Biaya implisit adalah istilah yang sering dipakai di perusahaan, terutama oleh karyawan yang bekerja di manajemen keuangan. Setiap perusahaan haruslah mempunyai catatan keluar masuknya uang, agar kestabilan perusahaan tetap terjaga. Salah satu cara menjaga kestabilan tersebut adalah dengan mengawasi biaya implisit dan biaya eksplisit. Kedua jenis biaya untuk kegiatan produksi maupun operasional perusahaan ini perlu kamu ketahui. Karena dengan mengetahui perbedaannya, usaha dapat berjalan dengan baik sesuai rencana anggaran. Yuk, simak pembahasan di bawah ini mengenai perbedaan biaya implisit dan biaya eksplisit beserta contohnya!
Baca juga: Remunerasi adalah: pengertian, tujuan, 4 tipe, dan faktor pertimbangannya
Apa itu biaya implisit?
Biaya implisit adalah biaya tidak terduga dan tak tercatat. (sumber: unsplash)
Biaya implisit adalah setiap biaya atau pengeluaran yang tidak terduga dan tak tercatat di laporan keuangan perusahaan. Implicit cost atau biaya implisit juga disebut sebagai biaya yang diperhitungkan, abstrak, atau tersirat. Biaya ini tidak mudah dihitung, hal tersebut dikarenakan perusahaan tidak mencatatnya dalam bentuk kas sehingga tak terjadi proses transaksi.
Biaya implisit dapat dikategorikan sebagai biaya peluang yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan sumber daya internal perusahaan. Umumnya, biaya implisit dilaporkan sebagai biaya terpisah. Contoh biaya implisit bisa berupa sejumlah uang yang hilang dari perusahaan, akibat memilih menggunakan sumber daya internal sendiri atau disebabkan mengizinkan pihak ketiga memakai sumber daya tersebut.
Baca juga: Biaya variabel: Fungsi, 5 contoh, bedanya dengan biaya tetap, dan cara menghitungnya
Bedanya biaya implisit dengan biaya eksplisit
Terdapat tiga perbedaan penting antara biaya implisit dan biaya eksplisit. (sumber: unsplash)
Setelah mengetahui pengertian biaya implisit, masih ada jenis biaya lainnya yang diperlukan dalam kegiatan produksi atau operasional perusahaan, yaitu biaya eksplisit. Explicit cost biaya eksplisit adalah jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksi maupun operasional perusahaan.
Biaya eksplisit merupakan biaya nyata dan dicatat dalam laporan keuangan. Biaya ini mampu menentukan nilai laba rugi, sehingga memberikan dampak secara langsung terhadap profitabilitas perusahaan. Contoh biaya eksplisit meliputi biaya tenaga kerja, biaya sewa, biaya produksi, biaya persediaan, dan lain sebagainya.
Lantas, apa perbedaan antara biaya implisit dengan biaya eksplisit? Perbedaan pertama dari kedua jenis biaya ini adalah bentuknya. Biaya eksplisit memiliki wujud materi atau dapat dilihat secara langsung, sehingga perhitungannya jelas. Berbeda dengan biaya implisit yang tidak berwujud serta tidak tercatat dalam kas dan berakhir menjadi lebih sulit dihitung.
Perbedaan selanjutnya terletak pada dampak terhadap laba atau keuntungan. Biaya eksplisit berdampak langsung terhadap laba bersih perusahaan. Hal ini menjadi pertimbangan apakah terjadi pengurangan pendapatan atau tidak. Sementara biaya implisit tidak berkontribusi apapun terkait dengan laba perusahaan. Akan tetapi, biaya implisit masih menunjukkan tingkat keuntungan ekonomi.
Terakhir, perbedaan biaya implisit dan biaya eksplisit terdapat pada sifat serta kejadiannya. Umumnya, biaya eksplisit bersifat objektif, di mana biaya ini menunjukkan nilai secara riil berdasarkan laporan keuangan. Sebaliknya, biaya implisit bersifat subjektif, karena biaya ini hanya berupa estimasi atau perkiraan dan merupakan implikasi atas suatu kejadian, bukan biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk bertransaksi.
Baca juga: 3 Kategori Manajemen Risiko Untuk Menjaga Stabilitas Perusahaan
Apa saja yang termasuk biaya implisit?
Pelatihan karyawan, penggunaan properti, dan penyusutan nilai aset termasuk biaya implisit. (sumber: unsplash)
Biaya implisit adalah biaya yang identik dengan biaya peluang, di mana ini mengartikan perusahaan mengorbankan suatu pilihan dengan pilihan lain. Meski begitu, biaya ini dapat digunakan sebagai penilaian apakah keputusan pengorbanan tersebut layak dilakukan atau tidak. Beberapa contoh biaya implisit adalah sebagai berikut.
1. Pelatihan karyawan
Hal ini termasuk dalam biaya implisit karena jika pelatihan karyawan dilakukan saat jam kerja, maka karyawan tak dapat melakukan pekerjaannya saat jam kerja. Ini tidak dapat diukur dengan uang dan termasuk ke dalam biaya implisit.
2. Penggunaan properti perusahaan
Bila perusahaan mengadakan sebuah seminar atau pelatihan dengan properti internal, memang rencana ini dapat mengurangi biaya sewa gedung. Namun, di sisi lain hal ini juga menjadi penghambat, karena pihak luar tidak dapat menyewa gedung, sehingga perusahaan tidak mendapatkan laba.
3. Penyusutan nilai aset perusahaan
Dalam perusahaan, diperlukan aset untuk keperluan produksi. Nantinya, aset tersebut akan mengalami penyusutan nilai sampai memengaruhi proses produksi. Walaupun begitu, ini tidak bisa dimasukkan ke dalam laporan keuangan, karena tidak adanya transaksi yang tercatat.
Baca juga: Nilai perusahaan: Indikator, fungsi, dan 6 faktor yang memengaruhinya
Contoh dan cara menghitung biaya implisit
Cara menghitung biaya implisit berdasarkan cerita singkat pemilik usaha. (sumber: unsplash)
Mengingat biaya implisit adalah biaya yang sulit dihitung, contoh mudahnya untuk menentukan biaya implisit adalah dengan cara berikut ini. Misalnya, ada pemilik usaha kecil yang memutuskan untuk meneruskan mengambil gaji di tahap awal operasi guna mengurangi biaya dan meningkatkan pendapatan. Ia menawarkan bisnis dengan keterampilannya sendiri sebagai pengganti gaji, hal inilah yang menjadi biaya implisit.
Contoh lain yang mudah untuk menentukan biaya implisit adalah pada kasus pemilik usaha yang melakukan pekerjaan untuk bisnis, tetapi tidak menerima gaji. Ia memilih untuk mengambil biaya manajemen atau dividen, sehingga biaya tersebut tidak muncul dalam laporan laba rugi. Pekerjaan yang dilakukan oleh pemilik usaha termasuk ke dalam biaya implisit. Sebaliknya, bila pemilik bisnis menerima gaji tetap dalam menjalankan bisnisnya, maka gaji yang diterimanya termasuk biaya eksplisit bagi perusahaan.
Baca juga: BEP (Break Event Point): Pengertian, konsep, tujuan, 3 komponen, dan cara perhitungannya
Contoh dan cara menghitung biaya eksplisit
Cara menghitung biaya eksplisit adalah menguranginya dengan pendapatan yang diharapkan. (sumber: unsplash)
Untuk menghitung biaya eksplisit, kamu harus memerhatikan cerita singkat berikut ini. Doni saat ini bekerja di sebuah firma hukum selama 10 tahun. Ia berpikir untuk membuka praktik hukumnya sendiri dan berharap mendapatkan keuntungan 200 juta per tahun. Demi kelancaran firma hukumnya, Doni membutuhkan sebuah kantor dan seorang karyawan. Ia berhasil menemukan kantor yang sempurna dengan harga sewa 50 juta per tahun dan seorang karyawan dengan gaji 35 juta per tahun.
Nah, cara menghitung biaya eksplisit dari cerita di atas, kamu perlu menghitungnya dengan menjumlah harga sewa kantor dan gaji karyawan. Lalu, hitunglah laba atau keuntungan dengan cara mengurangi pendapatan yang diharapkan dengan jumlah biaya eksplisit. Di bawah ini penjelasan lebih detailnya.
Biaya eksplisit = Sewa kantor + Gaji karyawan
= 50 juta + 35 juta
= 85 juta
Laba atau keuntungan = Pendapatan yang diharapkan - Biaya eksplisit
= 200 juta - 85 juta
= 115 juta
Baca juga: Cara Menghitung Laporan Laba Rugi Perusahaan beserta Contohnya
Demikian pembahasan mengenai perbedaan biaya implisit dan biaya eksplisit. Perlu diingat, bahwasannya biaya implisit adalah biaya yang sulit dihitung. Oleh karena itu, perusahaan perlu mencatat biaya lainnya seperti biaya eksplisit agar perusahaan dapat berjalan dengan stabil.
Selain melalui artikel dari EKRUT Media, kamu juga bisa memperoleh berbagai informasi dan tips menarik seputar karier melalui YouTube EKRUT Official. Tak hanya itu, jika kamu tertarik mendapatkan berbagai kesempatan untuk mengembangkan karier, sign up EKRUT sekarang juga. Hanya di EKRUT, kamu dapat memperoleh berbagai peluang kerja yang dapat disesuaikan dengan minatmu.
Sumber:
- khanacademy.org
- investopedia.com
- corporatefinanceinstitute.com