Badan Pusat Statistik atau BPS baru saja mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 yang mengalami kontraksi di angka - 5,32 persen year on year (YoY). Nilai ini lebih buruk dibanding prediksi pemerintah yang mengatakan bila nilai Indonesia ada di angka - 4,3 persen.
Sebagaimana kita tahu ini semua terjadi akibat dari dampak Covid-19 yang telah membuat perekonomian hampir di seluruh dunia melemah termasuk Indonesia.
Bila melihat dari data BPS, diketahui bahwa banyak sektor bisnis yang terpukul akibat Covid-19 dan kebijakan yang menyertainya seperti PSBB. Beberapa sektor bisnis yang mengalami penurunan signifikan seperti:
- Sektor transportasi & pergudangan, minus 30,84
- Akomodasi & makanan minuman, minus 22,02
- Jasa perusahaan minus 12,09
- Perdagangan minus 7,57
- Industri minus 6,19
- Pengadaan listrik & gas minus 5,46
- Konstruksi minus 5,39
- Pertambangan minus 2,72
Sementara itu, sektor bisnis yang mengalami peningkatan saat pandemi ini terjadi adalah,
- Sektor infokom mengalami kenaikan 10,88 persen
- Pengadaan air mengalami kenaikan 4,56 persen
- Jasa kesehatan mengalami kenaikan 3,71 persen
- Real Estate mengalami kenaikan 2,30 persen
- Pertanian mengalami kenaikan 2,19 persen
- Jasa pendidikan mengalami kenaikan 1,21 persen
- Jasa keuangan mengalami kenaikan 1,03 persen
Melihat dari data pertumbuhan ekonomi RI yang minus di kuartal kedua ini, Josua Pardede selaku Ekonom PT Bank Permata Tbk memprediksi jika nanti di kuartal III pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami penurunan meskipun sedikit membaik dibanding kuartal II.
Pasalnya kasus Covid-19 masih belum turun, nilai belanja masyarakat masih rendah, dan program pemulihan ekonomi juga masih melambat.
Baca juga: Wacana BLT pemerintah bagi karyawan bergaji di bawah Rp 5 juta
Lantas apakah Indonesia saat ini tengah mengalami resesi?
Untuk kuartal saat ini, Indonesia belum masuk ke dalam negara yang alami resesi - EKRUT
Jawabannya adalah belum. Menurut Pardede, resesi harusnya dialami bila suatu negara mengalami kontraksi yang membuat pertumbuhan ekonominya minus dalam dua kuartal berturut-turut.
Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri potensi terjadinya resesi masih ada. Sebelumnya pada kuartal I pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri mengalami pertumbuhan di angka 2,97 persen.
Tanda-tanda negara alami resesi
Salah satu ciri negara alami resesi yakni banyak mengalami peningkatan angka pengangguran - EKRUT
Selain mengalami pertumbuhan ekonomi yang minus selama dua kuartal berturut-turut, masih ada juga tanda lain yang menunjukan suatu negara alami resesi mulai dari:
- Penurunan pekerjaan di bidang non-pertanian sebesar 1.5 persen
- Peningkatan angka pengangguran sebanyak 2 poin
- Penurunan kegiatan manufaktur dalam 6 periode
- Jumlah lapangan kerja menurun 75 persen selama 6 bulan
- Penurunan PDB di angka 1.5 persen
Baca juga: Resesi ekonomi dan potensinya di tengah pandemi
Negara yang alami resesi
Beberapa negara besar telah mengalami resesi seperti Amerika dan Jepang - EKRUT
Di luar sana beberapa negara juga telah mengumumkan keadaan resesi yang mereka alami saat ini. Negara mana saja kira-kira? Berikut daftarnya:
Singapura
Negara yang bertetanggaan dengan kita ini telah mengumumkan mengalami resesi terburuk sejak negara itu merdeka pada 1965. Padahal Singapura sempat menjadi negara tangguh yang mampu melawan krisis keuangan global beberapa tahun lalu.
Kini karena kasus Corona mulai menurun, pemerintahan Singapura mulai mengizinkan bisnis berjalan kembali seperti toko-toko dan restoran yang telah mulai beroperasi.
Amerika Serikat
Negeri Paman Sam juga mengalami resesi. Februari lalu menjadi puncak penurunan pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan banyaknya angka pengangguran dan melemahkan kegiatan ekonomi negara tersebut.
Resesi Amerika mengalami kontraksi di angka minus 5 pada kuartal I 2020.
Jepang
Jepang juga dikabarkan mengalami pertumbuhan ekonomi minus di angka 3,4 persen pada periode Januari - Maret 2020.
Pada April 2020 lalu Jepang menyatakan keadaan ekonomi darurat yang mengganggu perekonomian negara tersebut.
Di luar tiga negara di atas, masih ada negara lain yang mengumumkan resesi seperti Korea Selatan, Prancis, Italia dan Jerman.
Dampak resesi bila terjadi di Indonesia
Salah satu dampak terjadinya resesi yakni adanya penurunan aset saham - EKRUT
Meskipun Indonesia belum berada di titik resesi, akan tetapi bisa dikatakan kita telah berada di ambang batas resesi terutama bila nanti di kuartal III perekonomian Indonesia tidak kunjung memulih.
Tentunya bila resesi ini terjadi akan membawa dampak bagi kehidupan perekonomian dan lapangan pekerjaan di antaranya:
- Terjadi lonjakan jumlah pengangguran karena output perusahaan mengalami penurunan sehingga perusahaan harus mengurangi biaya dengan memotong gaji pegawai, mempekerjakan pekerjaan baru di sektor yang relevan dengan keadaan, hingga melakukan PHK
- Terjadi penurunan pendapatan pajak akibat adanya resesi karena perusahaan menghasilkan laba yang sedikit untuk membayar pajak. Sementara pekerja juga tidak bisa membayar pajak penghasilan yang besar karena upahnya yang diterima kecil.
Bila sudah begini, biasanya pemerintah akan mengeluarkan anggaran yang cukup besar untuk memberikan tunjangan pengangguran hingga tunjangan bagi perusahaan
- Terjadinya penurunan harga aset saham sehingga keberadaan daftar orang kaya bisa berkurang karena nilai aset semakin rendah. Menjadikan angka kemiskinan semakin meningkat
- Daya beli masyarakat menurun karena tidak adanya pendapatan yang masuk membuat negara mengalami deflasi
Baca juga: 5 Cara jitu agar perusahaan bisa bertahan di tengah pandemi Corona
Itulah sederet informasi tentang keadaan pertumbuhan ekonomi RI yang mengalami penurunan di kuartal ke II ini.
Bila ini dibiarkan, maka tidak mustahil Indonesia juga akan masuk dalam daftar negara yang alami resesi ekonomi seperti negara - negara di atas. Meski begitu, mari berharap yang terbaik bagi pertumbuhan ekonomi di tanah air ini.
Sumber:
- bps.go.id
- katadata.co.id
- kompas.com
- economichelp.org