Seiring berkembangnya zaman, perusahaan seakan dituntut untuk dapat bergerak cepat guna menjadi yang terdepan. Itulah sebabnya tak sedikit perusahaan yang mencari karyawan dengan kemampuan multitasking.
Meski demikian, walau multitasking kerap dianggap nilai lebih dari seorang karyawan ternyata ada dampak negatif di balik kemampuan multitasking. Berikut ulasannya.
Multitasking adalah keterampilan yang menurunkan produktivitas
Multitasking dapat berdampak negatif jika dilakukan ters-menerus (Sumber: Pexels)
Beberapa orang menilai bahwa multitasking adalah kelebihan yang justru dikejar dalam dunia kerja atau profesional. Di sisi lain, sebagian orang lain justru percaya bahwa multitasking justru menurunkan produktivitas. Lantas mana yang benar?
Secara umum, multitasking memang menyebabkan seseorang tidak fokus pada suatu hal secara khusus. Namun, lebih daripada itu efektivitas pekerjaan memang memerlukan beberapa poin multitasking agar terselesaikan dengan baik. Meski begitu, jika ditanya apakah multitasking dapat menurunkan produktivitas, maka jawabannya tentu adalah iya.
Sebabnya, dengan keterampilan yang beragam dan dikerjakan dalam suatu waktu tertentu, maka multitasking akan membuat orang untuk terbagi fokus dan kurang produktif atau maksimal dalam satu hal tertentu.
Baca juga: 12 Cara mengatasi capek kerja dengan efektif
Apa itu multitasking?
Salah satu alasan perusahaan mencari karyawan yang mampu melakukan multitasking adalah penghematan dan produktivitas - EKRUT
Multitasking adalah kondisi di mana kamu mengerjakan beberapa pekerjaan atau prioritas sekaligus.
Dalam konteks pekerjaan, beberapa contoh dari kemampuan multitasking seperti:
- Mengelola beberapa akun media sosial sambil mengerjakan tugas email marketing
- Melaksanakan pekerjaan pada lebih dari satu proyek yang berbeda pada berbagai tahap penyelesaian
- Merancang situs baru sambil memperbarui situs lain
- Menulis proposal sambil menjadwalkan subkontraktor
- Merevisi proses peninjauan kinerja sambil menjawab pertanyaan karyawan tentang benefits pekerjaan
Adapun, umumnya perusahaan mencari karyawan yang memiliki kemampuan multitasking karena beberapa alasan:
- Mengurangi kebutuhan untuk mengadakan pelatihan karyawan. Karyawan dengan kemampuan multitasking umumnya hanya membutuhkan sesi pelatihan yang lebih pendek dibanding karyawan yang tidak memiliki fleksibilitas tersebut.
- Mengurangi biaya memasok teknologi dan peralatan kantor. Karyawan multitasking dianggap piawai dalam menggunakan teknologi dan peralatan kantor secara efisien.
- Mengurangi beban gaji. Perusahaan dapat melakukan penghematan dengan menggabungkan dua posisi staf menjadi satu.
Baca juga: 8 Cara tepat meningkatkan produktivitas karyawan
Lalu, apa saja dampak negatif multitasking?
Multitasking berpotensi membuat seseorang merasa stres dan produktivitas menurun - EKRUT
Meskipun memiliki kemampuan multitasking dapat membuat kamu terlihat sebagai karyawan yang potensial, namun di sisi lain terdapat bahaya multitasking yang mengintai bila kamu melakukannya secara terus menerus. Beberapa dampak negatif multitasking adalah:
1. Turunnya produktivitas
Turunnya produktivitas akibat kelelahan dalam multitasking dapat terjadi kapan saja (Sumber: Pexels)
Dianggap dapat mempercepat pekerjaan, penelitian justru menunjukkan bahwa pekerja yang melakukan multitasking justru mengalami penurunan produktivitas sekitar 40%. Selain itu, bukannya lebih cepat, pekerja justru membutuhkan waktu 50% lebih lama dalam menyelesaikan satu tugas dari biasanya. Bahkan, mereka juga lebih berpotensi melakukan lebih banyak error dibandingkan pekerja yang fokus melakukan satu pekerjaan.
2. Merusak memori pada otak
Penelitian menemukan bahwa pekerja akan lebih disibukan oleh hal-hal yang tidak penting karena banyaknya informasi yang masuk secara bersamaan. Selain itu, bekerja secara multitasking adalah salah satu faktor yang juga dianggap dapat menurunkan kecerdasan otak, dan turunnya IQ-nya sebanyak 15 poin.
3. Berpotensi mengalami stres
Multitasking yang berlebihan dapat memicu stres (Sumber: Pexels)
Melakukan multitasking terus menerus diikuti dengan beban kerja berlebih dapat berpotensi memicu stres. Jika dibiarkan terus menerus, hal ini akan memicu burnout dan kecemasan. Perlu kamu ketahui bahwa stres dapat memicu produksi hormon kortisol di dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit. Kondisi seperti karyawan stres, sakit, dan produktivitas menurun, tentu juga dapat merugikan perusahaan.
4. Menurunkan kualitas dan efisiensi kerja
Perilaku multitasking bisa berujung pada sulitnya mengatur pikiran dan menyaring informasi yang tidak logis. Tanpa disadari, pekerjaan yang dilakukan secara multitasking menjadi tidak efisien. Setiap pekerja percaya bahwa melakukan pekerjaan dengan multitasking itu dapat menghemat waktu dan bisa bekerja secara cepat. Tetapi itu tidak benar, karena setiap manusia hanya bisa berfokus dan melakukan satu perkerjaan tidak bisa lebih.
5. Penurunan fokus
Multitasking dapat menurunkan fokus pekerjaan sehingga kualitas output pekerjaan kurang (Sumber: Pexels)
Salah satu bahaya multitasking adalah penurunan fokus. Penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang multitasking lebih sulit untuk fokus dan lebih mudah terganggu oleh beberapa hal. Itulah mengapa otak hanya dapat menerima informasi dan memprosesnya secara efektif untuk satu hal dan tidak bisa secara bersamaan.
6. Berpotensi meningkatkan kecemasan sosial dan depresi
Selain stres, ternyata multitasking juga dapat memicu kecemasan sosial dan depresi. Peneliti menemukan bahwa semakin seseorang melakukan pekerjaan secara multitasking, semakin besar kemungkinan mereka mengalami gejala dua kondisi ini.
7. Multitasking dapat menurunkan kreativitas
Multitasking akan membutuhkan banyak ruang di otak mu yang berfungsi untuk penyimpan ingatan jangka pendek. Ketika memori ini habis, hal tersebut dapat mengurangi kemampuanmu untuk berpikir kreatif. Terlalu banyak fokus dapat merusak kinerja dan kemampuan kamu dalam memecahkan masalah secara kreatif. Jadi, usahakan kamu mengurangi bekerja dengan multitaksking, ya.
Baca juga: 7 Penyakit yang sering muncul akibat bekerja berlebihan
4 Cara meminimalisir dampak negatif dari multitasking
Agar kamu dapat mengerjakan tugasmu dengan baik, cobalah untuk membuat daftar kerja dan mulai dari yang paling prioritas - EKRUT
Walaupun ternyata multitasking sangat berbahaya pada kesehatan, jika memang kamu dituntut untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan, beberapa tips di bawah ini bisa kamu praktikan.
1. Buat to-do-list
Membuat to-do-list adalah langkah pertama yang cukup efektif agar kamu tidak terkena dampak negatifnya. Kamu bisa menyusun daftar pekerjaan dari yang mendekati deadline. Rencanakan juga berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2. Cari pekerjaan yang serupa
Jika kamu mempunyai keinginan untuk mengerjakan tugas yang lain, kamu bisa melakukannya dengan yang serupa terlebih dahulu. Alasannya yaitu supaya otak kamu tidak berpikir atau menerima informasi yang begitu banyak.
3. Jauhkan dari bersifat mengganggu
Agar pekerjaanmu dapat diselesaikan dengan baik dan selesai tepat waktu, cobalah untuk menjauhkan dirimu dari hal yang mengganggu. Misalnya saja kamu sangat terganggu untuk bekerja ketika situasi diruangan tidak kondusif. Kamu bisa matikan suara handphone dan pergi ketempat yang sunyi untuk menyelesaikan tugas yang sedang dikerjakan.
4. Luangkan waktu untuk meninjau pekerjaan
Ketika pekerjaan kamu sudah selesai, luangkan waktu sebentar untuk memerhatikan detil pekerjaan. Memang terlihat buang-buang waktu, tetapi ini sangatlah penting untuk jenis pekerjaan apapun. Kamu bisa memerhatikan dari bagian yang paling sederhana hingga yang paling rumit. Misalnya jika kamu bekerja sebagai Script Writer, kamu bisa memerhatikan tata bahasa, tanda bahasa, typo, hingga bentuk penulisan.
Baca juga: Kerja seharian? Ini bahaya duduk terlalu lama yang perlu kamu hindari
Multitasking VS task switching: Mana yang lebih efektif?
Multitasking dan Tasks Switching memiliki efektivitas yang berbeda satu sama lain (Sumber: Pexels)
Multitasking umumnya dikenal sebagai tindakan yang merampungkan semua pekerjaan beragam dalam suatu periode waktu singkat. Multitasking memang nampak seperti sebuah kerja dengan basis kerajinan tinggi, namun selebihnya multitasking memiliki celah ketelitian yang tinggi pula. Dalam multitasking, kamu mungkin saja melakukan dua atau lebih pekerjaan dalam suatu waktu, dan ini amat merepotkan.
Di sisi lain, ada pula task switching atau melakukan kegiatan lain dalam waktu singkat dan kemudian kembali ke pekerjaan utama. Hal ini biasa dilakukan seperti saat kamu sedang mengerjakan tugas kuliah, lalu kamu harus memberi makan kucing atau peliharaanmu, lalu setelahnya melanjutkan tugas kuliah lagi. Itulah task switching.
Berikut ini adalah perbedaan multitasking dengan task switching secara ringkas,
Multitasking | Task Switching |
Melakukan beberapa pekerjaan sekaligus dalam suatu waktu. | Memberi jeda bagi pekerjaan utama untuk melakukan kegiatan sampingan lalu kembali ke pekerjaan utama. |
Membutuhkan banyak fokus. | Memerlukan fokus pada kegiatan tertentu sesuai jeda yang dipakai. |
Kurang teliti. | Lebih teliti. |
Terkesan cepat, namun hasilnya belum tentu tepat. | Terkesan lambat dan menunda pekerjaan, tetapi hasilnya bisa jadi lebih tepat. |
Secara umum, task switching lebih efektif untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari maupun di dunia kerja. Memang, sekilas tasks switching tak ubahnya multitasking, namun realitanya task switching memiliki kadar waktu dan efektivitas yang cukup untuk melakukan beberapa kegiatan sekaligus dengan menjeda salah satu pekerjaan terlebih dahulu sebelum nantinya kembali mengerjakan hal yang sama.
Baca juga: 8 Cara meningkatkan teknik negosiasi dalam pekerjaan
Multitasking tidak selalu buruk untuk dilakukan
Meski memiliki dampak negatif, namun multitasking tetap bisa dilakukan dengan pengelolaan yang tepat (Sumber: Pexels)
Meski nampak menakutkan dan negatif, namun multitasking tidak selamanya buruk. Multitasking tetap bisa dilakukan dengan baik dengan memperhatikan kemampuan diri dan ketelitian. Jika kamu ingin melakukan segala hal secara multitasking, maka usahakanlah untuk tetap melakukannya sesuai kapasitasmu. Ketelitian dan output pekerjaan harus tetap jadi hal utama dalam multitasking.
Memang secara umum multitasking amat efisien dalam urusan waktu. Namun, kita tetap perlu menjaga bagaimana pekerjaan yang beragam ini terselesaikan dengan baik tanpa mengurangi kualitasnya.
Baca juga: Bekerja di bawah tekanan? Berikut 15 tips mengatasinya!
Itulah tadi apa dan bagaimana multitasking secara umum dan bagaimana dampak negatifnya bagi diri sendiri. Meski dianggap sebagai nilai lebih, multitasking ternyata dapat memberikan dampak negatif kepada karyawan. Mulai dari turunnya produktivitas hingga stres. Namun, jika pekerjaanmu mengharuskan kamu melakukan beberapa pekerjaan sekaligus, beberapa tips di atas bisa kamu terapkan.
Bagi kamu yang memiliki potensi bekerja secara multitasking, tentu saja informasi ini dapat menjadi masukan buatmu. Dan jika kamu ingin berkarier dengan job description yang baik maka tidak ada salahnya kamu mencoba peruntunganmu lewat EKRUT. Kamu hanya perlu klik tautan di bawah ini untuk mendaftar lewat EKRUT dan ditemukan oleh berbagai perusahaan yang mencari kandidat sesuai kemampuanmu.
Sumber:
- skillsportal.co.za
- chron.com
- psychologytoday.com
- https://incident-prevention.com/blog/multitasking-vs-switch-tasking-what-s-the-difference/
- https://www.verywellmind.com/multitasking-2795003