events

EKRUTmeets 6: Pilih kerja di startup atau corporate?

Published on
Min read
4 min read
time-icon
Maria Yuniar

Experienced Content Editor with a demonstrated history of working in the information technology and services industry. Skilled in News Writing, Headline Writing, Breaking News, Editing, and Feature Writing. Strong media and communication professional with a Graduate focused in Applied English Linguistics from Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

dc338f21-bde1-476a-a4e0-d879ded28c27.jpeg

Ekrut menggelar diskusi bertema, "Startup or Corporate, which one is right for me?" pada Rabu, 27 Juli 2018 di Kolega Coworking Space, Jakarta Selatan. Diskusi EKRUTmeets #6 ini membahas karakteristik perusahaan rintisan atau startup dan korporasi (corporate) dari sisi human resources development (HRD). 

Berikut ini petikan diskusi bersama Learning and Development Manager Go-Jek, Dimas Sayyid Mahfuz dan Inclusion and Diversity Lead Accenture Nia Sarinastiti.

 

Apa sih perbedaan startup dan corporate?

Sayyid:
Kami, startup, tidak ada standard operating procedure (SOP). HRD memang tidak membuat SOP yang clear. Di beberapa perusahaan, biasanya ada SOP yang jelas soal jam masuk kerja. We expect everyone in the company for being responsible. Jadi ini bagaimana teman-teman bisa navigate diri mereka sendiri. Pertama, harus jadi kritis kalau mesti melakukan sesuatu. Misalnya, engineer biasanya menghadapi isu di apps 24 jam. Kalau ada masalah tengah malam, tidak bisa pakai aturan jam kerja nine to five.

Nia:
Kami melihat pengalaman Accenture. Corporate pasti mapan, karena sudah long-term. Sekitar lima tahun lalu baru ada startup. Tapi bisa saja corporate itu startup. Di corporate, ada SOP. Walaupun itu mengalami perubahan karena teknologi. Untuk menyesuaikan proses kerja.

 

Bagaimana rasanya bekerja di corporate, dan startup?

Nia:
Kerja itu pertama tentang respect for others. Jika tidak menghargai orang lain, maka tidak bisa bekerja sama. Misalnya saja, ada manager yang sering teriak-teriak dan bikin orang lain ga nyaman. Nah, harus ada divisi untuk menangani situasi semacam itu. Kalau tidak ada, masalah itu tidak akan selesai. Masalah ini otomatis berpengaruh. Orang yang akan bertahan adalah yang memperhatikan orang lain di dalam kantor.

Sayyid:
Gimana rasanya kerja di Go-Jek? Excited! Go-Jek itu sudah meng-cover sembilan juta kilometer. Bisa bolak-balik Jakarta-bulan delapan kali! Atau kayak martabak setinggi Monas. Gue bangga sekaligus anxious. Banyak perubahan yang dikasih Go-Jek buat Indonesia. Fast paced banget, tapi sekaligus khawatir ga bisa kasih impact buat temen di laur sana. Gue pernah ke Lampung, jam tiga pagi lihat ada driver di SPBU demi ngumpulin uang sekolah anak.
 

Sejauh mana perbedaan karier serta benefit di startup dan corporate?

Nia:
Saya sudah 30 tahun bekerja, part-time dan fulltime. Berdasarkan pengalaman, benefitnya beda. Komitmennya juga beda. Di corporate biasanya ada basic pay dan performance pay. Ada tunjangan hari raya (THR). Ada juga benefit lain, misalnya cicilan mobil untuk level manajer ke atas. Ada vacation pay dan traning untuk persiapan jadi leader. Kami diminta untuk mengembangkan diri. Jadi luas sekali. Bukan hanya income, tapi benefit.

Sayyid:
Kami melihat benefitnya berupa kebebasan waktu dalam bekerja. Berikutnya, kenapa suka di Go-Jek? Karena benefit dalam hal kesempatan belajar seluas-luasnya. Selama ini, learning diasosiasikan dengan training. Di Go-Jek bisa dilakukan sehari-hari. Ada yang dulu UI/UX, sekarang jadi product manager. Selanjutnya, kami melihat di Go-Jek, kami bisa memberikan dampak bagi masyarakat.

Di kantor, kami semua harus being responsible to our jobs. Kantor provides gym, tempat main games arcade, tempat nonton juga. Kami ada nonton bareng. Kenapa kantor buat fasilitas itu? Biar kalau stres, bisa main. Kalau ngantuk, bisa tidur. Kalau kurang fit, bisa ke gym.

 

Bagaimana cara membangun budaya kerja yang baik?

Sayyid:
Di Go-Jek ada tiga value, yaitu speed, innovation, dan social impact. Yang tidak betah, pasti keluar sendirinya. Kalau betah, ya lama kerja di situ. Setiap pekan, ada sesi on-boarding. Ada sekitar 50 karyawan baru. Ada perasaan yang berbeda. Disadari atau tidak, kita sebagai makhluk sosial, pasti terpengaruh orang lain. Sederhananya, kayak pacaran. Behavior pasti berubah.

Yang penting, pertama, soal leadership. Berikutnya, kami bukan brainwashing, tapi aligning. Karena, setiap orang punya nilai dan budaya masing-masing. Yang penting, nyaman. 

Nia:
Setiap dua pekan, ada 20 sampai 30 orang yang masuk. Ada first time orientation. Ada mentornya juga, untuk membangun dia sebagai individu. Jadi harus ada brother dan sister, untuk shoulder to cry on. Di Accenture, ada new employer orientation selama dua hari.

Nah, begitu kurang lebih suasana bekerja di startup dan corporate. Apakah kamu sekarang punya gambaran lebih luas tentang keduanya?

0

Tags

Share

Apakah Kamu Sedang Mencari Pekerjaan?

    Already have an account? Login

    Artikel Terkait

    landingpage.png

    startup

    5 Tips Menciptakan Landing Page yang Efektif

    Widyanto Gunadi

    16 January 2023
    0 min read
    struktur-organisasi-perusahaan---EKRUT.jpg

    startup

    Struktur Organisasi Perusahaan: Fungsi, Manfaat, Contoh, dan 7 Jenisnya

    Maria Tri Handayani

    02 November 2022
    4 min read
    Daftar-perusahaan-yang-menerapkan-wfh-secara-permanen-setelah-pandemi---EKRUT.jpg

    startup

    Daftar Perusahaan yang Menerapkan Sistem WFH

    Maria Tri Handayani

    12 October 2022
    4 min read

    Video