Bagi desainer grafis, mengetahui format atau sistem pewarnaan yang akan digunakan merupakan suatu hal yang penting. Penggunaan sistem pewarnaan tersebut akan berbeda menyesuaikan dengan keperluan masing-masing desain. Terdapat dua macam unsur warna yang biasa digunakan yaitu RGB dan CMYK.
Secara singkat, perbedaan keduanya terletak pada tujuan penggunaannya. RGB lebih diperuntukkan bagi kepentingan desain yang bersifat digital, seperti televisi atau website, sedangkan CMYK lebih diperuntukkan bagi kepentingan percetakan, seperti poster atau kartu nama.
Untuk mendapatkan hasil desain yang lebih optimal sesuai dengan kepentingan penggunaannya, kamu perlu memahami lebih lanjut perbedaan masing-masing unsur warna melalui artikel berikut.
Apa itu CMYK?
Sistem warna CMYK lebih sesuai digunakan untuk kepentingan percetakan - EKRUT
Istilah CMYK diambil dari unsur warna yang digunakan dalam sistem tersebut yaitu cyan, magenta, yellow, dan key atau black. Sebutan key, yang diambil dari huruf paling belakang kata black, digunakan untuk mendeskripsikan warna hitam. Sebutan tersebut juga dipakai untuk membedakannya dengan huruf “B” yang sudah terlebih dahulu digunakan untuk mendeskripsikan warna blue atau biru dalam sistem RGB.
CMYK paling sesuai digunakan untuk kepentingan percetakan karena mesin cetak akan memproduksi gambar melalui tinta fisik dengan mengombinasikan keempat unsur warna tersebut dalam tingkat kegelapan atau opacity yang berbeda. Sistem pewarnaan ini menggunakan metode pencampuran warna subtraktif. Semua warna yang akan ditampilkan diawali dari warna putih kemudian setiap lapisan tinta berperan untuk mengurangi kecerahan awal sampai tercipta warna yang diinginkan. Ketika semua unsur warna dalam CMYK dicampur akan menghasilkan warna hitam.
Format warna ini dapat digunakan secara optimal untuk segala kepentingan desain yang akan dicetak secara fisik meliputi keperluan branding (kartu nama, perlengkapan alat tulis, stiker); keperluan periklanan (baliho, poster, pamflet, brosur); souvenir (kaos, topi, cangkir); atau materi promosi lain seperti kemasan produk dan daftar menu.
Format file yang paling sesuai untuk digunakan dengan sistem warna ini yaitu PDF, AI, dan EPS. Ketika kamu memutuskan menggunakan format warna CMYK, penting juga untuk mengenali karakteristik perangkat keras yang kamu gunakan, seperti scanner, printer, atau layar monitor, karena hal ini akan berpengaruh terhadap hasil akhir cetakan.
Baca juga: 11 Skills Graphic Designer ini wajib kamu miliki agar sukses
Apa itu RGB?
Sistem warna RGB terdiri dari warna-warna primer seperti merah, hijau, dan biru - EKRUT
Istilah RGB diambil dari singkatan unsur warna yang digunakan yaitu red, green, dan blue. Berbeda dengan format warna CMYK, format warna RGB adalah tentang melihat pencahayaan. Sumber cahaya dalam setiap perangkat yang kamu lihat, mulai dari smartphone, komputer, sampai televisi, dapat menampilkan warna apapun yang kamu butuhkan dengan cara mengombinasikan cahaya merah, hijau, dan biru dalam intensitas tertentu.
Sistem pewarnaan ini menggunakan metode pencampuran warna aditif. Semua warna yang akan ditampilkan diawali dari warna hitam kemudian cahaya merah, hijau, dan biru ditambahkan di atas satu sama lain untuk mencerahkannya sehingga tercipta pigmen warna yang sempurna. Jika cahaya merah, hijau, dan biru dicampur bersama pada intensitas yang sama akan menghasilkan warna putih.
Desainer grafis juga dapat mengontrol beberapa aspek seperti tingkat kecerahan warna, gradasi, maupun saturasi dengan memodifikasi salah satu dari tiga elemen warna tersebut. Karena dilakukan secara digital, desainer grafis dapat menyulap intensitas cahaya yang ada di layar agar dapat menampilkan warna yang diinginkan.
Format warna RGB akan berfungsi secara optimal jika digunakan untuk segala kepentingan digital seperti desain aplikasi dan website (ikon, tombol, grafis); branding (logo online, iklan online); sosial media (desain konten, foto profil); maupun konten visual seperti video, infografis, dan gambar.
Format file yang paling sesuai untuk digunakan dengan sistem warna ini yaitu JPEG/JPG, PNG, PSD, dan GIF. Ketika menggunakan format warna RGB sebaiknya hindari format file TIFF, EPS, dan BMP karena format ini tidak kompatibel dengan kebanyakan software desain grafis.
Baca juga: Cara menjadi desainer grafis handal tanpa kuliah
Perbedaan CMYK dan RGB
Penggunaan format CMYK atau RGB dapat berbeda menyesuaikan dengan keperluan masing-masing desain - EKRUT
Setelah mengetahui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa format warna CMYK dan RGB memiliki keunggulan masing-masing sesuai dengan peruntukannya. Untuk melihat secara ringkas perbedaan di antara keduanya, simak tabel di bawah ini.
CMYK | RGB |
Menggunakan metode subtraktif sehingga warna dibentuk melalui pigmen warna. | Menggunakan metode aditif sehingga warna dibentuk melalui cahaya. |
Lebih sesuai untuk keperluan percetakan. | Lebih sesuai untuk keperluan digital. |
Terdiri dari warna primer cyan, magenta, yellow, dan key/black yang sering digunakan pada mesin cetak. | Terdiri dari warna primer red, green, dan blue yang sering digunakan pada layar monitor |
Jika semua unsur warna digabungkan akan menjadi warna hitam atau gelap. | Jika semua unsur warna digabungkan akan menjadi warna putih atau terang. |
Nah, sekarang kamu jadi lebih paham perbedaan kedua format warna tersebut serta penggunaannya, kan? Mengetahui bagaimana warna bekerja untuk menampilkan pigmen tertentu dapat membantumu menentukan gambaran terhadap hasil akhir keseluruhan desain. Semakin sering kamu bekerja dengan format warna tertentu, semakin baik juga pengalamanmu dalam memprediksi kesesuaian format warna yang digunakan dengan hasil akhir yang diinginkan.
Bagi kamu yang tertarik menekuni dunia desain dan ingin selangkah lebih dekat mewujudkan impianmu menjadi desainer grafis, simak video di bawah ini, ya!
Sumber:
- 99designs
- learn.g2
- kopytek
- medium.com