Memahami customer pain point dapat menjadi salah satu pertimbangan penting dalam meningkatkan penjualan. Point ini dapat menjadi jalan yang mendorong branding suatu produk untuk menjangkau customer dalam jangka panjang. Customer pain point memegang peranan penting dalam penjualan. Titik ini menjadi semacam tanda evaluasi yang nantinya dapat menjadi strategi penjualan yang menguntungkan. Untuk memahaminya lebih mendalam, simak pembahasannya berikut ini!
Apa itu customer pain point?
Customer pain point penting untuk menjalankan bisnis (sumber: pexels)
Customer pain point adalah masalah spesifik yang dialami pelanggan atau pengalaman prospek customer selama interaksi di berbagai titik kontak. Customer pain point mengacu pada masalah yang dimiliki pelanggan. Masalah ini bisa berupa apa saja, mulai dari kurangnya pemahaman finansial hingga kehilangan kepercayaan.
Hal pertama yang penting dalam menjalankan bisnis adalah mampu memahami apa yang diinginkan oleh pelanggan. Dengan mengidentifikasi pain point, bisnis dan pengusaha dapat menyusun proposisi nilai yang sesuai untuk menarik pelanggan. Menemukan dan menyelesaikan masalah pelanggan adalah cara yang bagus untuk membedakan diri dari pesaing. Hal ini juga akan menunjukkan pada pelanggan bahwa perusahaan peduli dengan produk dan pengembangannya.
Baca juga: 10 Ide Passive Income yang Patut Kamu Coba beserta Kisaran Penghasilannya
Jenis-jenis customer pain point
Produktivitas dan proses penting dalam pertimbangan (sumber: pexels)
Ada empat kategori utama customer pain point, yaitu keuangan, produktivitas, proses, dan support. Berikut pembahasan beserta contohnya.
1. Financial pain point
Poin finansial menjadi perhatian paling penting bagi pelanggan. Sebagian besar pelanggan akan mempertimbangkan harga, nilai, dan potensi penghematan. Namun, masing-masing memiliki pain point yang berbeda dengan solusinya tersendiri. Banyak orang percaya bahwa cara memenangkan persaingan di pasar adalah dengan memasang harga termurah. Namun, sebetulnya ada beberapa faktor lain yang berperan dalam proses penjualan. Financial pain point mencakup beberapa hal berikut.
- Umur panjang produk atau berapa lama produk akan bertahan sebelum pelanggan harus membeli kembali. Banyak pelanggan berusaha menghemat uang dengan berinvestasi dalam produk dan layanan berkualitas. Hal ini dapat menjadi pertimbangan karena masing-masing pelanggan menilai produk berdasarkan kualitasnya.
- Biaya berjangka. Beberapa pelanggan ada yang menyukai pembayaran dalam jangka panjang daripada pada satu kali yang lebih besar karena beberapa alasan.
- Pembelian ulang. Banyak pelanggan lebih suka membeli barang dalam jumlah besar untuk menghemat waktu dan uang. Di sisi lain, barang-barang, seperti produk sekali pakai, sering kali lebih mahal. Pelanggan yang peduli dengan kenyamanan mungkin lebih memilih opsi sekali pakai. Sementara itu, pelanggan yang peduli dengan biaya tambahan mungkin mencari opsi yang dapat digunakan kembali.
- Nilai atau value. Pelanggan mungkin lebih menyukai produk dengan kualitas lebih tinggi meskipun harganya lebih tinggi. Atau, mereka mungkin memilih produk generik dengan harga lebih murah dengan kualitas yang sama. Banyak pelanggan juga melihat perbedaan harga saat membeli dalam skala besar.
Masing-masing poin finansial memiliki solusi. Menekan biaya penjualan memang menjadi pilihan yang aman untuk menjangkau pelanggan. Mengetahui kondisi pasar dan mendengarkan keluhan pelanggan menjadi hal penting untuk membuat produk layak.
2. Productivity pain point
Productivity pain point berhubungan dengan efisiensi. Banyak konsumen memilih menghindari solusi yang rumit. Contoh yang relevan adalah pada kasus makanan cepat saji. Sebagian besar makanan cepat saji tidak sehat, tetapi pelanggan tidak perlu waktu lama untuk mendapatkannya. Memasak di rumah terkadang lebih murah, tetapi memakan banyak waktu.
Pelanggan membuat pilihan berdasarkan pain point mereka. Jika mereka khawatir terlambat, mereka akan memilih makanan cepat saji. Tujuan untuk menyelesaikan masalah produktivitas adalah menawarkan solusi yang menyeimbangkan waktu, kemudahan, dan kenyamanan. Menawarkan alat produktivitas adalah pilihan yang bagus untuk memecahkan masalah produktivitas.
3. Online research pain point
Banyak konsumen melakukan riset lebih dahulu sebelum melakukan kegiatan pembelian. Mereka biasa memilih untuk mencari informasi online karena tidak membutuhkan banyak waktu untuk melakukannya. Hal ini dapat menjadi poin penting dalam mengembangkan bisnis, yaitu pastikan produk “terlihat”. Untuk dapat melakukannya, keterampilan pemasaran tim sangat diperlukan. Manajemen AdWords merupakan kunci untuk membantu memenuhi kebutuhan SEO yang memainkan peran besar dalam pencarian di mesin pencari, seperti Google.
4. Product cost pain point
Seperti halnya poin finansial, poin product cost juga berkisar pada total biaya pembelian. Jika calon pelanggan kesulitan menentukan biaya produk lengkap, mereka cenderung beralih ke pesaing dengan harga yang lebih transparan. Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk memastikan proses pembelian intuitif dan mudah dipahami pelanggan. Pastikan bahwa produk menawarkan transparansi yang tepat dengan menerapkan prosedur manajemen inventaris dan menghindari biaya tersembunyi.
5. Checkout pain point
Sama seperti cost product, masalah checkout jika diabaikan dapat menyebabkan kehilangan penjualan. Hanya sedikit perusahaan yang berinvestasi di infrastruktur, sisanya cukup banyak yang mengabaikan. Apakah pelanggan checkout online, di dalam toko atau melalui telepon, prosesnya harus disederhanakan.
Banyak pelanggan dapat menoleransi beberapa inefisiensi, tetapi akan cenderung untuk kembali. Contoh pain point yang harus dihindari adalah pertanyaan ekstensif. Beberapa perusahaan menghambat proses checkout dengan pertanyaan wajib. Sering kali hal tersebut menjadi pertanyaan pengumpulan data yang dapat terasa invasif bagi pelanggan. Untuk mengatasi masalah ini, hilangkan langkah-langkah yang tidak perlu dan inefisiensi, terutama infrastruktur yang sudah ketinggalan zaman.
6. Tracking and delivery pain point
Setelah pelanggan melalui proses checkout, sebagian besar berharap mendapatkan informasi kapan pesanan tiba. Opsi pelacakan yang membingungkan atau bahkan tidak ada dapat menyebabkan pembatalan dan hilangnya calon pelanggan tetap. Sekali lagi, penting untuk mempraktikkan transparansi sebanyak mungkin untuk menyelesaikan masalah logistik. Investasikan dalam infrastruktur untuk menyediakan opsi pelacakan. Penting juga untuk menggunakan sistem pengiriman yang andal untuk menghindari pesanan yang hilang atau rusak.
7. Multi-channel shopping pain point
Memiliki merek yang kohesif sangat penting untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Perusahaan yang mengoperasikan beberapa saluran belanja, seperti toko online dan toko fisik, harus mengintegrasikan saluran tersebut. Pain point terjadi ketika berbagai saluran tidak berkomunikasi dan pelanggan harus mengulangi sesuatu. Untuk mengatasi jenis masalah ini, buatlah hal-hal sederhana dan masuk akal sebanyak mungkin. Ada banyak platform yang memungkinkan integrasi dari berbagai channel yang dapat menjadi pilihan investasi.
Baca juga: Kenali Apa Itu Retail beserta Tujuan, Jenis, Cara Kerja, dan Contohnya
Cara mengidentifikasi customer pain point
Identifikasi pain point pelanggan dapat dilakukan dengan riset (sumber: pexels)
Mengetahui jenis-jenis pain point memang penting, tetapi kita juga perlu memahami bagaimana cara untuk mengidentifikasinya. Adapun cara mengidentifikasi customer pain point adalah sebagai berikut.
1. Lakukan riset pasar kualitatif
Riset pasar kualitatif berfokus pada respons pelanggan ketika mereka diberikan kesempatan untuk menjelaskan secara menyeluruh. Identifikasi riset pasar sangat disukai karena beberapa alasan berikut.
- Terdapat batasan untuk mengidentifikasi pain point pelanggan, terutama untuk situasi yang memiliki sedikit area abu-abu. Misalnya, dalam survei mungkin ditanyakan, “Berapa jam yang Anda habiskan untuk bermain ponsel setiap hari?”. Jawabannya bisa 0--2 jam, 2--4 jam, 4--6 jam, dan seterusnya. Namun, dengan pain point, sering kali muncul beberapa jawaban yang tidak sesederhana itu.
- Tidak akan muncul poin pelanggan yang sama. Karena itu, pain point dikelompokkan ke dalam kategori yang bervariasi secara signifikan. Dengan demikian, pelanggan dapat menyampaikan secara menyeluruh keluhan mereka untuk kemudian dilakukan identifikasi.
- Pertanyaan yang diajukan harus tepat sehingga didapatkan jawaban yang dibutuhkan. Poin ini sangat penting dan menjadi alasan utama dengan riset pasar kuantitatif tidak cocok.
2. Gali informasi dengan customer service dan tim penjualan
Customer service dan tim penjualan memegang peranan penting dalam mengidentifikasi customer pain point karena berhubungan dengan pelanggan tiap harinya. Mereka memiliki beragam informasi yang berharga untuk memahami keluhan dan perbedaan yang dirasakan pelanggan.
Perlu juga dicatat bahwa pain point adalah sesuatu yang perlu terus dipertimbangkan dan ditinjau. Customer pain point dapat bergeser dari waktu ke waktu karena ekspektasi mereka terhadap pergeseran pasar. Oleh karena itu, penting untuk menyadari kapan pain point dapat dipecahkan dan kapan hal itu tidak menambah nilai produk.
Mengidentifikasi customer pain point dan menawarkan solusi atas hal itu akan memberikan berbagai manfaat untuk kemajuan bisnis. Selain untuk menarik pelanggan baru, mencari solusi atas pain point pelanggan dapat memunculkan keunggulan yang menguntungkan dari produk pesaing di pasar.
Baca juga: Pemasaran Langsung: Definisi, Manfaat, dan 3 Contohnya
Itulah informasi mengenai pentingnya customer pain point dan bagaimana cara mengidentifikasinya untuk memetakan rencana bisnis. Semoga tulisan ini dapat membantumu menemukan solusi atas masalah yang mungkin sedang kamu hadapi, ya! Nah, bagi kamu yang memiliki mimpi untuk dapat berkarier di startup atau perusahaan ternama, yuk, sign up EKRUT sekarang! Jangan khawatir, karena semua proses dan bantuan profesional di talent marketplace EKRUT bisa kamu dapatkan secara gratis.
Sumber:
- commbox.io
- revechat.com
- sellingrevolution.com