Dalam dunia kerja atau perusahaan, kita mengenal apa yang disebut dengan C-Level atau para pimpinan tertinggi. Salah satu yang amat dikenal adalah jabatan chief executive officer (CEO) di mana posisi ini merupakan pemegang keputusan tertinggi. Namun selain CEO juga terdapat beberapa jabatan C-Level seperti chief financial officer (CFO), chief marketing officer (CMO), dan chief operating officer (COO). Nah, saat ini kita akan mengulas tentang apa yang dikenal sebagai chief operating officer (COO). Simak secara selengkap bahasan ini untuk mengetahui apa dan bagaimana peran COO dalam suatu perusahaan.
Baca juga: Apa itu model bisnis? Berikut pengertian, manfaat, dan 10 jenisnya
Apa Itu COO?
Beberapa perusahaan menyebut COO dengan wakil presiden eksekutif untuk urusan operasional atau disebut juga direktur operasional. (Sumber: Paxels)
Andrew Bloomenthal dalam risalah singkatnya tentang business leaders menyebut bahwa COO adalah eksekutif senior yang bertugas mengawasi fungsi administrasi dan operasional sehari-hari dari sebuah bisnis perusahaan. COO akan melapor langsung CEO sebagai jabatan tertinggi dalam bisnis perusahaan. Untuk itulah maka posisi COO berada pada jabatan tertinggi kedua dalam perusahaan di bawah seorang CEO.
Baca juga: CMO adalah: Tugas, 5 kualifikasi utama hingga proyeksi kariernya
Tugas dan tanggung jawab COO
COO menempati tingkatan tertinggi kedua setelah CEO dan bertanggung jawab atas operasional perusahaan (Sumber: Pexels)
Seperti telah dijelaskan di atas, seorang COO bertanggung jawab pada fungsi administrasi dan operasional perusahaan. Adapun tugas-tugas COO secara umum berfokus pada pelaksanaan rencana bisnis perusahaan sesuai dengan model bisnis yang telah ditetapkan. Hal ini berbeda dengan tugas CEO yang lebih berurusan dengan tujuan jangka panjang dan pandangan perusahaan secara luas.
Secara ringkas, tugas COO adalah mengimplementasikan rencana-rencana bisnis yang telah disusun oleh CEO. Hal ini dimisalkan ketika sebuah perusahaan mengalami penurunan penjualan, maka CEO kemungkinan akan meminta peningkatan kontrol kualitas produksi dan sebagainya. Instruksi ini kemudian dijalankan oleh COO yang akan memberikan rantai instruksi kepada bagian departemen sumber daya manusia untuk mengatur personel pada divisi kontrol kualitas.
Jika kamu adalah seorang dengan kualitas dan pengalaman kerja luas dan pernah menjabat C-Level sebelumnya, maka posisi COO mungkin relevan denganmu. Berbagai perusahaan telah menunggumu untuk posisi pimpinan eksekutif ini dan mungkin pengalamanmu akan berguna. Untuk itu, tak salah jika kamu mendaftarkan diri lewat EKRUT dan raih kesempatan direkrut perusahaan yang bonafit.
Permisalan lain adalah ketika produk bisnis di pasaran telah banyak ditiru atau banyak produk saingan serupa, maka CEO menganjurkan strategi tertentu. Strategi ini lantas diturunkan kepada COO untuk diimplementasikan melalui penguatan divisi penelitian dan pengembangan untuk memproduksi produk dengan varian baru.
Secara penuh, COO bertanggung jawab atas apa-apa saja yang berada di ranah operasional perusahaan. Seorang COO akan memantau bagaimana strategi datang dari CEO dan juga memantau implementasi strategi atau perkembangan operasional perusahaan baik dari tahap pengembangan, produksi, hingga pra pemasaran.
Baca juga: Entrepreneur adalah: Pengertian, tugas, 4 tipe, dan karakteristik yang dimiliki
Perbedaan CEO, CFO, dan CMO
Sebagai jajaran tertinggi dalam perusahaan, para C-Level ini memiliki beberapa tanggung jawab dan peran yang berbeda. (Sumber: Pexels)
Meski nampak setara, namun terdapat pula jenjang atau tingkatan dari tiap-tiap posisi ini. Hal ini digambarkan dengan adanya strata penugasan atau instruksi antar posisi dari CEO hingga CMO. Meski begitu, secara umum CEO adalah pimpinan tertinggi dalam perusahaan, sedangkan COO, CFO, dan CMO ada di bawahnya.
COO | CEO | CFO | CMO |
Menjabat sebagai pimpinan operasional perusahaan. | Menjabat sebagai pimpinan tertinggi perusahaan. | Menjabat sebagai pimpinan keuangan perusahaan. | Menjabat sebagai pimpinan pemasaran perusahaan. |
Bertugas untuk mengawasi dan mengambil keputusan terkait operasional perusahaan. | Bertugas mengambil keputusan dan strategi umum dari perusahaan. | Bertugas mengawasi perencanaan dan segala administrasi keuangan perusahaan. | Bertugas mengawasi perencanaan hingga proses pemasaran produk perusahaan. |
Bertanggung jawab menyelesaikan masalah perusahaan melalui ranah operasional (komunikasi, kolaborasi, improvisasi, rekrutmen, analisis operasional, dan implementasi strategi). | Bertanggung jawab secara umum dalam perusahaan dan perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan. | Bertanggung jawab terhadap keuangan dan fungsi akuntansi dalam perusahaan, supervisi terhadap staf yang berhubungan dengan keuangan, dan memahami peraturan pajak yang berlaku. | Bertanggung jawab pada analisa pasar, proses pemasaran, dan kolaborasi strategi pemasaran bersama dengan pimpinan operasional. Mampu memahami peluang dan potensi pasar, serta risiko yang ada. |
Posisi sebagai wakil presiden senior utama dalam perusahaan. | Posisi utama sebagai presiden/direktur utama dari sebuah perusahaan. | Posisi sebagai wakil presiden senior dalam perusahaan (urusan keuangan) . | Posisi sebagai wakil presiden senior dalam perusahaan (urusan pemasaran). |
Baca juga: Ingin menjadi enterpreneur muda? Ini 6 tips suksesnya!
7 Kualifikasi utama menjadi COO
Jabatan sebagai COO berarti orang nomor dua di perusahaan setelah CEO. (Sumber: Pexels)
Hal ini membuat jabatan COO merupakan titik yang cukup tinggi untuk digapai seseorang dalam dunia kerja. Untuk menggapai jabatan COO ini maka seseorang diharapkan mampu bersaing dan menunjukkan kapasitasnya dalam karier profesionalnya.
Berikut ini adalah 7 kualifikasi utama yang diperlukan untuk menjadi seorang chief operating officer (COO) dalam suatu perusahaan menurut Harvard Business Review dan career advice dari Seek Australia.
1. Memiliki gelar akademis yang relevan dan menjadi eksekutor
Gelar akademis yang relevan dapat menjadi dasar kualifikasi untuk menjadi seorang COO (Sumber: Pexels)
Meski tidak semua COO memiliki gelar akademis yang relevan, namun disarankan untuk jabatan ini memiliki basis pendidikan mumpuni. Hal ini tidak melulu dengan gelar yang berhubungan dengan ekonomi bisnis atau Master of Business Administration (MBA) tetapi beberapa gelar lain dengan relevansi tinggi.
Sebagai contoh adalah pimpinan tertinggi pada bisnis farmasi atau rumah sakit. Maka gelar yang dibutuhkan umumnya berkaitan dengan hal medis atau manajemen rumah sakit. Hal ini diharapkan mampu mendukung seseorang untuk dapat memahami dan bertahan dalam setiap kompleksitas kerjanya.
Selain itu, pendidikan tinggi yang relevan ini juga dapat mendukung seorang COO untuk mampu mengeksekusi atau mengimplementasikan strategi perusahaan dengan mudah. Menjadi eksekutor berarti mau dan mampu mengambil segala risiko yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Ditambah lagi, eksekusi strategi adalah bagian dari langkah menjaga kualitas bisnis perusahaan itu sendiri.
2. Memiliki pengalaman kerja yang luas dan menjadi agen perubahan
Sebelum menjajaki posisi tertinggi kedua dalam perusahaan, tentunya seorang COO dituntut untuk memiliki kapasitas yang mumpuni dan pengalaman kerja yang luas. Hal ini bisa didapat dari lamanya waktu berkecimpung dalam berbagai perusahaan dengan sektor bisnis relevan.
Waktu rerata yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai level COO adalah 10 tahun bekerja pada jabatan setara di bawahnya. Ditambah lagi dengan relevansi kerja yang dilakukan selama kurun waktu tersebut membuat pengalaman seorang calon COO menjadi lebih lengkap dan mantap.
3. Mampu menjadi mentor
Menjadi COO harus mampu dan siap menjadi mentor bagi CEO muda (Sumber: Pexels)
Pengalaman yang luas dari seorang COO mengharuskan ia menjadi tolok ukur dan menjadi mentor yang membimbing para CEO muda atau bahkan seorang pendiri perusahaan yang tak berpengalaman.
Menjadi pembimbing dalam hal ini bukan berarti seorang COO bebas melakukan keinginannya pada bawahan, tetapi justru dituntut untuk menjadi insan yang elegan dan tidak tertutup bagi orang lain. Langkah ini umum ditempuh beberapa CEO dari sebuah perusahaan baru untuk mencari pengalaman lewat COO dari industri atau usaha serupa.
Baca juga: CTO adalah: Tugas, peran, 8 skill-set, dan proyeksi kariernya
4. Menjadi penyeimbang bagi CEO
Beberapa perusahaan mendatangkan seorang COO senior bukan hanya untuk menjadi mentor, tetapi juga sebagai penyeimbang dan melengkapi pengalaman hingga gaya hidup seorang CEO di perusahaan tersebut. Hal ini umum dilakukan agar CEO tidak terkesan berjalan sendiri dan perlu rekan kerja yang lebih tenang dan bersifat penyeimbang dalam berbagai keputusan atau kegiatan.
Harvard Business Review menyebut beberapa perusahaan seperti Microsoft juga melakukan hal ini. Bill Gates memiliki dua COO terdahulu (Jon Shirley dan Michael Hallman) untuk menyeimbangkan dirinya. Shirley dan Hallman menurut pengamat dikenal sebagai penyeimbang dan sisi yang “tenang” bagi Bill Gates. Dalam kasus ini, seorang COO memang tidak diarahkan untuk mengarah ke posisi CEO.
5. Mampu menjadi partner bagi CEO
Seorang COO juga diharuskan siap menjadi partner bagi CEO (Sumber: Pexels)
Sebagai “otak” dari sebuah perusahaan, CEO memerlukan rekan diskusi atau lawan bicara untuk persoalan strategi dan pemecahan masalah di perusahaan. Hal semacam ini umumnya dilakukan oleh COO sebagai partner terdekat secara hierarkis dengan CEO.
Peran COO dalam hal ini adalah mampu memberi feedback kepada CEO atas segala pemikirannya terkait perusahaan. Entah itu bersifat praktikal maupun psikologis. Sebab, menjadi CEO merupakan tanggung jawab besar yang penuh risiko. Peran COO diperlukan untuk menekan risiko dan untuk membuka diskusi, baik secara formal dan informal untuk mengembangkan perusahaan.
6. Mampu menjadi “Pewaris”
Bagian paling berat dari kualifikasi untuk menjadi seorang COO adalah ia harus siap “mewarisi” perusahaan jika CEO telah berkehendak demikian. Peran COO yang berada di urutan kedua dalam hierarki perusahaan memang memungkinkan adanya pewarisan semacam ini. Bagi seorang COO, hal ini berarti kenaikan jabatan tahap akhir.
Meski terkesan bahwa ada kemungkinan besar seorang COO akan naik menjadi CEO, namun risiko yang besar juga sudah menunggu di depan. Hal-hal yang diperlukan untuk menghadapi ini adalah kesiapan diri, baik secara mental maupun fisik. Menjadi CEO tentu menghabiskan pikiran dan waktu, begitu pula cara CEO menyelesaikan masalah atau membuat strategi juga melelahkan. Hal ini perlu dipelajari oleh seorang COO saat ia mendapat promosi.
7. Memiliki potensi yang terbaik
Potensi besar seorang COO diharapkan menjadi nilai jual personal bagi perusahaan (Sumber: Pexels)
Kualifikasi terakhir untuk menjadi COO adalah ketika seseorang memang memiliki potensi yang terbaik dan teramat berharga untuk disia-siakan. Jika seseorang dengan pengalaman luas dan telah berada di jajaran senior manajer teratas dalam perusahaan berperan amat baik, maka bukan hal yang aneh jika kemudian ia dipromosikan menjadi COO.
Seorang pegawai dengan level senior dan terbukti amat mengenal seluk-beluk perusahaan akan memiliki daya tawar dan nilai jual tinggi. Terlebih, perusahaan akan berpikir berkali-kali untuk melepas seseorang dengan potensi mumpuni untuk keluar dari perusahaan itu dan berpotensi untuk bergabung dengan pesaing.
Hal ini umumnya dihindari dengan memberi promosi kepada pegawai senior tersebut untuk duduk di jabatan COO. Dengan begitu, masa depan perusahaan akan berada di tangan yang tepat dan CEO tak perlu bingung untuk mendapat rekan kerja seimbang.
Baca juga: 8 Cara membuat startup yang sukses dan terus berkembang
Jika merujuk pada paparan di atas, posisi COO merupakan capaian yang patut dikejar oleh seorang pegawai pada perusahaan yang telah berpengalaman. Meski membutuhkan pengalaman dan jam terbang tinggi, namun kapasitas seseorang bisa lebih maju melesat daripada waktu, yang berarti posisi ini juga dapat dicapai oleh seorang berusia muda.
Oleh sebab itu, tak usah ragu akan mimpimu untuk mencapai C-Level dalam suatu perusahaan meski kamu masih berusia muda. Selalu kembangkan kapasitas dan kualitasmu dan perbanyak pengalaman maka kamu akan berpotensi untuk menguasai sektor operasional dalam perusahaan. Capaian ini akan membawamu untuk duduk di jabatan COO, tentu saja jika potensi dan kualitasmu memang sudah tak diragukan lagi.
Sumber:
- hbr.org
- seek.com.au
- investopedia.com