Pernah kah kamu mendengar istilah merger yang kerap dilakukan oleh start-up dan perusahaan besar lainnya? Berikut penjelasan yang dapat kamu simak perihal merger dan tujuannya bagi perusahaan.
Mengenal merger dan tujuannya untuk perusahaan
Salah satu tujuan merger adalah menambahkan model bisnis - EKRUT
Merger adalah strategi dari sebuah perusahaan untuk menjadi satu dengan perusahaan lain dan beroperasi di bawah satu naungan. Biasanya, perusahaan yang melakukan merger merupakan perusahaan yang kurang lebih sama dari segi skala dan operasionalnya. Merger merupakan strategi yang lumrah dilakukan oleh perusahaan dengan beragam tujuan. Mulai dari memperbesar cakupan pasar, memasuki target pasar yang baru, berusaha menang dari kompetitor dan merekrut talent dengan skill tertentu atau mengakuisisi teknologi. Merger juga secara umum merupakan growth strategy dalam beberapa situasi seperti;
1. Mengisi gap antara perusahaan dengan pasar
Dengan tren pasar yang terus berkembang, perusahaan mungkin saja merasa tidak mampu untuk mengejarnya. Selain tren pasar, faktor lain yang mungkin perlu disesuaikan oleh perusahaan adalah regulasi tertentu. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan dan mengisi gap yang ada, perusahaan perlu melakukan merger.
2. Mengakuisisi talent dan properti intelektual
Beberapa perusahaan merasa kesulitan untuk mendapatkan talenta yang memadai untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis mereka. Contohnya saja, talenta di bidang software engineering yang banyak menjadi incaran. Dengan melakukan merger, perusahaan yang membutuhkan talenta yang mumpuni tanpa harus merekrut lagi.
Selain itu, model bisnis properti intelektual seperti penemuan yang memiliki copyright dan hak paten juga menjadi salah satu bisnis yang paling menguntungkan saat ini. Sehingga, menjadi pilihan yang tepat bagi perusahaan untuk mengakuisisi perusahaan lain dan properti intelektual mereka untuk memenangkan pasar.
3. Menambahkan model bisnis
Misalnya saat ini perusahaan bergerak di bidang transportasi online, lalu perusahaan ingin menambahkan layanan baru agar user semakin puas dengan aplikasi yang ada. Nah, cara yang dapat ditempuh adalah merger dengan perusahaan yang sudah matang dalam menjalankan model bisnis baru yang dibutuhkan.
4. Menghemat energi dan waktu untuk pembelajaran
Untuk menghadirkan bisnis atau layanan baru pada sebuah perusahaan, tentunya akan membutuhkan proses belajar dan pengembangan yang panjang. Walaupun perusahaan memiliki sumber daya manusia dan teknologi yang baik, namun tetap saja proses belajar yang panjang dibutuhkan. Nah, salah satu solusi untuk menghemat energi, biaya dan waktu dari pembelajaran ini adalah dengan melakukan merger. Selain itu, dengan melakukan merger, perusahaan juga bisa mendapatkan basis data dan target audiens yang sudah ada.
Baca juga: Akuisisi: Pengertian, manfaat, kelebihan-kekurangan, dan 6 klasifikasinya
Perbedaan merger dengan akuisisi dan konsolidasi
Merger adalah kondisi saat perusahaan bersatu menjadi satu nama - EKRUT
Walaupun sekilas terlihat sama, namun merger, akuisisi dan konsolidasi memiliki beberapa perbedaan. Pahami dan jangan sampai tertukar, ya!
Strategi | Perbedaan |
Merger | Merger adalah sebuah kondisi saat dua perusahaan bersatu menjadi satu naungan nama. Saat melakukan merger, perusahaan yang bertindak sebagai survivor, menerima seluruh aset maupun hutang dari perusahaan kedua. Kemudian, perusahaan kedua menjadi sepenuhnya tutup dan nama dari perusahaan merger adalah perusahaan yang bertindak sebagai survivor. |
Akuisisi | Akuisisi adalah saat perusahaan tidak membeli perusahaan lain sepenuhnya ataupun menjadi satu. Namun, dengan membeli 51% saham dari bisnis lainnya. Akuisisi biasanya bersamaan dengan akuisisi aset, yaitu saat perusahaan utama membeli hampir seluruh aset dari perusahaan kedua. Namun, tidak dengan keseluruhan hutang perusahaan kedua. |
Konsolidasi | Konsolidasi memiliki konsep yang hampir sama dengan merger, dua perusahaan bergabung menjadi satu. Namun, bergabungnya dua perusahaan membentuk bisnis baru dan tidak ada salah satunya yang harus menutup perusahaannya. Seluruh aset dan hutang perusahaan juga menjadi satu dalam konsolidasi ini. |
Dengan terbentuknya konsolidasi ini, sangat mungkin terjadi layoff jika terdapat karyawan dengan tugas dan tanggung jawab yang sama.
Tantangan saat melakukan merger
Merger dapat menimbulkan monopoli bisnis - EKRUT
Walaupun merger merupakan strategi menarik dan menguntungkan bagi perusahaan, namun, tetap saja ada beberapa tantangan yang patut dipertimbangkan matang-matang.
1. Kesenjangan budaya
Saat dua perusahaan menjadi satu, bukan tidak mungkin terjadinya bentrok karena adanya kesenjangan budaya. Misalnya saja, salah satu perusahaan terbiasa dengan sistem komunikasi yang santai dan waktu kerja yang fleksibel. Lalu, perusahaan lainnya terbilang formal dan sangat menerapkan budaya korporasi.
Kesenjangan budaya seperti ini, tentunya akan tidak nyaman bagi karyawan dan mungkin saja dapat menghambat sistem komunikasi yang efektif di kantor. Sebaiknya, dua perusahaan yang akan merger melakukan diskusi terkait budaya seperti apa yang diterapkan dan juga tools yang dibutuhkan untuk meminimalisir kesenjangan dalam bekerja.
2. Kemungkinan monopoli
Ketika dua perusahaan dengan model bisnis yang sama dan bergabung menjadi besar, akan sangat sulit bagi perusahaan baru untuk berkompetisi. Mungkin kamu pernah mendengar berita tentang rencana merger perusahaan transportasi online ternama, Grab dan Gojek. Keduanya berencana melakukan merger setelah sama-sama terdampak Covid-19.
Rencana merger dua perusahaan besar ini sempat memancing beberapa kritik seperti dari KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) yang berpendapat bahwa rencana merger bisa saja ditolak jika tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
3. Kehilangan kekuatan dari brand
Jika dua perusahaan yang memiliki model bisnis cukup berbeda melakukan merger, maka bisa saja timbul kebingungan dari pasar. Konsumen dan pasar mungkin akan bingung apakah perusahaan masih bergerak di bidang yang sama sebelum melakukan merger, atau beralih menjadi bisnis baru. Sehingga, dapat menghilangkan kekuatan dari brand. Untuk mencegah hal ini terjadi, perusahaan bisa melakukan pengenalan brand baru secara perlahan kepada masyarakat.
4. Adanya layoff
Tantangan yang tidak kalah penting dari merger adalah kemungkinan adanya layoff. Mungkin dua perusahaan memiliki pegawai dengan skill dan tanggung jawab yang sama dan menjadi tidak efisien jika dipertahankan. Sebaiknya, sebelum terjadi merger, perusahaan dapat melakukan sosialisasi dengan pegawai dan bersifat transparan terhadap kemungkinan yang ada. Sehingga, mereka dapat mempersiapkan diri dan mengambil keputusan jika hal yang tidak diinginkan terjadi.
Baca juga: Cara membangun budaya perusahaan yang baik
Contoh merger Tokopedia dengan Gojek
Gojek dan Tokopedia dikabarkan telah merger - EKRUT
Salah satu contoh merger yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah kabar merger dari dua perusahaan karya anak bangsa, Tokopedia dan Gojek. Dilansir dari Bisnis.com, merger telah dilakukan sejak 9 Maret 2021 dan menandatangani perjanjian penjualan dan pembelian bersyarat. Namun, baik dari pihak Gojek dan Tokopedia, belum memberikan keterangan lebih lanjut dari kabar yang beredar.
Menurut sejumlah informasi, valuasi dari merger ini berkisar antara US$35 miliar sampai US$40 miliar. Kemudian, saham yang dimiliki Gojek akan sebesar 60 persen dan kemudian 40 persen sisanya dimiliki oleh Tokopedia. Jika kabar merger ini benar adanya, maka, Gojek-Tokopedia akan menjadi perusahaan terbesar ketiga dalam hal kapitalisasi pasar di BEI setelah Bank BCA dan Bank BRI.
3 Ulasan penting mengenai merger dan transisi
Pada awal Juni 2020 lalu, SIRCLO dan ICUBE melakukan merger. - EKRUT
Bagaimana mengetahui bahwa merger menjadi solusi yang perlu dipertimbangkan? Simak 3 catatan penting di atas yang perlu diperhatikan dari pelaku startup!
1. Business proposition dan visi yang selaras jadi sinyal yang baik untuk merger
SIRCLO dan ICUBE memiliki persamaan dalam mengembangkan solusi dan teknologi yang digunakan sebagai kompetensi utamanya. Meski demikian, bukan berarti semua aspek perlu diselaraskan. Menurut Brian, justru perbedaan tersebutlah yang nantinya akan semakin melengkapi kedua perusahaan.
2. Kesiapan internal dan komunikasi pada pemegang saham dan middle management
Kesiapan internal diperlukan dalam proses transisinya yang meliputi gaya kepemimpinan, pengambilan keputusan, proses rekrutmen karyawan, riset dan pengembangan tim, hingga penilaian performa kerja dengan top level dan manajemen baru. Setelah itu, biasanya kedua perusahaan akan berdiskusi dengan pemegang saham untuk mendapatkan persetujuan merger. Setelah itu, barulah mengomonikasikannya ke middle management sebelum akhirnya merger dilakukan.
3. Menentukan valuasi dan biaya untuk merger
Penentuan ini biasanya dilakukan oleh top management dan juga dapat dibantu oleh pihak ketiga untuk perhitungan valuasinya. Kemudian untuk biaya yang dikeluarkan, menurut Brian hal tersebut tergantung pada nilai transaksi atau kepemilikan saham perusahaan. Selain itu, ada juga biaya lain seperti jasa pihak ketiga, notaris, hingga konsultan yang membantu proses transisi merger. Sekarang, kamu sudah paham, kan mengenai merger dan tujuannya bagi perusahaan? Merger memang sangat menarik dan menguntungkan bagi perusahaan jika dilakukan secara benar dan saksama.
Sumber:
- corporatefinanceinstitute
- hingemarketing
- bdcmagazine
- bisnis