Sebagai praktisi UX, pengetahuan tentang cognitive bias akan sangat berguna pada berbagai situasi. Mulai saat melakukan wawancara dengan pengguna, memecahkan masalah terkait user journey, hingga merancang UX design yang meningkatkan keterlibatan dan konversi.
Ulasan berikut akan membahas apa itu cognitive bias lebih lanjut dan bagaimana menerapkannya untuk meningkatkan user experience dan konversi tersebut.
Apa itu cognitive bias?
Cognitive bias memengaruhi kecenderungan pengguna menilai produk kamu - EKRUT
Cognitive bias adalah kesalahan sistematis dalam proses berpikir yang memengaruhi cara kita mengambil keputusan. Ini terjadi karena sebagai manusia kita kerap menciptakan realitas sosial secara subjektif dan pada akhirnya memengaruhi bagaimana kita menilai sesuatu.
Contohnya, kita cenderung menyukai informasi yang memperkuat atau menegaskan keyakinan kita yang sudah ada sebelumnya.
Misalnya, jika kamu yakin bahwa pesawat itu berbahaya, maka satu atau dua cerita tentang kecelakaan pesawat cenderung lebih memberi kesan dibanding jutaan cerita tentang penerbangan yang sukses dan aman.
Karena keyakinan tersebut maka kamu akan cenderung menganggap transportasi udara sebagai cara bepergian yang penuh risiko dan memilih untuk tetap menghindarinya meskipun tidak ada berita kecelakaan pesawat udara dalam waktu yang lama.
Baca juga: 4 Perbedaan UI dan UX yang perlu diketahui
Lantas, apa kaitannya cognitive bias dengan UX?
Kamu dapat meningkatkan UX design dengan mempertimbangkan cognitive bias pengguna - EKRUT
Dengan menyadari berbagai jenis cognitive bias yang mengelilingi pengguna, kamu bisa memahami bagaimana pengguna menilai produk dengan lebih baik dan mengambil tindakan untuk menggunakannya.
Peneliti Amos Tversky dan Daniel Kahneman dalam sejumlah penelitian tentang cognitive bias menemukan bahwa informasi yang sama bila dibingkai berbeda dapat memengaruhi pengambilan keputusan yang berlawanan.
Itu sebabnya dalam kaitannya dengan UX bisa dipahami bahwa cognitive bias adalah salah satu hal yang memainkan peran penting.
Bagaimana cara kamu menyajikan informasi di website atau membuat user interface bisa memengaruhi seberapa besar kemungkinan pengguna untuk melakukan tindakan tertentu seperti membeli produk.
Sebab, pada akhirnya pengguna butuh lebih dari sekedar desain yang menarik untuk meyakinkan mereka agar mengambil tindakan, baik itu menggunakan produk atau melakukan pembelian.
Kamu pun bisa meningkatkan User Experience dengan mencoba menghindari berbagai kemungkinan negatif dan memanfaatkan cognitive bias untuk menyampaikan pesan dan menciptakan produk dengan lebih baik, sehingga kamu pun bisa membangun kepercayaan pengguna, meningkatkan rasio konversi, meningkatkan user engagement dan meningkatkan retensi pelanggan.
Baca juga: Apa itu wireframe dan peranannya dalam UX
Jenis-jenis cognitive bias dan cara memanfaatkannya dalam UX Design
Dengan memanfaatkan cognitive bias kamu bisa menentukan UX design yang lebih efektif - EKRUT
Seperti dijelaskan sebelumnya kamu dapat memanfaatkan dan mempertimbangkan berbagai jenis cognitive bias untuk membangun User Experience yang dapat meningkatkan konversi yang dihasilkan. Adapun beberapa contoh jenis-jenis cognitive bias adalah:
1. Choice-supportive bias
Cognitive bias ini mengacu pada keadaan di mana setelah mengambil keputusan tertentu, orang cenderung senang memuji diri atas pilihan yang mereka ambil.
Tips:
Manfaatkan cognitive bias ini dengan memberikan pesan berupa afirmasi, pujian atau selamat kepada pengguna setiap kali mereka melewati langkah penting dalam funnel konversi.
Misalnya dengan menambahkan pesan selamat ketika pelanggan menyelesaikan transaksi pembelian, dan meminta mereka untuk memberikan review setelahnya.
2. Scarcity Effect
Kita cenderung membeeri nilai yang lebih besar pada objek yang dianggap langka dan nilai yang lebih rendah pada objek yang tersedia dan gampang ditemukan.
Tips:
Cobalah tekankan ketersediaan yang terbatas pada layanan atau produk kamu tawarkan untuk menarik perhatian pengguna agar melakukan pembelian. Ini bisa dilakukan misalnya dengan menambahkan keterangan atau label seperti "penawaran terbatas" atau "jumlah terbatas".
3. Anchoring effect
Informasi pertama yang disajikan kerap dipersepsi sebagai jangkar yang memengaruhi penilaian selanjutnya. Sebab, informasi lainnya akan selalu dibandingkan dengan informasi awal yang diberikan.
Tips:
Pada halaman harga, cobalah menuliskan harga dasar sebagai informasi awal, lalu mencoretnya dan menambahkan harga baru yang jauh lebih rendah di sebelahnya untuk meningkatkan nilai pada penawaran yang kamu berikan ke pelanggan.
Atau kamu bisa mengurutkan daftar paket berlangganan dari harga yang paling mahal terlebih dahulu sebagai informasi awal, baru kemudian paket lainnya dengan harga yang lebih murah. Dengan begitu, pengguna akan merasa pilihan-pilihan paket beralangganan selanjutnya tidak terlalu mahal bila dibandingkan paket yang paling pertama.
4. Picture Superiority Effects
Gambar lebih mudah diingat daripada tulisan atau kata-kata yang terlalu panjang.
Tips:
Selalu sertakan gambar dalam konten kamu. Jika kamu menjual produk atau layanan, visual yang bagus dapat meningkatkan conversion rate.
Baca juga: Apa saja yang harus diperhatikan dalam UX writing?
5. Mere-exposure effect
Kita cenderung mengembangkan preferensi pada hal-hal yang kita kenal
Tips:
Gunakan konsep UI, perilaku, tanda, dan ikon yang familiar atau umum bagi pengguna. Tulis pula UX writing dengan menyelaraskannya pada jargon dalam industri yang membuat pengguna merasa lebih nyaman.
6. Hick's law
Jenis cognitive bias ini menjelaskan bahwa orang cenderung akan kesulitan untuk membuat keputusan ketika terlalu banyak pilihan yang dihadapi.
Tips:
Cobalah untuk mengurangi pilihan atau opsi yang ditampilkan dalam aplikasi atau website kamu. Jika tidak memungkinkan carilah cara untuk menyembunyikan opsi tersebut pada tampilan display agar tidak langsung muncul secara bersamaan dan membingungkan pengguna.
7. Variable reward
Pada dasarnya orang senang mendapat reward apalagi bila diterima secara tidak terduga.
Tips:
Pikat pengguna dengan memberikan penawaran harian, bonus gratis, poin reputasi, dan lain-lain misalnya ketika mereka selesai melakukan suatu aktivitas dalam website atau aplikasi kamu.
Semakin banyak action yang kamu buat setiap hari semakin banyak pengguna yang akan merasa terhubung dengan produk
8. Fluency heuristic
Orang lebih suka hal-hal yang praktis, cepat dan lancar.
Tips:
Buat navigasi yang mudah untuk pengguna. Sediakan pula jalan pintas seperti mode defaults yang bisa jadi alternatif pilihan pengguna yang ingin proses yang cepat saat mengatur akun atau konfigurasi dalam aplikasi atau website kamu.
9. Ambiguity effect
Orang cenderung menghindari hal-hal yang tidak mereka ketahui.
Tips:
Untuk memastikan pengguna tidak berhenti pada funnel produk kamu, coba minimalkan ambiguitas dengan menyertakan semua informasi yang relevan di awal. Misalnya beri tahu pengguna bahwa informasi mereka tetap aman saat membuat akun di website atau aplikasi kamu.
Masih banyak jenis-jenis cognitive bias lainnya yang bisa kamu manfaatkan dalam meningkatkan UX design produk yang baik dan menghasilkan konversi yang tinggi. Karena itu pelajarilah dan pertimbangkan bagaimana cara tepat untuk memanfaatkannya ke dalam pengembangan produk kamu.
Sumber:
- mobilespoon.net
- uxplanet.org
- growth.design
- uxknowledgebase.com