Dalam perkembangan bisnis, terutama di startup, ada banyak teknik dan pendekatan untuk membangung produk digital. Meningkatnya fleksibilitas dalam manajemen proyek dan meningkatnya kebutuhan terhadap alur kerja yang dipercepat, produktif, dan terorganisasi dengan baik, design sprint menjadi alat yang efektif.
Design sprint merupakan teknik pengumpulan kapasitas dan potensi tim untuk mencapai tujuan dalam waktu yang singkat, biasanya dalam 5 sampai 10 hari. Dalam design sprint, anggota tim akan fokus pada satu masalah dan menemukan cara paling efektif untuk menyelesaikannya. Lalu, apa saja benefit melakukan design sprint? Pada artikel kali ini akan dibahas dari mulai apa itu design sprint, manfaatnya, siapa saja yang terlibat, hingga bagaimana tahapan membuatnya. Jadi, langsung saja simak artikel berikut ini!
Apa itu design sprint?
Design sprint adalah metode yang biasa digunakan startup untuk membangun produk (sumber: pexels)
Jika didefinisikan, design sprint adalah metode yang cepat dan efektif untuk menemukan solusi yang relevan selama pengembangan produk digital. Design sprint mencakup validasi goals, ide, dan tahapan dalam implementasinya. Metode ini membantu tim untuk mendefinisikan masalah utama dan menemukan cara yang paling efisien untuk menyelesaikannya.
Dalam pengertian lain, design sprint diartikan sebagai proses 5 hari yang intens bagi tim produk untuk menangani masalah user. Dalam prosesnya, design sprint akan melibatkan masukan dari expert, ideasi dari anggota tim, prototipe, dan solusi pengujian pada pengguna yang terpilih.
Design sprint adalah solusi tepat bagi startup, karena dapat menghasilkan produk atau fitur yang dapat diuji skalanya dan menyediakan data pengujian yang berharga dan dapat ditindaklanjuti oleh tim produk. Dengan waktu yang cepat dan efektif, kamu dapat menemukan prototipe untuk menyelesaikan masalah pengguna. Sehingga dapat menghemat lebih banyak waktu dan anggaran.
Baca juga: Perencanaan Strategis: Definisi, Komponen, dan 3 Manfaatnya
Manfaat design sprint
Metode design sprint dapat memecahkan masalah dengan cepat dan efisien (sumber: pexels)
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, bahwa metode design sprint sangat cocok diterapkan di startup yang akan membuat produk digital. Hal itu tidak terlepas dari berbagai manfaat yang bisa didapatkan ketika menjalankan design sprint. Berikut manfaat dari metode design sprint.
1. Peluang problem-solving yang cepat dan efektif
Design sprint membantu tim menemukan cara yang lebih cepat dan efektif untuk menyelesaikan masalah utama produk. Kerjasama yang erat, brainstorming yang intens, dan fokus pada masalah user memungkinkan anggota tim untuk melihat berbagai hal dari sudut yang berbeda. Selama sprint, anggota tim profesional dapat memahami masalah, mempertimbangkan berbagai solusi, dan menerapkan solusi yang paling tepat dalam waktu singkat.
2. Hasil dapat dirasakan langsung
Design sprint mengutamakan pendekatan yang cepat dan berorientasi pada hasil. Tujuan utamanya agar tidak membuang waktu untuk meeting yang panjang dan tidak produktif yang tidak mengarah pada hasil yang nyata. Sprint memfokuskan semua upaya tim pada satu aspek untuk berhasil. Maka dari itu, tim juga akan menghindari birokrasi yang tidak perlu agar dapat mencapai hasil dengan cepat.
3. Meminimalisasi risiko
Dalam design sprint, tidak terlepas dari risiko yang tinggi, tetapi risiko tersebut dapat dikurangi menjadi waktu yang singkat. Artinya, jika ada keputusan yang tidak tepat akan terdeteksi dan dapat diperbaiki saat pemeriksaan hasil sprint dengan product owner. Maka dari itu, kamu dapat meminimalisasi kemungkinan kesalahan strategi dalam jangka panjang.
4. Stakeholder ikut terlibat
Semua pihak, termasuk stakeholder terlibat langsung dalam proses design sprint. Semua stakeholder akan berada di tempat yang sama dan dapat melihat hasil awal dari sprint, sehingga memungkinkan stakeholder mendiskusikan keputusannya saat dalam perjalanan. Dengan demikian, sprint memastikan lingkungan yang transparan dan kolaboratif dalam tim.
Baca juga: Mind Mapping: Pengertian, Benefit, Contoh, Cara Membuat, dan 7 Tools yang Digunakan
Siapa saja yang terlibat dalam design sprint?
Setiap anggota tim yang terlibat design sprint memiliki tugasnya masing-masing (sumber: pexels)
Design sprint harus melibatkan semua anggota tim inti produk dan pihak lain yang berkaitan dengan produk. Setiap anggota tim memiliki peran penting dalam siklus sprint dan memastikan produktivitas kolaborasi tim. Berikut ini daftar role yang terlibat dalam design sprint.
- Project manager, bertanggung jawab untuk melacak progress tim, mengorganisasi meeting, dan mengontrol manajemen waktu dengan efisien. Project manager adalah fasilitator design sprint yang harus membuat lingkungan produktif untuk mencapai goals. Ia juga mengatur banyaknya meeting, produktivitas setiap anggota, dan kepatuhan terhadap deadline.
- Senior executive, bertanggung jawab untuk mendefinisikan tujuan sprint, memverifikasi hasil, dan pengambil keputusan. Peran senior executive dalam sprint ini biasanya diambil oleh CEO perusahaan.
- Lead designer, sebagai seseorang yang memiliki pemahaman komprehensif tentang desain produk, fitur-fitur, dan tujuannya, bertanggung jawab untuk semua hal yang berkaitan dengan desain pada produk atau fitur yang dihasilkan dalam sprint.
- Tech leader, bertanggung jawab untuk memberikan gambaran bagaimana solusi dapat direalisasikan dan diimplementasikan dari segi teknis.
- Marketing specialist, bertanggung jawab untuk memberi gambaran kebutuhan konsumen dan spesifikasi pasar. Pendekatan yang berpusat pada pelanggan membuat seluruh tim fokus untuk mengatasi masalah pada user.
Baca juga: Tahapan dalam manajemen proyek yang harus diketahui
Tahapan membuat design sprint
Ada 5 tahapan yang harus dijalani dalam design sprint (sumber: pexels)
Dalam pelaksanaan design sprint, terdapat 5 tahapan yang akan dilalui, dari mulai pendefinisian masalah, ideasi, pembuatan keputusan, membuat prototipe, hingga validasi hasil. Untuk lebih memahaminya, berikut adalah penjelasannya.
1. Memahami masalah user
Langkah awal dalam design sprint adalah membuat perencanaan. Tim harus menentukan fokus utama sprint yang berorientasi pada user. Maka dari itu, pada tahap awal ini, tim harus memahami masalah yang dimiliki user, hingga dapat menentukan pain point dan kebutuhan pengguna.
Tujuan utama pada tahap awal ini di antaranya untuk menentukan tujuan akhir sprint dan pendekatan yang akan digunakan tim untuk mencapainya. Selain itu, pada tahap ini akan memberikan pemahaman tentang pain point audiens, spesifikasi pasar, dan harapan user.
Ada pun tools dan teknik yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
- Sprint backlog, yaitu peta design sprint dengan daftar tugas utama dan tujuan yang harus dicapai tim selama workshop. Setiap item backlog ditentukan dalam perencanaan sprint. Backlog juga dapat membantu tim menetapkan prioritas dna membangun organisasi workflow yang baik.
- Empathy map, yaitu peta yang membantu mendefinisikan masalah dan harapan pengguna, serta memvisualisasikan. Empathy map didasarkan pada perilaku, perasaan, dan reaksi emosional pengguna.
- Stakeholder map, yaitu peta yang memvisualisasikan ide dan harapan stakeholder. Peta ini akan membantu tim bergerak ke arah yang benar tanpa kehilangan fokus.
2. Mencari solusi
Tahap berikutnya adalah mencari dan menentukan solusi yang potensial berdasarkan ide dan asumsi yang dibuat sebelumnya. Mengeksplorasi berbagai opsi dan merumuskan pro-kontranya akan membantumu menemukan solusi terbaik. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk mengidentifikasi fungsi produk dan menemukan solusi paling efektif berdasarkan analisis awal.
Ada pun tools dan teknik yang dapat digunakan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
- Customer journey map, yaitu visualisasi interaksi pengguna dengan produk dan tahapan yang harus dilalui untuk melakukan tindakan tertentu. Pemetaan customer journey adalah cara terbaik untuk memahami aspek mana dari interface produk, fungsi, navigasi, dan aspek lain yang perlu ditingkatkan.
- Solution sketching, yaitu dengan cara menuliskan ide, mencatat, dan membuat sketsa insight dari semua tim untuk nantinya direalisasikan.
3. Membuat keputusan
Setelah opsi-opsi solusi dirumuskan, tahap selanjutnya adalah membuat keputusan. Pada tahap ini, seluruh anggota tim mendiskusikan berbagai opsi berdasarkan pro-kontranya dan efisiensinya. Hingga akhirnya diputuskan untuk memilih opsi yang nantinya akan dieksekusi.
Ada pun tools dan teknik yang dapat digunakan adalah:
- User story map, yaitu visualisasi yang menunjukan situasi dan skenario yang beragam dari perjalanan user. User story akan membantumu mendapatkan visi yang lebih baik tentang perjalanan dan kebutuhan user.
- Critiquing and voting, yaitu cara yang dapat dilakukan pada saat mengambil keputusan. Kamu dapat sediakan sketsa dan sticky notes yang berisi pandangan atau kritik dari setiap anggota tim untuk solusi yang diusulkan, lalu lakukan pemilihan.
4. Buat prototipe
Langkah berikutnya adalah membuat prototipe. Biasanya prototipe ini merupakan gambaran kasar untuk diujikan ke user nyata untuk mendapat feedback. Namun, pada sprint yang singkat, prototipe bisa berupa desain UI/UX dari produk atau fitur. Desain UI/UX itu harus mencakup semua fungsi inti, sehingga product owner dapat menguji dan memverifikasi relevansinya dengan ide awal. Karena tujuan utama dari tahapan ini adalah untuk mengimplementasikan ide dan memvisualisasikannya dalam desain UI/UX, maka tools yang digunakan adalah tools desain profesional. Tools yang biasa digunakan untuk UI/UX adalah Figma atau Sketch.
5. Validasi desain
Tahap terakhir adalah validasi hasil desain. Setelah desain UI/UX selesai dibuat, anggota tim dan product owner akan memvalidasi efisiensi dan kesesuaiannya dengan tujuan yang ditetapkan dalam backlog. Tahap validasi ini sering kali berdampak signifikan pada alur proyek selanjutnya. Tahap ini membantu memperkirakan solusi saat ini dan mengidentifikasi langkah selanjutnya. Maka dari itu, hasil sprint harus dipertimbangkan dalam hal produk dan strategi pengembangan secara keseluruhan.
Jika hasil desain UI/UX berfungsi dengan baik dan memenuhi harapan klien, desain dapat dilanjutkan ke tahap pengembangan berikutnya. Dalam design sprint yang berfokus pada pembuatan produk yang lebih kompleks dan matang, tahap akhir juga seringkali membutuhkan keterlibatan dari user yang nyata. Tujuannya agar tim mendapat feedback dan dapat melakukan analisis pemasaran.
Teknik yang dapat digunakan pada tahap akhir ini adalah retrospective meeting. Meeting tersebut bertujuan untuk membuat kesimpulan, mendeteksi kesalahan yang dilakukan selama sprint, dan membandingkan pencapaian dengan tujuan yang ditentukan dalam backlog.
Baca juga: Pentingnya Product Development dan 6 Tahap Membuatnya
Itulah pembahasan tentang design sprint, dari mulai pengertian, manfaat, siapa saja yang terlibat, hingga tahapan-tahapan untuk membuatnya. Bagi kamu yang ingin bekerja di startup, metode ini tentunya tidak akan asing dan sering dilakukan. Jadi, memahami konsep dari design sprint akan membantumu untuk mengimplementasikannya dengan tepat dan efektif.
Demikian artikel EKRUT Media, dapatkan juga berbagai informasi dan tips menarik seputar karier melalui YouTube EKRUT Official. Tak hanya itu, jika kamu tertarik mendapatkan berbagai kesempatan untuk mengembangkan karier, sign up EKRUT sekarang juga. Hanya di EKRUT, kamu dapat memperoleh berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu.
Sumber:
- halo-lab.com
- windmill.digital
- interaction-design.org