Penyelarasan arus kas dalam pembukuan perusahaan merupakan hal yang umum dilakukan oleh seorang pemilik usaha, entah itu kecil maupun skala industri. Baik pemasukan dan pengeluaran seyogianya tercatat dan dihitung dengan cermat untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan dalam suatu waktu. Salah satu aspek utama dalam pembukuan keuangan ini adalah pengeluaran yang disebut biaya overhead.
Biaya overhead menjadi penting untuk dipahami karena aspek pengeluaran yang satu ini masuk dalam anggaran bisnis. Tak hanya itu, biaya overhead juga perlu diperhatikan dengan cermat agar proses usaha dapat berjalan lancar. Untuk mengetahui apa itu biaya overhead dan bagaimana menghitungnya, mari kita simak ulasan berikut.
Apa itu biaya overhead?
Biaya overhead dapat dievaluasi untuk proses penganggaran keuangan perusahaan (Sumber: Pexels)
Menurut The Institute of Cost Accountants of India, biaya overhead didefinisikan sebagai biaya yang terdiri dari suatu pembiayaan untuk bahan baku, karyawan, dan biaya lain yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Biaya overhead juga dapat diartikan sebagai agregat dari ketiga biaya tadi termasuk jasa yang tidak dapat dibebankan langsung ke unit biaya tertentu.
Secara umum, biaya overhead terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk atau sehubungan dengan, organisasi umum dari keseluruhan atau sebagian dari usaha. Hal ini meliputi biaya perlengkapan operasional dan jasa yang digunakan oleh perusahaan dan termasuk pemeliharaan aset modal.
Alicia Tuovila dari Investopedia mendefinisikan biaya overhead sebagai pengeluaran bisnis yang sedang berlangsung dan tidak secara langsung terkait dengan pembuatan produk baik barang maupun jasa. Biaya overhead penting untuk tujuan penganggaran dan juga untuk menentukan berapa banyak beban biaya yang harus dirancang perusahaan agar produk barang atau jasanya dapat menghasilkan keuntungan.
Biaya overhead secara umum adalah setiap biaya yang dikeluarkan untuk mendukung bisnis yang tidak secara langsung terkait dengan suatu produk tertentu. Biaya overhead mencakup semua biaya pada laporan laba rugi perusahaan kecuali yang berhubungan langsung dengan pembuatan atau penjualan produk dan/atau penyediaan layanan. Contoh dari biaya overhead adalah tempat produksi yang disewa beserta fasilitasnya yang menunjang produksi namun tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
Baca juga: Manajemen produksi: Definisi, tujuan, fungsi, ruang lingkup dan aspek
Fungsi menghitung biaya overhead
Menghitung biaya overhead dapat memudahkan perusahaan untuk proyeksi keuntungan (Sumber: Pexels)
Dilansir dari Shopify, beberapa contoh biaya overhead yang umum dikenal dalam dunia usaha adalah biaya sewa, biaya keperluan lain, peralatan kantor seperti komputer atau telepon, asuransi, dan gaji karyawan yang tidak spesifik terhadap proses operasional atau produksi.
Menghitung biaya overhead menjadi penting karena perusahaan dapat mengontrol pendapatan dan pengeluaran serta menghitung perkiraan anggaran keuangan secara umum. Untuk itulah lantas biaya overhead dikenal sebagai beban umum yang diakumulasikan secara integral dengan biaya produksi suatu produk atau jasa tertentu.
Selain mengontrol pengeluaran perusahaan dan menjadi tolok ukur perancangan atau alokasi anggaran perusahaan, biaya overhead juga menjadi perhitungan tersendiri untuk nantinya menghitung besaran harga produk untuk proyeksi keuntungan. Hal ini membuat biaya overhead memiliki fungsi penting dalam seluruh aspek keuangan perusahaan dan proses kalkulasi keuntungan atas penjualan produk nantinya.
Baca juga: EBITDA: Pengertian, fungsi, 4 faktor, dan rumus perhitungannya
3 Jenis biaya overhead
Biaya overhead umum dikenal di dunia bisnis sebagai biaya di luar proses produksi. (Sumber: Pexels)
Menurut Corporate Finance Institute terdapat tiga tipe biaya overhead dalam dunia bisnis. Ketiga jenis atau tipe biaya overhead ini didasarkan pada sifat bisnis atau usaha di mana ia beroperasi. Adapun ketiga jenis biaya overhead itu adalah sebagai berikut:
1. Biaya overhead tetap
Biaya overhead tetap adalah biaya yang konstan setiap bulannya dan tidak berubah dengan seiring meningkatnya aktivitas bisnis. Sehingga, meski aktivitas bisnis meningkat, biaya tersebut tetap pada besaran konstan dan tidak terpengaruh. Contoh biaya overhead jenis tetap ini adalah gaji karyawan, biaya sewa, pajak properti perusahaan, penyusutan aset, dan lisensi atau sertifikat usaha dari pemerintah setempat.
Baca juga: Mengenal laporan arus kas dan manfaatnya bagi perusahaan
2. Biaya overhead variabel
Biaya overhead variabel umumnya bergerak lurus mengikuti naik dan turunnya aktivitas bisnis (Sumber: Pexels)
Biaya overhead variabel adalah biaya yang bervariasi dengan laju peningkatan aktivitas bisnis. Biaya overhead jenis ini akan berjalan seiring dengan peningkatan aktivitas bisnis, sehingga jika aktivitas bisnis tinggi maka biaya overhead juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Contoh dari biaya overhead variabel dapat dilihat dari biaya pengiriman, perlengkapan kantor, biaya iklan dan pemasaran, biaya layanan konsultasi, biaya konsultasi hukum, serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan.
3. Biaya overhead semi-variabel
Biaya overhead semi-variabel merupakan jenis biaya overhead yang memiliki karakteristik dari biaya overhead tetap dan biaya overhead variabel. Bisa dikatakan, biaya overhead semi-variabel merupakan perpaduan dari dua jenis biaya overhead sebelumnya. Hal ini dapat digambarkan dengan sebuah bisnis yang dapat dikenakan biaya macam-macam setiap saat. Meski begitu, pengenaan biaya ini pun mengalami fluktuasi tergantung pada tingkat aktivitas bisnis.
Biaya overhead semi-variabel umumnya datang sebagai biaya tarif dasar yang harus dibayar perusahaan pada tingkat aktivitas bisnis lainnya dan ditambah biaya variabel dengan basis tingkat penggunaan. Contoh biaya overhead semi-variabel adalah komisi penjualan, penggunaan kendaraan, dan beberapa utilitas seperti biaya listrik dan air yang memiliki biaya tetap ditambah biaya tambahan berdasarkan penggunaan.
Baca Juga: 5 Contoh format laporan keuangan bulanan Ms. Excel dan tips membuatnya
Cara menghitung biaya overhead
Penghitungan biaya overhead diambil dari penjumlahan total biaya tidak berhubungan langsung dengn proses produksi dalam suatu perusahaan (Sumber: Pexels)
Secara umum, biaya overhead dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:
Biaya overhead = Biaya tidak langsung/ukuran alokasi
Biaya tidak langsung adalah total dari seluruh biaya yang tidak langsung berhubungan dengan produksi. Sedangkan ukuran alokasi adalah biaya yang mencakup jam tenaga kerja (upah), biaya mesin produksi, dan beberapa biaya alokasi perusahaan untuk produksi. Di samping rumus tersebut, menghitung biaya overhead juga dapat dilakukan secara bertahap, yaitu dengan cara berikut ini:
- Pengelompokkan biaya tidak langsung, hal ini dilakukan dengan memisahkan biaya yang tidak langsung berkorelasi dengan produksi dari biaya-biaya alokasi langsung terhadap proses produksi. Biaya tidak langsung dapat dijumlahkan sesuai pengeluaran perusahaan di luar biaya produksi.
- Melakukan penghitungan persentase, tindakan ini dapat dilakukan setelah menemukan jumlah biaya tidak langsung yang kemudian dibagi dengan biaya langsung dari proses produksi kemudian dikalikan 100. Penghitungan persentase ini umumnya dilakukan bagi perusahaan yang akan mengevaluasi besaran biaya overhead mereka terhadap anggaran perusahaan untuk mencapai keseimbangan pengeluaran dan pendapatan.
- Membandingkan efisiensi tenaga kerja terhadap biaya overhead, cara menghitung biaya overhead yang satu ini juga berhubungan dengan evaluasi perusahaan terhadap efisiensi tenaga kerja. Langkah ini diambil dengan melakukan pembagian total biaya overhead dengan biaya tenaga kerja secara umum (upah + tunjangan + asuransi) kemudian dikali 100. Persentase yang didapat akan menunjukkan tingkat efisiensi pengeluaran perusahaan terhadap biaya overhead dan tenaga kerja.
Baca Juga: Apa itu rasio keuangan? Berikut manfaat, jenis, dan 4 rumusnya
Contoh biaya overhead
Biaya sewa dan pemeliharaan kantor merupakan salah satu contoh biaya overhead (Sumber: Pexels)
Seperti yang telah tersirat lewat beberapa penjelasan di atas, biaya overhead terdiri dari pengeluaran perusahaan secara umum yang tidak terkait langsung dengan produksi. Adapun beberapa contoh biaya overhead adalah sebagai berikut:
- Biaya sewa dan pemeliharaan pabrik/tempat usaha
- Biaya tenaga kerja non-produksi (tunjangan, upah, asuransi)
- Peralatan kantor non-produksi
- Biaya asuransi perusahaan (umum)
- Biaya jasa konsultasi hukum dan akuntan
- Biaya pemasaran
- Biaya utilitas
- Biaya pendukung seperti telepon, internet, dan lain sebagainya yang tidak berkorelasi langsung dengan proses produksi
Biaya overhead ini amat penting untuk diperhitungkan secara rinci dan teliti, sebabnya pengeluaran di luar proses produksi seperti ini umumnya juga memakan sebagian besar dari total anggaran perusahaan. Oleh karena itu, evaluasi terhadap biaya overhead, khususnya untuk biaya overhead variabel adalah hal yang patut dilakukan tiap periode produksi. Hal ini tak lain juga dikarenakan peningkatan aktivitas bisnis yang turun dan naik seiring waktu dan itu berarti juga memengeruhi biaya overhead khususnya untuk jenis variabel.
Itulah tadi sedikit pemahaman tentang apa yang disebut biaya overhead dalam dunia usaha atau bisnis. Melalui pemahaman ini seorang pemilik usaha atau kamu yang hendak terjun dalam dunia bisnis dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mengelola pengeluaran perusahaan termasuk biaya overhead ini.
Atau, jika kamu seorang akuntan dan ingin mencari pengalaman baru, maka pemahaman ini bisa jadi bekal kamu kelak. Dan, jangan lupa untuk mendaftarkan dirimu lewat EKRUT untuk melihat berbagai peluang kerja yang sesuai dengan kapasitasmu.
Sumber:
- https://icmai.in/upload/Students/Syllabus2016/Inter/Paper-8-New.pdf
- https://www.investopedia.com/terms/o/overhead.asp
- https://www.shopify.com/encyclopedia/overhead-costs