Pernahkah kamu merasa homesick saat kamu baru saja berpindah ke lingkungan baru? Kamu mungkin sedang merasakan culture shock atau gegar budaya. Simak cara mengatasi culture shock di artikel berikut ini.
Apa itu culture shock?
Culture shock adalah kecemasan yang mungkin dialami seseorang di lingkungan baru - Pexels
Gegar budaya atau culture shock adalah kebingungan atau kecemasan yang mungkin dialami seseorang ketika baru saja berpindah ke wilayah baru atau sedang mengalami penyesuaian budaya baru.
Menurut Hall (1959), tokoh yang pertama kali memperkenalkan teori culture shock, menyebutkan bahwa culture shock adalah sebuah gangguan pada semua hal yang biasa dihadapi di tempat asal menjadi sangat berbeda dengan hal baru yang dihadapi di tempat atau lingkungan baru dan asing.
Culture shock adalah keadaan yang terjadi ketika seseorang terputus dari lingkungan dan budaya yang telah dikenalnya sejak lahir saat pindah atau bepergian ke lingkungan baru. Culture shock adalah sebuah hal yang lumrah terutama saat seseorang sedang berada di lingkungan baru atau tempat yang jauh dari tempatnya berasal. Namun, culture shock dapat menyebabkan kebingungan, kecemasan, atau ketidakpastian.
Meskipun dapat menjadi tantangan, culture shock sebenarnya dapat diatasi dengan melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan baru tersebut. Gegar budaya juga dapat menjadi hal positif untuk pertumbuhan pribadi dan menjadi pengalaman menyenangkan yang berbeda dalam hidup.
Culture shock dapat berupa banyak hal, seperti tidak terbiasa dengan adat istiadat setempat, kebiasaan, bahasa, cuaca, makanan, hingga nilai kehidupan yang berlaku di tempat tersebut.
Baca juga: Mau kerja di luar negeri? Pahami dulu 4 hal ini
Faktor penyebab dan gejala culture shock
Salah satu gejala culture shock adalah menarik diri dari lingkungan dan mengisolasi diri - Pexels
Faktor penyebab culture shock adalah karena seorang individu meninggalkan kenyamanan rumah atau lingkungan yang dikenalnya dan pindah ke lingkungan baru yang tidak dikenal.
Beberapa gejala dari culture shock adalah sebagai berikut.
- Merasa frustrasi, sedih, menyendiri, dan tidak bisa berkawan dengan orang-orang di lingkungan baru.
- Menarik diri dari lingkungan dan menjauhkan diri dari aktivitas masyarakat seperti acara sosial dan kebudayaan, gotong royong, dll.
- Merasa rindu dengan rumah dan lingkungan tempatnya berasal beserta kenangan tentangnya.
- Munculnya perasaan tanpa motivasi, tidak mau untuk berkenalan dengan kawan baru atau melibatkan diri dari aktivitas di masyarakat dan memilih tidur di rumah.
- Mengalami depresi dan stres berkepanjangan.
Baca juga: Budaya perusahaan: Tujuan, tipe, dan 5 cara membangunnya
4 Tahapan culture shock
Salah satu tahapan culture shock adalah the Frustration Stage - Pexels
Setiap orang yang mengalami culture shock nantinya akan terbiasa, meskipun waktu dalam proses penyesuaian ini pastinya berbeda untuk setiap orang.
Terdapat 4 tahapan fase tertentu yang dilalui banyak orang sebelum mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tersebut. Empat tahapan culture shock adalah sebagai berikut.
1. The honeymoon stage
Tahap pertama dikenal sebagai fase bulan madu. Fase ini terjadi karena umumnya orang akan senang berada di lingkungan baru. Mereka sering melihatnya sebagai sebuah petualangan.
Jika seseorang sedang dalam kunjungan singkat, kegembiraan awal ini dapat menentukan seluruh pengalaman mereka. Namun, fase bulan madu bagi mereka yang melakukan perjalanan jangka panjang akhirnya akan segera berakhir, walaupun biasanya mereka mengharapkannya bertahan lebih lama.
2. The frustration stage
Secara umum, seseorang mungkin akan semakin kesal dan bingung ketika kegembiraan awal mereka di lingkungan baru memudar. Timbul kelelahan secara bertahap yang dapat diakibatkan oleh kesalahpahaman tentang tindakan, percakapan, atau cara orang lain melakukan sesuatu.
Akibatnya, seseorang bisa merasa kewalahan oleh budaya baru pada tahap ini, terutama jika ada kendala bahasa. Kebiasaan lokal juga bisa menjadi semakin menantang dan tugas-tugas yang sebelumnya mudah akan berubah menjadi sulit untuk diselesaikan.
Frustasi biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif, contohnya saat tidak dapat memahami maksud orang lain atau ketika hal yang ingin kamu sampaikan tidak dapat dimengerti orang lain.
Tahap frustasi ini bisa menjadi periode penyesuaian budaya yang paling sulit karena beberapa orang mungkin merasakan dorongan untuk menyerah dan menarik diri. Hal ini bahkan membuat beberapa orang mengalami gangguan makan dan tidur selama tahap ini.
3. The adaptation stage
Tahap adaptasi seringkali terjadi secara bertahap, karena seseorang merasa lebih nyaman di lingkungan baru. Perasaan dari tahap frustasi mulai mereda karena mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan baru itu. Meskipun mereka mungkin masih belum memahami isyarat-isyarat tertentu dalam budaya baru tersebut, tapi mereka sudah merasa lebih familiar dan bisa menafsirkan beberapa hal dengan lebih mudah.
4. The acceptance stage
Pada tahap penerimaan atau pemulihan ini, seseorang akan lebih mampu menjalani keadaan gegar budaya dan menikmati lingkungan baru tersebut. Umumnya, kepercayaan terhadap lingkungan baru telah meningkat sehingga seseorang dapat lebih meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Hambatan dan kesalahpahaman dari tahap frustrasi biasanya telah dapat diselesaikan, sehingga mereka dapat menjadi lebih santai dan lebih bahagia menjalani hidup di lingkungan baru.
Baca juga: 4 Jenis budaya kerja dan ciri perusahaan dengan budaya kerja positif
Cara mengatasi culture shock
Salah satu cara mengatasi culture shock adalah membangun relasi dan menyesuaikan diri di lingkungan baru - Pexels
Gegar budaya dapat menyebabkan seseorang mengalami stres atau memiliki kecemasan. Namun, ada berbagai cara untuk mengatasi culture shock. Cara-cara mengatasi culture shock adalah sebagai berikut.
1. Pola pikir terbuka terhadap hal-hal baru
Cara terbaik untuk dapat membiasakan diri dengan lingkungan baru adalah dengan mencoba membuka pola pikirmu terhadap budaya baru, adat istiadat, dan tingkah laku di lingkungan baru tersebut. Cobalah untuk bersikap terbuka dan pelajari tentang negara atau budaya baru untuk memahami alasan dari perbedaan budaya tersebut. Sehingga kamu dapat dengan lebih mudah melakukan interaksi dan komunikasi dengan lancar, nyaman, dan efektif.
2. Membangun relasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
Jangan menutup diri, cobalah untuk bersikap aktif dan bersosialisasi dengan penduduk setempat. Kamu bisa mencoba memulai dengan mempelajari bahasa yang digunakan warga setempat untuk mempermudah komunikasi untuk membangun relasi. Jika kamu berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, hal ini akan mempermudah kamu membangun relasi dengan orang-orang baru di lingkungan tersebut.
3. Tidak membandingkan lingkungan baru dengan lingkungan asal
Jangan memanjakan diri dengan pikiran tentang rumah, apalagi mencoba membandingkan lingkungan baru ini dengan lingkungan rumah kamu. Dengan pola pikir yang terbuka, kamu akan bisa menahan keinginan untuk membanding-bandingkan keadaan.
4. Eksplorasi lingkungan baru
Mencoba mengeksplorasi lingkungan tempat tinggalmu yang baru dapat membantu kamu mengatasi culture shock. Dengan mencari tahu tempat baru, kamu dapat menemukan hal-hal baru yang mungkin kamu sukai atau kamu butuhkan untuk menggantikan tempat di lingkunganmu yang terdahulu.
Kamu juga dapat menuliskan pengalaman kamu dalam sebuah jurnal, seperti cafe nyaman untuk bekerja, pasar terdekat dari rumah, tuliskan juga aspek positif dari budaya baru yang kamu dapat.
5. Meminta saran dari orang lain
Bersikaplah jujur dengan cara yang bijaksana tentang perasaan bingung yang kamu hadapi. Kamu bisa meminta saran dan bantuan dari orang lain di lingkungan barumu.
6. Bertukar pikiran tentang lingkungan lama dengan orang baru
Kamu pasti merasakan rindu dengan lingkungan lamamu. Cobalah bicarakan tentang latar belakang budaya kamu dengan orang lain dari daerah baru dan bicarakan hal-hal menarik tentang keduanya.
Baca juga: 8 Cara meningkatkan kemampuan komunikasi demi kemajuan karier
Contoh culture shock
Salah satu contoh culture shock adalah perbedaan bahasa dan cara mengatasinya adalah dengan mencoba berkomunikasi dengan orang di lingkungan baru tersebut - Pexels
Ada banyak sekali contoh culture shock mulai dari gegar budaya terhadap makanan, fasilitas umum, hingga cuaca.
Contoh yang pertama dari culture shock adalah menghadapi fasilitas umum saat berlibur ke negara lain seperti Korea Selatan. Walaupun masih di benua Asia, ternyata fasilitas WC di negara ginseng ini menggunakan tisu bukan air. Sehingga hal ini mungkin dapat menjadi culture shock untuk orang Indonesia yang berkunjung ke sana.
Contoh lain dari culture shock adalah perbedaan cuaca, seperti beda iklim di Indonesia dan Inggris. Ada beberapa orang tertentu yang mungkin memiliki reaksi alergi atau ruam kulit karena perbedaan iklim antara benua Asia dan benua Eropa. Hal ini tentunya akan menjadi masalah gegar budaya untuk beberapa orang.
Contoh selanjutnya dari culture shock adalah karena makanan. Indonesia dikenal memiliki makanan dengan rasa yang kaya, sehingga umumnya lidah orang Indonesia menyukai makanan dengan bumbu yang kuat. Hal ini membuat orang Indonesia sering membawa sambal saat berlibur ke luar negeri, untuk mengatasi masalah nafsu dan selera makan yang mungkin berbeda.
Contoh yang paling umum dari culture shock adalah karena perbedaan bahasa. Seperti ketika mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa untuk belajar ke luar negeri. Jika negara yang mereka datangi tidak berbahasa Inggris seperti Thailand, Jepang, atau Turki, maka mahasiswa tersebut mungkin akan mengalami kendala bahasa contohnya saat berbelanja ke pasar.
Baca juga: 5 Tips rekrutmen ini bantu kamu dapatkan kandidat terbaik
Perbedaan culture shock dan culture lag
Perbedaan teknologi dan budaya membuat perbedaan antara culture shock dan culture lag - Pexels
Selain culture shock, ada juga istilah culture lag. Kedua situasi ini sama-sama memiliki permasalahan dalam penerimaan budaya. Namun, pada dasarnya, kedua kasus ini berada dalam permasalahan yang berbeda.
Culture lag disebut sebagai gangguan penerimaan budaya karena perbedaan teknologi dan peradaban. Budaya dan kebiasaan di suatu tempat berbeda dengan tempat lainnya karena gap pembangunan dan teknologi di suatu tempat. Contohnya, penyesuaian dan adaptasi seseorang yang pindah dari suatu tempat ke tempat tertentu, yang masih belum mendapatkan banyak perkembangan teknologi.
Perbedaan perkembangan pembangunan dan teknologi tentu akan membuat seseorang mengalami gangguan budaya. Berbeda dengan culture shock, situasi culture lag dapat memakan waktu lebih lama dalam beradaptasi.
Baca juga: 5 Cara hadapi quarter life crisis dan bertahan di tempat kerja
Itu tadi informasi mengenai culture shock yang semoga dapat membantu kamu melewati masa-masa sulit saat mengalami gegar budaya. Semoga berhasil!
Jika kamu saat ini masih belum memiliki pekerjaan, coba daftarkan diri kamu untuk menjadi talent di EKRUT. Semua proses dan bantuan professional di talent marketplace EKRUT gratis. Kamu – sebagai talent atau employer – bisa langsung direkrut dan merekrut kandidat yang sesuai. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, daftar sekarang di EKRUT!
Tonton juga video cara profesional agar dilirik recruiter berikut ini.
Rekomendasi Bacaan:
- 7 Situs Free Footage Terbaik Dan Terlengkap Untuk Konten Video
- SKU: Pengertian, Fungsi, Penulisan, Dan 3 Contoh Cara Menerapkannya
- Simak Tren SEO 2022 Yang Mengubah Sistem Mesin Pencarian
- Ini Kelebihan Dan Kekurangan React Native, Sudah Tahu?
- 3 Tantangan Terbesar Jika Kenaikan Gaji Kamu Drastis
Sumber:
- investopedia
- sosiologi