Imposter syndrome adalah istilah psikologis yang mengacu pada pola perilaku di mana orang tersebut meragukan prestasinya sendiri. Selain itu, mereka juga yakin tidak pantas mendapatkan prestasi atau kesuksesan yang mereka miliki. Padahal, mereka memiliki bukti nyata tentang sebuah prestasi. Bukti dari kesuksesan tersebut sering kali dianggap sebagai keberuntungan atau hasil dari menipu orang lain. Mereka pun akan berpikir bahwa orang lain lebih cerdas dan lebih kompeten dibandingkan dirinya sendiri. Imposter syndrome bisa membuat seseorang semakin tidak percaya diri akan kemampuannya sendiri. Nah, artikel ini akan membahas mengenai pengertian imposter syndrome dan cara mengatasinya.
Buat: Memahami Inferiority Complex, Perasaan Lebih Rendah dari Orang Lain
Apa itu imposter syndrome?
Imposter syndrome merupakan kondisi psikologis - EKRUT
Imposter syndrome adalah kondisi psikologis ketika seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan yang dicapainya. Orang dengan sindrom ini justru merasa waswas, seolah suatu hari orang-orang akan menganggap dirinya hanyalah seorang penipu yang tidak berhak mengakui segala prestasi dan keberhasilannya. Imposter syndrome sebenarnya tidak masuk dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), yang berarti sindrom ini tidak tergolong penyakit mental. Akan tetapi, berbagai penelitian menunjukkan bahwa sindrom ini cukup umum ditemui dalam masyarakat. Selain itu, imposter syndrome terkadang disertai dengan gejala-gejala gangguan cemas atau depresi.
Baca juga: Tips pengembangan diri ini bantu kamu menuju kesuksesan
Tipe-tipe imposter syndrome
Seseorang yang mengalami imposter syndrome selalu merasa bahwa mereka selalu kurang dibandingkan dengan orang lain - EKRUT
Agar semakin paham, berikut ini adalah beberapa tipe orang yang mengidap imposter syndrome.
1. Perfeksionis
Perfeksionis dan imposter syndrome seringkali sejalan dan saling berkaitan. Seseorang yang perfeksionis biasanya menetapkan tujuan yang terlalu tinggi untuk dirinya sendiri. Ketika gagal mencapai suatu tujuan, mereka akan mengalami keraguan yang besar dan khawatir tentang pencapaiannya tersebut. Tipe ini beranggapan bahwa kesuksesan jarang sekali memuaskan dirinya karena mereka percaya bisa melakukannya lebih baik. Merayakan pencapaian sangat penting jika kamu ingin menghindari kejenuhan, menemukan kepuasan, dan menumbuhkan kepercayaan diri.
2. Superwoman/man
Mereka dengan tipe ini biasanya selalu membandingkan dirinya dengan rekan kerja yang lain dan selalu beranggapan bahwa hasil kerjanya masih kurang sehingga mereka sering mendorong diri untuk bekerja lebih keras. Seseorang dengan tipe imposter syndrome yang satu ini cenderung memiliki ciri seperti selalu menjadi orang terakhir yang pulang dari kantor, justru stres ketika tidak bekerja, dan belum merasa pantas sekalipun sudah bekerja keras. Perlu diingat bahwa bekerja secara berlebihan dapat membahayakan kesehatan. Tidak hanya kesehatan mental sendiri, namun juga hubungan dengan orang lain.
3. The expert
Tipe orang seperti ini mengukur kompetensi mereka berdasarkan “apa” dan “seberapa banyak” yang mereka tahu atau bisa lakukan. Jika kamu adalah tipe yang satu ini, kamu akan cenderung merasa bahwa pengetahuan yang kamu miliki masih kurang. Selain itu, kamu juga akan merasa takut diekspos sebagai seseorang yang tidak berpengalaman atau tidak tahu apa-apa. Jika kamu mengalami hal ini, ingatlah bahwa meski berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri dapat membantu perjalanan kariermu, ada baiknya kamu tidak melakukannya secara berlebihan. Dibandingkan kamu selalu mencari tahu mengenai segala hal, ada baiknya kamu lebih fokus mencari tahu hal yang berkaitan dengan apa yang sedang kamu butuhkan saat ini.
Selain tipe imposter syndrome yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi yang lainnya. Misalnya saja seperti The Soloist dan The Natural Genius. Tipe Soloist cenderung kesulitan untuk meminta tolong kepada orang lain dan merasa bahwa ia bisa melakukan segala hal sendiri. Sedangkan The Natural Genius cenderung akan menjadikan orang lain sebagai tolok ukur. Jika mereka melihat bahwa ternyata rekannya yang lain dapat melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik, maka ia akan merasa malu. The Natural Genius juga merasa bahwa ia selalu dapat melakukan pekerjaannya dengan baik benar bahkan di percobaan yang pertama.
Baca juga: Kerja cerdas dan kerja keras, apa bedanya?
Cara mengatasi imposter syndrome
Mulailah untuk berpikir positif dan berbaik hati dengan dirimu sendiri - EKRUT
Sadari imposter syndrome ketika mereka muncul. Kesadaran adalah langkah pertama untuk berubah. Jadi, pastikan kamu sudah mengenali pemikiran tersebut, apa itu, dan kapan mereka muncul.
- Berikan dukungan pada dirimu sendiri. Jangan mengatakan bahwa kamu tidak pantas untuk sukses. Ingatkan dirimu bahwa kamu tidak perlu mengetahui segalanya.
- Bersikap baik kepada diri sendiri. Ingatlah bahwa kamu juga berhak membuat kesalahan kecil sesekali dan memaafkan dirimu. Jangan lupa untuk menghargai diri sendiri karena telah melakukan hal-hal besar dengan benar.
Baca juga: Cara menghilangkan pikiran negatif di tempat kerja
Berusaha sebaik mungkin untuk memberikan hasil kerja terbaik dan terus mengembangkan diri tentu bukanlah hal yang buruk, namun jangan biarkan kamu melakukannya secara berlebihan. Jika kamu pernah mengalami efek negatif imposter syndrome dalam karier, segeralah melakukan beberapa cara mengatasinya di atas, ya. Ingatlah untuk menyayangi dirimu.
Selain melalui artikel dari EKRUT Media, kamu juga bisa memperoleh berbagai informasi dan tips menarik seputar karier melalui YouTube EKRUT Official. Tak hanya itu, jika kamu tertarik mendapatkan berbagai kesempatan untuk mengembangkan karier, sign up EKRUT sekarang juga. Hanya di EKRUT, kamu dapat memperoleh berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu.
Sumber:
- hbr.org
- themuse.com
- thepsychologytoday.com