Setelah dikabarkan mengajukan likuidasi dan PHK karyawan, per hari ini 30 April 2020 aplikasi penyedia layanan video streaming HOOQ dari Singapura resmi tidak beroperasi lagi di Indonesia.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh akun Twitter resmi @HOOQ_ID pada 29 April kemarin. Foto caption di Twitter itu mengabarkan bahwa, pada 30 April HOOQ pamit dan mengucapkan terimakasih atas kebersamaan selama 5 tahun terakhir.
Sejak tayang, Tweet tersebut sudah di-retweet sebanyak 367 kali, dikomentari oleh 161 orang dan mendapat like sebanyak 394.
Reaksi dari netizen pun beragam atas penutupan layanan ini, beberapa ada yang menyesali namun ada juga yang sebaliknya.
Baca juga: HOOQ dikabarkan ajukan likuidasi dan PHK karyawan
Sebelumnya layanan video over the top (OTT) ini didirikan pada 2015 lalu oleh perusahaan Singapore Telecommunication LTD, bersama dengan Warner Bros Entertainment dan Sony Pictures.
Namun sayangnya, perusahaan tidak dapat menemukan investor baru dan menutupi biaya operasional yang semakin membengkak.
Di Indonesia sendiri, HOOQ bekerja sama dengan operator seluler terbesar yakni Telkomsel dan pada Februari 2019 lalu, HOOQ juga sempat menjalin kemitraan dengan Grab.
Tujuan dari kerja sama antara HOOQ dan Grab ini yaitu untuk menggaet pelanggan baru dari Grab serta membuat user lebih banyak menghabiskan waktu menggunakan aplikasi.
Sejauh ini HOOQ memiliki layanan yang beragam, terutama konten lokal yang dibuat oleh para sineas di Indonesia.
Tak heran bila pada akhirnya HOOQ banyak bekerja sama dengan production house lokal seperti Transmedia, Multivision Plus, MNC Contents dan 13 Entertainment. Adapun konten dari layanan HOOQ berisi:
- Serial film eksklusif
- Drama Korea
- Serial TV Barat
- Sewa film terbaru
- Film India
- Film Indonesia
Baca juga: Tunggak pajak hingga milyaran, Netflix dikecam Pemerintah
Kini dengan ditutupnya layanan HOOQ membuat ceruk pasar layanan video streaming berkurang.
Salah satu layanan yang tengah naik daun yakni Netflix yang pada kuartal I 2020 ini mampu mengumpulkan keuntungan sebesar USD 5,768 miliar.
Angka ini naik sekitar 27,5 persen dari pendapatan di tahun lalu yang hanya mencapai USD 4,521 miliar.
Sebaliknya layanan Iflix di masa pandemi ini justru harus merumahkan sebanyak 65 karyawannya sebagai dampak Corona dan tak mampu membayar utang perusahaan.
Sumber:
- Kr-Asia
- TechinAsiaIndonesia