bagi pengembang dan klien (Sumber: Pexels)
Mengacu pada kelebihan prototype di atas, maka setidaknya prototype juga bermanfaat dalam beberapa faktor produksi atau permodelan produk secara umum. Prototype memiliki manfaat di setiap pengembangan produk, baik fisik, software, maupun program-program komputasi tertentu.
Berikut ini adalah manfaat-manfaat yang didapat dari penggunaan prototype dalam pengembangan produk.
1. Mewadahi keinginan klien
Prototype dapat bermanfaat untuk mewadahi keinginan klien (Sumber: Pexels)
Dengan adanya prototype, klien atau konsumen akan lebih mudah memahami proses pengembangan produk atau mendapat gambaran bagaimana produk akan dibuat. Meski secara umum prototype belum dapat digunakan untuk menilai produk dari segi fungsionalitas dan tujuannya, namun prototype setidaknya dapat mewakili produk secara fisik. Hal ini yang lantas dapat memungkinkan klien untuk memberi masukan.
2. Memberi visi yang nyata
Prototype bersifat lebih lanjut daripada sekadar konsep atau teori pengembangan produk. Dengan adanya prototype para pengembang maupun klien dapat melihat visi atau gambaran produk secara lebih jelas dan riil. Tak hanya itu, implementasi konsep menjadi sebuah prototype juga lebih mudah didiskusikan antara klien dan pengembang.
3. Penghematan biaya
Pembuatan prototype dapat menekan biaya pengembangan produk (Sumber: Pexels)
Meski secara langsung pembuatan prototype memungkinkan adanya pembengkakan biaya di awal proses pengembangan, namun jika ditilik secara keseluruhan justru prototype dapat menekan biaya pengembangan. Hal ini disebabkan adanya realisasi konsep yang juga diikuti dengan proses evaluasi dari berbagai percobaan tertentu. Adanya proses evaluasi dari konsep menjadi prototype akan lebih efisien secara waktu dan biaya.
4. Memudahkan presentasi produk
Hampir di tiap pameran produk atau semacamnya, peran prototype menjadi amat penting. Sebabnya, adanya prototype dapat memudahkan pengembang untuk mempresentasikan ide dan konsepnya kepada calon konsumen atau bahkan investor. Hal ini tentu saja akan sulit dipahami jika pengembang hanya merepresentasikan konsep dan teorinya saja tanpa ada prototype fisik pada orang lain.
5. Acuan pengembangan produk di masa depan
Manfaat dari prototype yang tak boleh ketinggalan adalah keberadaannya akan memungkinkan pengembang untuk menciptakan produk baru di masa mendatang. Prototype dari masa ini dapat dijadikan acuan dalam analisis baru terhadap kebutuhan pasar atas produk baru di masa mendatang. Setidaknya, prototype yang ada dapat memunculkan ide baru bagi pengembang.
Baca juga: Random sampling: definisi, cara, dan 4 tipe metodenya
3 Contoh prototype
Ada 3 contoh prototype, yaitu paper, digital, dan HTML prototype. (Sumber: Pexels)
Secara umum, prototype memiliki 4 kualitas utama yang meliputi representasi, presisi, interaktivitas, dan evolusi. Keempat hal ini telah terangkum dalam manfaat-manfaat prototype yang ada di atas. Di samping hal itu, prototype memiliki setidaknya tiga metodologi dalam proses pembuatannya. Tiga contoh metodologi pembuatan prototype itu adalah sebagai berikut:
1. Paper Prototyping (Low-fi)
Contoh prototype berbasis kertas (Sumber: Cathy Fisher/Uxpin)
Sebelum mudahnya akses internet dan digital, pembuatan prototype paling dasar adalah berbasis kertas. Melalui gambar dua dimensi ini, prototype didesain dari awal sebelum uji ide produk. Cara ini amat sederhana karena hanya berbentuk gambar-gambar dua dimensi dan lantas diuji dengan perilaku seseorang untuk menggunakan produk prototype tersebut.
Paper prototype memiliki beberapa keunggulan seperti cepat dibuat, murah, dan dapat menumbuhkan kerja tim karena cukup menyenangkan. Tak hanya itu, paper prototype juga mudah didokumentasikan, berikut pula catatan dan revisinya dapat ditulis langsung. Proses ini umumnya memakai metode yang disebut low fidelity prototype yang nantinya akan dikembangkan lewat proses pengodean.
Baca juga: 4 Perbedaan UI dan UX yang perlu diketahui
Namun, paper prototype juga memiliki kekurangan seperti misalnya kurang realistis, menimbulkan kesalahan uji produk, dan tidak menimbulkan reaksi tertentu bagi imajinasi pengguna produk.
2. Digital Prototype (Hi-fi)
Seperti namanya, digital prototype adalah bentuk prototype yang paling umum dipakai. Metode ini cukup realistis untuk menguji sebagian besar elemen antarmuka (interface) secara akurat. Tak hanya itu, prototype jenis ini juga masih relatif mudah diproduksi.
Digital prototype dapat dibuat menggunakan aplikasi dan perangkat lunak yang memang dibuat khusus untuk membuat prototype. Bahkan, kamu bisa membuat prototype jenis ini langsung lewat aplikasi presentasi macam Microsoft PowerPoint atau Keynote.
Proses ini umumnya dibuat dengan metode lo-fi digital menjadi hi-fi digital dan lantas disempurnakan melalui pengodean.
Baca juga: 5 Tugas product manager yang wajib diketahui
Kelebihan dari digital prototype terletak pada segi interaksi realistis, fleksibilitas, dan aktivitas komputasi yang relatif cepat. Sedangkan kekurangan dari prototype jenis ini adalah perlunya mempelajari perangkat lunak untuk membangun prototype serta proses penerjemahan desain ke dalam kode untuk pengujian elemen.
3. HTML Prototype
Contoh pembuatan prototype lewat HTML (Sumber: Mike Hill/Uxpin)
Metode pembuatan prototype HTML adalah yang paling rumit dari ketiga contoh yang ada. Sebabnya, proses pembuatan prototype jenis ini hanya direkomendasikan untuk para desainer yang memiliki kemampuan pengodean mumpuni.
Secara umum, pembuatan prototype dengan metode HTML ini dibentuk dengan kode-kode dasar yang dapat menghemat energi dan waktu. Tak hanya itu adanya pengodean yang tersistem juga akan memudahkan pengembangan prototype di masa mendatang.
Baca juga: 8 Digital marketing tools yang wajib untuk kamu tahu!
Selain berbiaya rendah, metode pembuatan prototype jenis ini akan memudahkan proses uji prototype di hampir semua sistem operasional komputer tanpa perlu menjalankan perangkat lunak eksternal. Pilihan ini menjadi yang paling ekonomis dari segi kualitas hasil dan pembiayaan dasar. Tapi tentu saja, proses pengodean yang dipakai juga tidak main-main.
Lain halnya dengan dua contoh prototype sebelumnya yang memiliki tahapan sebelum memasuki proses pengodean, metode HTML lebih efisien karena pengembang dapat langsung membuat prototype melalui pengodean itu sendiri. Hampir tidak ada limbah dari pembuatan prototype dengan metode ini, baik itu adalah prototype sekali pakai, langkah tambahan, dan biaya perangkat lunak eksternal.
Namun, di sisi lain metode ini memang membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni di bidang pengodean dan komputasi. Tak hanya itu, ketergantungannya pada keterampilan pengodean membuat desainer dan kontribusinya menjadi terbatas. Alhasil, kebebasan kreativitasnya tidak terlalu besar.
Dari paparan umumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa prototype memiliki manfaat yang cukup baik untuk awalan pembuatan produk. Proses pengembangan suatu produk, baik itu fisik atau digital dapat terbantu sedemikian rupa dengan adanya purwarupa atau prototype karena perannya sebagai acuan ke depan.
Secara efisiensi dan ekonomis, prototype juga mendukung pengembang maupun klien dalam berkolaborasi secara sinergis untuk menciptakan sebuah produk dengan fungsi dan kualitas terbaik.
Sumber:
- techopedia.com
- uxpin.com
- merriam-webster.com