Jika kamu berkecimpungan dalam dunia bisnis atau akuntansi, definisi goodwill mungkin tidak asing lagi bagimu. Goodwill merupakan sesuatu yang sering kamu temukan di tiap catatan keuangan perusahaan. Namun, tidak sedikit pula orang-orang yang belum mengetahui apa itu goodwill dan pengaruhnya dalam dunia bisnis.
Goodwill adalah aset tidak berwujud dalam neraca keuangan sebuah perusahaan. Oleh sebab itu, terkadang terjadi kesulitan untuk membuat rumus dan cara menghitung goodwill yang tepat. Nah, artikel ini akan mengupas definisi, jenis, rumus, dan cara menghitung goodwill. Untuk itu, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Baca juga: Biaya variabel: Fungsi, 5 contoh, bedanya dengan biaya tetap, dan cara menghitungnya
Apa itu goodwill?
Goodwill adalah jenis aset tidak berwujud. (sumber: pexels)
Dalam dunia akuntansi, goodwill termasuk dalam jenis aset tidak berwujud (intangible asset). Bila diartikan secara umum, goodwill merupakan jenis aset non riil perusahaan. Goodwill akan tercatat dalam neraca atau laporan posisi keuangan ketika suatu perusahaan hendak mengakuisisi perusahaan lain dengan membayar di atas nominal nilai pasar wajar (fair value market) yang terdiri dari aset bersih perusahaan yang ingin dibeli.
Ada beberapa faktor yang membentuk goodwill itu sendiri diantaranya adalah reputasi dan identitas perusahaan yang kuat, sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki kinerja yang baik, penggunaan teknologi yang canggih, dan lain-lain.
Oleh karena beberapa faktor tersebut, kamu bisa melihat dengan jelas mengapa goodwill diklasifikasikan ke dalam aset yang tidak berwujud. Faktor-faktor yang diuraikan di atas tidak dapat diukur secara fisik atau dikalkulasikan secara data maupun angka. Walaupun demikian, aset goodwill tetap mempunyai nilai manfaat bagi perusahaan. Tentunya, manfaat ini juga tidak berwujud.
Manfaat bagi perusahaan bukan berupa aset berbentuk laba ataupun alat operasional yang dimiliki, melainkan manfaat seperti nama besar perusahaan yang dimiliki sehingga penjualan produk akan lebih strategis dan menguntungkan. Oleh sebab itu, goodwill dikenal sebagai bentuk pengakuan atau rekognisi terhadap aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Kamu juga akan menemukan istilah amortisasi ketika memahami apa itu goodwill. Amortisasi merupakan alokasi jumlah penyusutan dalam aset tidak berwujud yang dihitung secara sistematis.
Menurut standar US GAAP (United States Generally Accepted Accounting Principles) dan IFRS (International Financial Reporting Standard), nilai suatu goodwill mempunyai umur yang tidak terbatas sehingga tidak perlu diamortisasi. Terlepas dari itu, perusahaan perlu mengadakan evaluasi ketika ada penurunan (impairment) atau kenaikan goodwill tiap tahunnya. Umumnya, perusahaan melakukan evaluasi goodwill dengan periode 10 tahun.
Baca juga: Biaya Produksi: 5 Jenis, Bedanya dengan Biaya Manufaktur, dan Cara Menghitungnya
Jenis-jenis goodwill
Jenis goodwill, yaitu akuntansi dan ekonomi. (sumber: pexels)
Secara umum, terdapat dua jenis goodwill yang perlu kamu ketahui sebagai berikut.
1. Goodwill akuntansi
Jenis goodwill yang berhubungan dengan akuisisi yang terjadi. Goodwill akan tercatat dalam laporan keuangan perusahaan seperti yang sudah ditetapkan oleh peraturan standar akuntansi yang berlaku.
2. Goodwill ekonomi
Jenis goodwill yang dilihat lebih kepada kinerja perusahaan atau prospek di masa yang akan datang. Beberapa hal yang mencakup goodwill ekonomi adalah reputasi perusahaan, kualitas karyawan, dan juga identitas brand yang loyal.
Baca juga: BEP (Break Event Point): Pengertian, Tujuan, 3 Komponen
Manfaat goodwill
Goodwill bermanfaat untuk menghemat pengeluaran perusahaan. (sumber: pexels)
Beberapa manfaat goodwill adalah sebagai berikut.
1. Memperoleh pendapatan atas penjualan barang atau jasa yang perusahaan miliki
Manfaat goodwill yang pertama adalah untuk mendapatkan penghasilan dari transaksi penjualan milik perusahaan di masa mendatang. Apabila membeli perusahaan dengan sistem goodwill, maka nantinya harga barang di perusahaan tersebut dapat dijual lagi.
2. Memperoleh pendapatan atas penyewaan yang perusahaan lain lakukan
Apabila pengusaha mempunyai aset goodwill, tentu penghasilan tidak hanya didapatkan dari perusahaan itu sendiri. Melainkan juga dari perusahaan yang telah diakuisisi. Uang sewa dari perusahaan itulah yang kedepannya akan menjadi pendapatan lainnya untuk perusahaan.
3. Meningkatkan kualitas layanan yang lebih cepat daripada perusahaan lain
Dengan mengakuisisi perusahaan yang memiliki kinerja baik, tentu akan menjadi penambah kualitas pelayanan perusahaan kepada konsumen karena proses produksi dan distribusi bisa berlangsung lebih cepat.
4. Menghemat pengeluaran perusahaan
Apabila perusahaan memiliki aset goodwill, hal ini memungkinkan perusahaan bisa lebih leluasa dalam mengatur ketersediaan operasional dan sumber daya manusia di kedua perusahaan yang dikelola.
5. Memberikan lisensi perusahaan yang telah diakuisisi
Setelah proses akuisisi suatu perusahaan, perusahaan akan mendapat keuntungan berupa lisensi baru. Sebab, secara otomatis lisensi milik perusahaan yang telah diakuisisi akan menjadi hak milik perusahaan yang mengakuisisi.
Baca juga: Harga Pokok Penjualan (HPP): Pengertian, 3 Komponen, dan Cara Menghitungnya
Rumus menghitung goodwill
Diperlukan rumus untuk menghitung goodwill. (sumber: pexels)
Untuk menghitung goodwill, perlu menggunakan harga beli sebuah perusahaan dan mengurangi nilai pasar wajar dari aset dan kewajiban yang dapat diidentifikasi.
Rumus menghitung goodwill:
Diketahui:
- P = Harga beli perusahaan
- A = Nilai pasar wajar aset
- L = Nilai pasar wajar dari liabilitas
Baca juga: Cost of Goods Sold (COGS): Pengertian, Tujuan, dan 3 Langkah untuk Menghitungnya
Cara menghitung goodwill
Cara menghitung goodwill beserta contohnya. (sumber: pexels)
Tersedia beberapa cara untuk menghitung goodwill bagi perusahaan. Salah satunya adalah dengan menambahkan nilai pasar wajar aset dan liabilitas perusahaan target ke nilai pasar wajar aset dan liabilitas perusahaan pengakuisisi.
Contohnya adalah perusahaan ABC membeli perusahaan DEF sebesar Rp2,5 miliar. Total aset perusahaan DEF sebesar Rp3,5 miliar dan total kewajiban Rp1,5 miliar.
Di sini bisa dilihat bahwa nilai aset bersih perusahaan DEF adalah Rp2 miliar (Rp3,5 - Rp1,5). Sementara itu, goodwill perusahaan adalah Rp0,5 miliar = (Rp2,5 - Rp2).
Dalam neraca, perusahaan ABC mendebit goodwill Rp0,5 miliar dan aset Rp3,5 miliar. Selanjutnya, perusahaan mengkredit kewajiban sebesar Rp1,5 miliar dan uang tunai dalam jumlah Rp2,5 miliar. Dengan demikian, total aset perusahaan ABC akan meningkat sebesar Rp1,5 miliar (Rp3,5 + Rp0,5 - Rp2,5).
Baca juga: Cost Accounting (Akuntansi Biaya) adalah: Pengertian, Jenis, dan 5 Fungsinya
Itulah pembahasan lengkap mengenai goodwill secara mendalam. Dapat disimpulkan bahwa goodwill merupakan aset tidak berwujud berupa selisih angka yang muncul dari kelebihan harga beli yang jauh dari harga wajar pasar dalam sebuah transaksi pembelian perusahaan.
Beragam manfaat dari goodwill akan dirasakan, mulai dari memperoleh pendapatan atas penjualan barang atau jasa, menghemat pengeluaran perusahaan, hingga mendatangkan banyak keuntungan di masa yang akan datang atas reputasi perusahaan tersebut.
Dengan informasi yang telah disampaikan, kamu bisa memperhitungkan harga yang tepat sebelum melakukan akuisisi ataupun merger dengan perusahaan lain. Semoga informasi di atas bermanfaat untukmu, ya!
Selain melalui artikel dari EKRUT Media, kamu juga bisa memperoleh berbagai informasi dan tips menarik seputar karier melalui YouTube EKRUT Official. Tak hanya itu, jika kamu tertarik mendapatkan berbagai kesempatan untuk mengembangkan karier, sign up EKRUT sekarang juga. Hanya di EKRUT, kamu dapat memperoleh berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu.
Sumber:
- byjus.com
- investopedia.com
- corporatefinanceinstitute.com