Pandemi Covid-19 telah membawa dampak yang cukup parah bagi bisnis, ekonomi dan lapangan pekerjaan di seluruh dunia. Pasalnya sudah negara yang pada akhirnya mengalami resesi.
Banyak pihak yang bertanya-tanya apakah kemerosotan ini akan berhenti sampai pada resesi saja ataukah lebih buruk lagi menyebabkan depresi. Tapi apa itu keduanya? Berikut adalah perbedaan resesi dan depresi yang perlu kamu tahu.
Mengenal resesi lebih dalam
Resesi terjadi apabila pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama 2 kuartal berturut-turut - EKRUT
Dilihat dari pengertiannya, resesi adalah periode penurunan ekonomi di suatu negara yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut dengan indikator berupa,
- Terjadinya penurunan PDB (Produk Domestik Bruto),
- Angka pengangguran yang meningkat,
- Kurangnya minat belanja masyarakat,
- Penjualan ritel dan produksi industri terus berkurang.
- Pendapatan riil berkurang.
Bila dihitung sejak merdeka pada tahun 1945, resesi ekonomi Indonesia telah terjadi sebanyak tiga kali yakni pada tahun 1962-1963, 1998-1999 dan saat ini pada kuartal II 2020 dan juga kuartal III 2020 yang membuat ekonomi Indonesia minus 3,49 persen.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi RI minus, mungkinkah resesi?
Penyebab adanya resesi
Ada berbagai macam penyebab kenapa resesi bisa terjadi di suatu negara. Hal ini ditandai dengan beberapa ciri berikut.
- Suku bunga yang tinggi, akan membatasi jumlah uang yang tersedia di masyarakat hal inilah yang bisa menyebabkan adanya resesi.
- Inflasi yang tinggi, juga mampu membuat resesi karena harga barang dan jasa mengalami peningkatan yang signifikan membuat masyarakat enggan untuk berbelanja.
- Krisis keuangan, terjadi saat bank kekurangan likuiditas dan mengurangi jumlah pinjaman serta investasi.
- Berkurangnya pesanan manufaktur.
- Harga saham terus menurun terjadi karena hilangnya kepercayaan investor dalam berinvestasi.
- Upah riil yang menyusut membuat konsumen kehilangan kepercayaan untuk berbelanja mengakibatkan penurunan PDB.
- Efek deflasi membuat harga barang dan jasa mengalami penurunan di pasar.
- Perang dagang Amerika dan China menjadi penghambat terjadinya ketidakpastian investasi.
- Covid-19 juga menyebabkan gangguan pada sektor kepercayaan bisnis, perjalanan dan manufaktur.
- Perubahan teknologi memaksa sebagian profesi menghilang, menyebabkan meningkatnya angka pengangguran yang bisa berujung resesi.
Cara menghindari resesi pada suatu negara
Saat resesi terjadi sebenarnya tidak ada solusi pasti untuk mengatasi krisis ekonomi ini. Kalaupun ada, cara menghindari resesi tersebut didasarkan pada penyebab terjadinya resesi. Meski begitu, berikut beberapa cara berikut ini kerap dilakukan.
- Menjamin stabilitas keuangan
Bila terjadi ketidakpercayaan masyarakat terhadap perbankan dengan menarik dana tabungan. Untuk mengatasi ini, pemerintah menjadi penjamin tabungan supaya masyarakat tidak menarik tabungannya dari bank.
- Memberikan dana talang bagi perusahaan yang terdampak resesi
Hal ini seperti yang dilakukan di era Obama, dimana pemerintahnya memberikan dana talang bagi perusahaan mobil yang mengalami kesulitan keuangan. Kebijakan ini dikeluarkan agar perusahaan mobil tidak menutup bisnisnya yang bisa menyebabkan banyaknya pengangguran.
- Kebijakan moneter ekspansif
Kebijakan moneter ekspansif dengan berupa pemotongan suku bunga. Pasalnya pemotongan suku bunga bisa meningkatkan permintaan agregat, mendorong perusahaan dan konsumen untuk berbelanja dari pada menabung.
- Kebijakan fiskal ekspansif
Bentuk kebijakan fiskal ekspansif dilakukan lewat pemotongan pajak oleh pemerintah. Salah satunya pemotongan pajak penghasilan atau PPN untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
- Devaluasi
Ini merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang di dalam negeri, khususnya pada mata uang asing.Tujuannya adalah untuk menstabilkan mata uang di dalam negeri dan menjaga nilai ekspor, impor serta devisa negara.
Baca juga: 6 Tips keuangan untuk bersiap menghadapi resesi
Lantas apa itu depresi?
Depresi ekonomi lebih parah dari sekedar resesi - EKRUT
Setelah memahami gambaran bagaimana sebenarnya resesi, kini kamu juga bisa mengetahui bagaimana keadaan di kala depresi ekonomi terjadi. Sehingga dengan begitu akan mudah bagimu mengerti perbedaan resesi dan depresi.
Sederhananya, depresi adalah keadaan di mana terjadi kemerosotan ekonomi yang jauh lebih besar efeknya dari sekedar resesi. Di sepanjang sejarah, peristiwa depresi ekonomi baru sekali terjadi yang dikenal dengan great depression. Peristiwa ini dimulai di Amerika pada tanggal 24 Oktober 1929 hingga 10 tahun setelahnya.
Puncak dari peristiwa ini sendiri terjadi pada tahun 1933, menyebabkan pengangguran meningkat 25 persen, PDB merosot menjadi setengahnya karena dampak deflasi, upah pekerja menurun dan perdagangan dunia anjlok 66 persen.
Penyebab terjadinya depresi
Adapun penyebab terjadinya depresi adalah sebagai berikut:
- Banyak investor yang membeli saham dengan menggadaikan rumah. Saat saham jatuh pada Oktober 1929 hal itu membuat panik investor dan melakukan likuidasi saham mereka.
- Naiknya harga emas yang membuat banyak masyarakat menarik dana dari bank untuk membeli emas dan menyimpannya.
- Bank sentral Amerika The Fed mengambil kebijakan menaikkan suku bunga untuk mempertahankan dollar tetapi itu membuat ketersediaan uang dalam bisnis menipis sehingga menimbulkan banyak ke bangkrutan.
- Banyaknya bank yang gagal akibat sejumlah nasabah yang takut akan solvabilitas bank sehingga ramai-ramai menarik dana secara tunai.
- The Fed tidak meningkatkan suplai uang di masyarakat untuk mengatasi deflasi.
Berakhirnya depresi lewat beberapa terobosan
Menghadapi depresi ini pemerintahan Amerika di bawah Presiden Franklin Delano Roosevelt mengeluarkan beberapa kebijakan dalam aturan New Deal yang membuat ekonomi perlahan-lahan stabil.
Beberapa terobosan dalam kebijakan New Deal seperti:
- Menyediakan asuransi sosial,
- Membuka lapangan kerja yang lebih banyak,
- Menetapkan upah minimum yang harus dibayar perusahaan,
- Membangun lembaga yang mengawasi pasar sekuritas,
- Membangun lembaga FDIC (Federal Deposit Insurance Corporation) yang memberikan jaminan pada uang nasabah di bank.
- Mendanai perumahan publik yang dikelola oleh negara
- Mengeluarkan kebijakan fiskal dengan membuat perubahan pada aturan pengeluaran pemerintah hingga pengurangan pajak.
- Mengeluarkan kebijakan moneter untuk memotong suku bunga bank untuk mendorong investasi dan pinjaman.
Bila melihat dari uraian di atas, terlihat perbedaan resesi dan depresi diantaranya terletak pada tingkat keparahannya dimana depresi lebih parah dari resesi. Jangka waktu berlangsungnya resesi juga umumnya terjadi selama setahun atau beberapa kuartal.
Sementara jika depresi, jangka waktunya bisa bertahun-tahun bahkan paling parah 10 tahun. Dilihat dari skalanya resesi juga berdampak pada satu negara saja. Sedangkan depresi bisa berdampak pada negara lainnya.
Padahal dari sisi solusi keduanya sama-sama mengutamakan stabilitas ekonomi semaksimal mungkin serta mengeluarkan kebijakan fiskal dan moneter.
Baca juga: Resesi ekonomi dan potensinya di tengah pandemi
Lalu apakah pandemi ini pada akhirnya akan membawa kita pada depresi? Sampai saat ini hal itu belum dapat dipastikan karena banyak negara juga mulai memberlakukan kebijakan untuk menstabilkan kembali keadaan.
Tapi kita berharap semoga hal itu tidak terjadi ya.
Sumber: