Untuk kepentingan pemasaran maupun strategi pengembangan produk, umum dikenal istilah buyer persona. Istilah ini secara khusus digunakan beberapa perusahaan dalam menentukan target pasar atau konsumen tertentu. Nah, lantas apa yang dimaksud dengan buyer persona? Simak ulasannya berikut ini.
Apa itu buyer persona?
Buyer persona merupakan preferensi pelanggan yang bisa digunakan sebagai basis strategi pemasaran produk (Sumber: Pexels)
Dilansir dari Buyer Persona Institute, buyer persona dalam dunia pemasaran diartikan sebagai sebuah metode yang memberi tahu perusahaan mengenai apa pikiran dan perilaku calon pelanggan dalam mempertimbangkan produk. Buyer persona juga dapat dilihat sebagai analisis mengenai wawasan tentang keputusan calon konsumen yang lantas diselaraskan dengan keputusan pemasaran suatu produk dari perusahaan.
Buyer persona juga bisa didefinisikan sebagai representasi gabungan dari sub divisi spesifik dari segmen pasar. Segmen pasar dalam hal ini mewakili kumpulan pelanggan yang memiliki kebutuhan serupa. Buyer persona secara umum dilakukan untuk menggali lebih dalam segmen pasar tersebut dengan data tertentu untuk melihat relevansi mereka terhadap produk yang akan dipasarkan.
Secara umum, buyer persona merupakan deskripsi terperinci tentang seseorang yang mewakili audiens atau target konsumen tertentu. Persona dalam hal ini memang tidak nyata dan berwujud hasil analisis mendalam terhadap perilaku konsumen atau pelanggan. Perusahaan tidak dapat mengenal setiap pelanggan atau calon pelanggan secara individu. Namun, lewat buyer persona ini mereka bisa mengetahui kecenderungan basis pelanggan.
Buyer persona juga dapat dianggap sebagai preferensi calon pelanggan ideal yang ingin dituju perusahaan lewat suatu produk. Buyer persona dilakukan dengan representasi semi-fiksi dari pelanggan ideal tersebut lewat riset pasar dan data riil mengenai pelanggan yang sudah ada. Pertimbangan riset untuk representasi buyer persona ini umumnya menyertakan demografi pelanggan, pola perilaku, motivasi, dan sasaran. Kedetailan aspek akan semakin baik mendukung representasi.
Baca juga: Apa Itu Customer Experience? Tujuan, dan 4 Langkah Penilaiannya
Tujuan pembuatan buyer persona
Buyer persona dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan perampingan proses produksi sesuai kebutuhan pasar (Sumber: Pexels)
Seperti yang telah disinggung dalam paparan sebelumnya, bahwa buyer persona dibuat untuk tujuan pemasaran. Hal ini khususnya ditujukan untuk memperoleh target pasar atau calon pelanggan dengan preferensi khusus atas sebuah produk yang hendak dirilis.
Buyer persona dibuat untuk mempermudah pengambilan keputusan perusahaan terkait strategi pemasaran, baik jenis pemasaran konservatif maupun berbasis digital. Selain itu, buyer persona dibuat untuk menentukan persona calon pelanggan sehingga nantinya produk bisa ditujukan kepada calon pelanggan paling tepat. Selanjutnya, ketepatan produk dengan target pasar ini diharapkan bisa menunjang loyalitas dan kepercayaan pelanggan terhadap suatu merek dan perusahaan bisa merampingkan proses penjualan lewat satu atau dua jenis pemasaran tertentu.
Buyer persona akan sangat membantu proses pemasaran dan iklan jika dilakukan dengan basis data yang tepat. Sebab, dengan adanya buyer persona ini suatu produk akan lebih mudah mencapai pelanggan potensial, daripada menggunakan strategi pemasaran yang massal dan cenderung mahal seperti papan iklan maupun di media cetak.
Mengetahui buyer persona juga amat menunjang proses penentuan strategi branding dalam digital marketing. Hal ini dapat didukung oleh ketersediaan media sosial dan juga risalah pencarian dalam mesin peramban seperti Google untuk mengetahui apa yang sedang digandrungi oleh calon konsumen saat ini. Melakukan reach up atau menindaklanjuti keriuhan media sosial dapat menjadi modal untuk menganalisis buyer persona terhadap suatu produk.
Baca juga: 7 Cara Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
5 Cara membuat buyer persona
Buyer persona dapat dibangun dengan riset dan segmentasi calon konsumen berbasis data (Sumber: Pexels)
Membangun sebuah buyer persona secara khusus memang berdasarkan data dan pengelolaan masukan secara holistik. Meski begitu, pembuatan buyer persona ini seyogianya dibangun langkah demi langkah untuk menentukan preferensi calon konsumen potensial tertentu. Adapun beberapa cara atau langkah untuk membangun buyer persona adalah sebagai berikut.
1. Melakukan riset
Hal pertama yang perlu dilakukan tentunya adalah riset atau mengumpulkan data mengenai calon pembeli atau mengenali siapa-siapa saja klien pelanggan kamu. Riset ini dilakukan dengan melihat dari dekat siapa yang membeli produk milikmu dan bagaimana mereka mengelola interaksi maupun transaksi. Hal ini juga dapat dilakukan dengan pengisian formulir daring yang berisi identitas, jenis kelamin, hobi, status perkawinan, dan lain sebagainya. Data ini nantinya akan menjadi pertimbangan untuk menentukan buyer persona.
Dalam hal ini, kamu sebagai pimpinan perusahaan maupun direktur pemasaran bisa menanyakan kepada karyawan bidang penjualan mengenai bagaimana perilaku pelanggan dan kebiasaannya. Setelah itu, kamu mungkin juga bisa berbicara langsung dengan klien lewat kiriman survei ke kontak mereka untuk menanyakan sedikit hal mengenai mereka.
Setelah mengetahui beberapa hal soal klien, kamu juga perlu melihat bagaimana pesaing memanfaatkan pasar untuk produk serupa. Baru setelah itu, kamu bisa menganalisis rencana produk yang akan dikembangkan untuk menjangkau ceruk konsumen baru di masa mendatang.
2. Lakukan segmentasi pasar
Jika sudah memiliki data mendasar mengenai pelanggan yang sudah ada, langkah selanjutnya untuk membangun buyer persona adalah melakukan segmentasi pasar. Segmentasi ini dilakukan kepada persona pelanggan maupun calon pelanggan nantinya.
Langkah pertama dalam segmentasi adalah mengatur informasi yang dimiliki sebuah perusahaan. Hasil dari data-data riset tadi dikumpulkan dan diatur sedemikian rupa untuk memilah klien dan calon klien potensial. Dari sana, nantinya akan terkumpul klien dan calon klien dengan preferensi serupa.
Segmentasi dilakukan dengan melakukan relevansi klien dengan produk yang akan dikembangkan nantinya. Misalnya, suatu perusahaan produsen alat olahraga mendapati para pelanggan dan calon pelanggan alat olahraga memiliki tiga persona di bidang bulu tangkis, voli, dan sepak bola.
Oleh karena itu, nantinya merek produksi perusahaan tersebut dibuat dengan tiga preferensi berbeda selaras dengan persona pelanggan. Hal ini nantinya akan membantu proses efisiensi dan perampingan proses untuk bagian operasional produksi serta pemasaran dengan cara memfokuskan produksi sesuai buyer persona.
Baca juga: 4 Faktor yang Mempengaruhi Customer Satisfaction
3. Menuliskan nama dan pengisahan untuk tiap buyer persona
Jika riset dan segmentasi telah dibentuk, langkah selanjutnya adalah mencatat penamaan dan pengisahan untuk tiap persona yang telah dikelompokkan tadi. Proses ini nantinya akan mempermudah tim operasional di berbagai bidang untuk bisa mendapat gambaran lengkap dari buyer persona. Kemudahan ini nantinya bisa menjadi dasar pengambilan keputusan untuk tiap tim, baik operasional hingga pemasaran.
Penamaan buyer persona ini bisa diambil dari pengelompokkan berdasarkan usia, jenis pekerjaan, tempat tinggal, hobi di luar pekerjaan, hingga tujuan karier, atau harapan pensiun. Dari beberapa hal ini misalnya tim operasional produksi maupun tim kreatif untuk bidang jasa dapat menentukan pengembangan produk apa yang bisa dilakukan ke depan.
4. Tentukan fokus
Langkah berikutnya adalah menentukan fokus dalam membangun buyer persona. Hal ini dikelompokkan dalam tiga hal penting, yaitu:
- Roles, aspek ini merupakan peran atau gambaran tertulis mengenai siapa buyer persona yang akan dituju. Lewat narasi mengenai buyer persona ini nantinya ditarik informasi untuk proses relevansi mengenai siapa dan berperan sebagai apa buyer persona tadi di tempat kerja atau masyarakat.
- Goals, aspek ini bisa disimpulkan sebagai tujuan atau sasaran yang ingin diraih lewat sebuah buyer persona tertentu. Jika telah memahami dan menganalisis buyer persona, maka sasaran bisa ditentukan lewat penawaran berdasarkan personalisasi mereka.
- Challenges, fokus terakhir yang perlu diperhatikan adalah aspek tantangan dalam mengidentifikasi buyer persona. Perhatian khusus dalam hal ini adalah sensitivitas negatif dari calon pelanggan dengan suatu produk, dan tentu saja bagaimana perusahaan bisa membenahi preferensi negatif itu menjadi hal positif. Hal ini umum terjadi dari review buruk atau bahkan output kritik lewat media sosial mengenai suatu produk.
5. Penggunaan buyer persona untuk strategi pemasaran dan penjualan digital
Ketika semua langkah sudah dijalankan, maka langkah terakhir adalah implementasi. Implementasi ini dilakukan dengan pemanfaatan buyer persona dalam penyesuaian produk dan juga strategi pemasaran, baik lewat iklan fisik maupun digital marketing.
Buyer persona memang akan lebih luwes dan fleksibel jika dilakukan untuk menunjang proses promosi berbasis digital. Sebabnya, perusahaan bisa lebih mudah mendapatkan data pelanggan potensial melalui media sosial maupun isian review untuk sebuah produk tertentu.
Baca juga: Pakai Teknologi Ini untuk Bangun Kepercayaan Pelanggan
Contoh buyer persona
Buyer persona bisa diterapkan secara sederhana dalam bisnis menengah untuk mendapatkan konsumen potensial (Sumber: Pexels)
Berikut ini adalah contoh buyer persona yang dikembangkan sebuah sasana kebugaran yoga dan pilates untuk target pelanggan ibu muda di kawasan perkotaan. Hal pertama yang dicatat dari hasil riset adalah data demografi sederhana seperti berikut.
Jenis kelamin: Perempuan Rentang usia: 20-40 tahun Pekerjaan: Ibu rumah tangga atau karier penuh waktu namun sedang cuti hamil Catatan: Memiliki penghasilan yang cukup untuk dibelanjakan di pusat kebugaran dengan kursus privat dengan pelatih |
Setelah itu, dicari pula bagaimana akses dan keterjangkauan tempat tinggal calon pelanggan dengan lokasi bisnis pusat kebugaran tersebut. Hal ini bisa dicari lewat media sosial atau menyertakan lokasi pada akun resmi milik pusat kebugaran. Maka, dalam hal ini peran akun media sosial amat penting.
Langkah 1: Melihat ulasan di media sosial maupun Google Map untuk rekomendasi produk dan layanan pusat kebugaran (Yoga dan Pilates) Langkah 2: Mencari keterjangkauan lokasi lewat Google Map, waktu tempuh yang semakin singkat dari kawasan hunian akan lebih potensial Langkah 3: Fleksibilitas jadwal atau tanggal latihan rutin yang disediakan lewat latihan privat |
Selanjutnya, tentukan karakteristik pelanggan yang ingin dicari, yaitu seperti berikut.
|
Dari berbagai data rincian di atas, nantinya akan didapatkan orang-orang dengan kriteria atau preferensi buyer persona selaras. Lantas, sasaran atau target pasar ini bisa dikelola lewat strategi pemasaran tertentu, baik lewat iklan fisik maupun digital marketing lewat media sosial dan sebagainya.
Nah, itulah tadi berbagai hal yang bisa kamu ketahui mengenai apa itu buyer persona dan bagaimana langkah-langkah serta contohnya. Buyer persona tentu saja tidak hanya bisa digunakan oleh perusahaan besar tetapi juga usaha menengah bahkan mikro yang memang memiliki kemauan untuk mengelola strategi pemasaran mereka.
Baca juga: Customer Engagement: Pengertian, Fungsi, dan Cara untuk Melakukannya
Bagi kamu yang ingin berkarier di bidang pemasaran, khususnya di bidang digital marketing, maka perihal buyer persona ini bisa menjadi pengetahuan tambahan buat kamu. Sedangkan, jika masih bingung hendak memulai karier dari mana, EKRUT hadir untuk menjadi rekan profesional buat kamu.
Kamu bisa mendaftar lewat EKRUT dan mendapatkan berbagai informasi mengenai karier hingga potensi direkrut berbagai perusahaan yang sesuai dengan kemampuan serta kualifikasimu. Kamu hanya perlu menyiapkan CV dan portofolio terbaik yang kamu punya lalu klik tautan di bawah ini untuk langsung mendaftar lewat EKRUT.
Sumber:
- techtarget.com
- evenbound.com
- buyerpersona.com